Kamis, 16 Juni 2011

MAKALAH DASAR-DASAR MIPA PENGERTIAN PENDIDIKAN IPA DAN PERKEMBANGANNYA

MAKALAH DASAR-DASAR MIPA
PENGERTIAN PENDIDIKAN IPA
DAN PERKEMBANGANNYA




Di susun oleh :

Nama : Anita Rosdiana Dewi
Npm : 10311689
Prody : Matematika “B”


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Metro
Tahun Ajaran 2010/2011


KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Dasar-dasar MIPA ini
Adapun makalah TIK ini bertujuan untuk memenuhi tagihan tugas pada Bab ini.
Makalah kami ini berisi tentang Pengertian Pendidikan MIPA.
.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Purwiro, serta semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini. Makalah yang kami susun ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran untuk hasil yang lebih baik lagi.


Metro , Juni 2011
Penyusun



Anita Rosdiana Dewi
Npm : 10311689





DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3

BAB 1
Pendahuluan 4

BAB 2
Pembahasan
A. Pengertian Pendidikan IPA 6
B, Perkembangan Pendidikan IPA 9

Perkembangan Kurikulum 10
Kurikulum IPA di Indonesia 14

BAB 3
Penutup
Kesimpilan dan Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 16


PENDAHULUAN
BAB I

IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan Teknologi, karena IPA memiliki upaya untuk membangkitkan minat manusia serta kemampuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemahaman tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, IPA memiliki peran yang sangat penting. Kemajuan IPTEK yang begitu pesat sangat mempengaruhi perkembangan dalam dunia pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia dan negara-negara maju.
Pendidikan IPA telah berkembang di Negara-negara maju dan telah terbukti dengan adanya penemuan-penemuan baru yang terkait dengan teknologi. Akan tetapi di Indonesia sendiri belum mampu mengembangkannya. Pendidikn IPA di Indonesia belum mencapai standar yang diinginkan, padahal untuk memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sains penting dan menjadi tolak ukur kemajuan bangsa.
Kenyataan yang terjadi di Indonesia, mata plajaran IPA tidak begitu diminati dan kurang diperhatikan. Apalagi melihat kurangnya pendidik yang menerapkan konsep IPA. Permasalahan ini terlihat pada cara pembelajaran IPA serta kurikulum yang diberlakukan sesuai atau malah mempersulit pihak sekolah dan siswa didik, masalah yang dihadapi oleh pendidikan IPA sendiri berupa materi atau kurikulum, guru, fasilitas, peralatan siswa dan komunikasi antara siswa dan guru.
Oleh sebab itu untuk memperbaiki pendidikan IPA di SMP diperlukan pembenahan kurikulum dan pengajaran yang tepat dalam pendidikan IPA. Masalah ini juga yang mendasasri adanya kurikulum yang di sempurnakan (KYD) yang saat ini sedang di kembangkan di sekolah-sekolah, yaitu KTSP.
Dalam makalah ini penulis akan menyajikan tentang pengertian pendidikan IPA dan perkembangannya sehingga menyebabkan adanya perubahan kurikulum yang disempurnakan. Diharapkan setelah adanya penyempurnaan kurikulum maka pendidikan IPA dapat diajarkan sesuai dengan konsepnya serta dapat dikembangka dala dunia tekologi. Pendidikan IPA terpadu yang diterapkan di SMP dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas, yang mampu berpikir logis, kreatif dan kritis dalam menanggapi isu teknologi di masyarakat.



BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan IPA

Pendidikan IPA merupakan disiplin ilmu yang didalamnya terkait dengan ilmu pendidikan dan IPA itu sendiri. Sebelum mengetahui lebih jelas mengenai pendidikan IPA serta ruang lingkupnya, IPA memiliki dua pengertian yaitu dari segi pendidikan dan IPA itu sendiri.

1. Pengertian Pendidikan

Pendidikan menurut Siswoyo (2007: 21) merupakan “proses sepanjang hayat dan perwujudan pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi dalam rangka pemenuhan dan cara komitmen manusia sebagai makhluk individu dan makhluk social, serta sebagai makhluk Tuhan”.
Sugiharto (2007: 3) menyatakan bahwa “pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk mengubah tingkah laku manusia baik secara individu maupun kelompok untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan”.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu proses sadar dan terencana dari setiap individu maupun kelompok untuk membentuk pribadi yang baik dan mengembangkan potensi yang ada dalam upaya mewujudkan cita-cita dan tujuan yang diharapkan.
Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwapendidikan tidak hanya menitik beratkan pada pengembangan pola piker saja, namun juga untuk mengembangkan semua potensi yang ada pada diri seseorang. Jadi pendidikan menyangkut semua aspek pada kepribadian seseorang untuk membuat seseorang tersebut menjadi lebih baik.

2. Pengertian IPA

IPA sendiri berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains menurut Suyoso (1998:23) merupakan “pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara universal”.
Menurut Abdullah (1998:18), IPA merupakan “pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain”.
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan dididapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga akan terus di sempurnakan.
Dalam pembelajaran IPA mencakup semua materi yang terkait dengan objek alam serta persoalannya. Ruang lingkup IPA yaitu makhluk hidup, energi dan perubahannya, bumi dan alam semesta serta proses materi dan sifatnya. IPA terdiri dari tiga aspek yaitu Fisika, Biologi dan Kimia. Pada apek Fisika IPA lebih memfokuskan pada benda-benda tak hidup. Pada sapek Biologi IPA mengkaji pada persoalan yang terkait dengan makhluk hidup serta lingfkungannya. Sedangkan pada aspek Kimia IPA mempelajari gejala-gejala kimia baik yang ada pada makhluk hidup maupun benda tak hidup yang ada di alam.
Dari uraian di atas mengenai pengertian pendidikan dan IPA maka pendidikan IPA merupakan penerapan dalam pendidikan dan IPA untuk tujuan pembelajaran termasuk pembelajaran di SMP.
Pendidikan IPA menurut Tohari (1978:3) merupakan “usaha untuk menggunakan tingkah laku siswa hingga siswa memahami proses-proses IPA, memiliki nilai-nilai dan sikap yang baik terhadap IPA serta menguasi materi IPA berupa fakta, konsep, prinsip, hokum dan teori IPA”.
Pendidikan IPA menurut Sumaji (1998:46) merupakan “suatu ilmu pegetahuan social yang merupakan disiplin ilmu bukan bersifat teoritis melainkan gabungan (kombinasi) antara disiplin ilmu yang bersifat produktif”.

Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPA merupakan suatu usha yang dilakukan secara sadar untuk mengungkap gejala-gejala alam dengan menerapkan langkah-langkah ilmiah serta untuk membentuk kepribadian atau tingkah laku siswa sehingga siswa dapat memahami proses IPA dan dapat dikembangkan di masyarakat.

Pendidika IPA menjadi suatu bidang ilmu yang memiliki tujuan agar setiap siswa terutama yang ada di SMP memiliki kepribadian yang baik dan dapat menerapkan sikap ilmiah serta dapat mengembangkan potensi yang ada di alam untuk dijadikan sebagai sumber ilmu dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian pendidikan IPA bukan hanya sekedar teori akan tetapi dalam setiap bentuk pengajarannya lebih ditekankan pada bukti dan kegunaan ilmu tersebut. Bukan berarti teori-teori terdahulu tidak digunakan, ilmu tersebut akan terus digunakan sampai menemukan ilmu dan teori baru. Teori lama digunakan sebagai pembuktian dan penyempurnaan ilmu-ilmu alam yang baru. Hanya saja teori tersebut bukan untuk dihapal namun di terapkan sebagai tujuan proses pembelajaran. Melihat hal tersebut di atas nampaknya pendidikan IPA saat ini belum dapat menerapkannya.

Perlu adanya usaha yang dilakukan agar pendidikan IPA yang ada sekarang ini dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan awal yang akan dicapai, karena kita tahu bahwa pendidikan IPA tidak hanya pada teori-teori yang ada namun juga menyangkut pada kepribadian dan sikap ilmiah dari peserta didik. Untuk itu maka kepribadian dan sikap ilmiah perlu ditumbuhkan agar menjadi manusia yang sesuai dari tujuan pendidikan.

B. Perkembangan Pendidikan IPA

Pemberian pendidikan IPA di sekolah menengah bertujuan agar siswa paham dan menguasai konsep alam. pembelajaran ini juga bertujuan agar siswa dapat menggunakan metode ilmiah untuk menyelesaikan persoalan alam tersebut.
Pendidikan IPA atau IPA itu sendiri memiliki peran penting dalam meningkatkan mutu pendidikan terutama dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas yang mepunyai pemikiran kritis dan ilmiah dalam menanggapi isu di masyarakat. Perkembangan IPA ini dapat menyesuaikan dengan era teknologi informasi yang saat ini tengah hangat di bicarakan dalam dunia pendidikan.
Menyadari hal ini maka pendidikan IPA perlu mendapat perhatian, sehingga dapat dilakukan suatu usaha yang di sebut modernisasi. Modernisasi sendiri merupakan proses pergeseran sikap, cara berpikir dan bertindak sesuai dengan tuntunan zaman. Dengan demikian modernisasi pendidikan IPA memiliki upaya untuk mengubah system menjadi lebih modern dan akan terus berjalan dinamis.
Modernisasi dalam pendidikan IPA meliputi dua hal yaitu materi IPA dan matematika, serta system penyampaian. Modernisasi pendidikan IPA telah berkembang di Negara-negara maju seperti Amerika, namun untuk Indonesia sendiri belum nampak perkembangannya
Modernisasi yang dilakukan di Indonesia terkait dengan adanya perubahan kurikulum yang dominant terlihat pada kurikulum 1975, kurikulum ini berpengaruh pada kurikulum 1984 dan 1994. selanjutnya berubah menjadi Kurikulum 2004 yang biasa dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sampai akhirnya sekarang telah disempurnakan menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

1. Perkembangan Kurikulum

Kurikulum sendiri memiliki pengertian sebagaimana dalam UU SPN No 20 Tahun 2003 pada bab I pasal I (Muhammad. Joko,2007:82) yaitu seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.Kurikulum dimulai sejak adanya kurikulum 1975 yang berpengaruh pada kurikulum 1984 dan 1994.

a. Kurikulum 1975

Pendidikan di Indonesia sudah dimulai sejak proklamasi kemerdekaan atau tepatnya tanggal 17 agusyus 1945. sejak saat itu telah terjadi beberapa kali pembaharuan kurikulum mulai dari yingkat sekolah dasar hingga menengah. Pembaharuan kurikulm tersebut dilakukan untukmembuat pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik, menurut Jasin (1987), sudah dilakukan lima kali pembaharuan kurikulum. Pembaharuan tersebut adalah:
 Pembaharuan pertamakali dilakukan pada tahun 1947. Pembaharuan tersebut dilakukan untuk mengganti seluruh sistem pendidikan kolonial Belanda yang sebelumnya telah dicanangkan di Indonesia. Pembaharuan ini sangat didukung dengan masih adanya semangat revolusi nasional dan semangat proklamasi kemerdekaan yang masih menyala-nyala. Pembaharuan yang pertama atau disebut dengan rencanapelajaran 1947 ini menekankan pada pembentukan karakter manusia.
 Pembaharuan yang kedua terjadi dengan keluarnya rencana pendidikan 1964. Pembaharuan kurikulum ini didasarkan pada usaha untuk mengejar ketertinggalan pendidikan di Indonesia di bidang ilmu alam (science) dan matematika.
 Pembaharuan yang ketiga terjadi karena dikeluarkannya kurikulum 1968. Pembaharuan ini terjadi bersamaan dengan beralihnya sistem pemerintahan dari orde lama ke orde baru. Keadaan tersebut menuntut adanya pembaharuan dalam segala aspek kehidupan yang salah satunya adalah pendidikan.
 Pembaharuan yang keempat terjadi seiring dengan diterbitkannya kurikulum 1975/1976/1977. Kurikulum ini ditandai dengan adanya usha yang sistematis dalam penyusunan kurikulum tersebut. Bahan-bahan yang bersifat empiris dijadikan dasar dalam penyusunan kurikulum ini.

b. Kurikulum 1984

Kurikulum ini manggantikan kurikulum 1975 yang didasarkan pada surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 0461/U/1983 tentang perbaikan kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Kurikulum ini sudah disesuaikan dengan kebutuhan kerja industri pada masa itu.

c. Kurikulum 1994

Kurikulum 1994 berisi tentang kewenangan pengembangan yang seluruhnya beada ditanagn pusat dan daerah sehingga sekolah tidak begitu terlibat, kemudian tidak terjadi penataan materi, jam pelajaran serta struktur program siswa hanya dianggap sebagai siswa yang harus menerima semua materi dan tanpa mem[praktekannya. Pembelajaran hanya dilakukan di dalam kelas dan ketrampilan hanya dikembangkan melalui latihan soal. Mulyasa (Muhammad Joko,2007:102-104).
Dari uraian di atas erlihat bahwa kurikulum ini tidak atau kurang mengena pada siswa untuk pendidikan IPA, mengingat bahwa pendidikan IPA tidak sekedar mengajarkan konsep namun membutuhkan proses ketrampilan. Sebagai contoh meneliti, mengalami danmembuat rancangan prosedur sehingga kurikulum ini dirasa kurang baik dan akhirnya terjadi perubahan kurikulum yang disebut KBK.

d. Kurikulum 2004 (KBK)

KBK tidak ditetapka dalam UU atau Peraturan Pemerintah. Alasan dirubahnya kurikulum 1994 menjadi KBK karena mutu pendidikan di Indonesia yang kurang baik dan banyak siswa yang tidak menerapkan ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan, selain itu mereka dituntut untuk menghapal materi tanpa memahaminya sehingga apa yang telah di ujikan maka materi itu akan dengan mudah lupa.
Oleh karena itu dengan dirubahnya kurikulum 1994 menjadi KBK diharapkan dapat menekankan kurikulum pada kompetensi yang harus dimiliki dan dikuasai siswa dalam menyelesaikan pembelajaran. Menurut Paul (2007:43) kompetensi merupakan “kemampuan yang dapat berupa keterampilan, nilai hidup siswa yang mempengaruhi cara mereka berpikir dan bertindak”.
Secara umum KBK memiliki enam karakteristik menurut Muhammad joko (2007:102) yaitu: “(1) system belajar dengan modul,(2) menggunakan keseluruhan sumber belajar, (3) pengalaman lapangan, (4) strategi individual personal, (5) kemudahan belajar dan (6) belajar tuntas”.
Dalam kurikulum KBK ini sekolah dimberi keleluasaan dalam menyusun dan mengembangkan silabus mata pelajaran sehingga dapat mengakomodasi potensi sekolah, kebutuhan dan kemampuan peserta didik serta kebutuhan masyarakat sekitar sekolah. Di samping itu kurikulum ini juga menuntut siswa untuk aktif dan diharapkan lulusan dari tingkat SMP siswa dapat berpikir logis, kritis dan inovatif serta dapat memecahkan masalah sesuai metode ilmiah.

e. Kurikulum 2006 (KTSP)

KTSP (kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) merupakan kurikulum yang di sempurnakan dari kurikulum 2004 (KBK). Kurikulum ini disusun oleh masing-masing satuan pendidikan atau sekolah. Prinsipnya hamper sama dengan KBK. KTSP diberlakukan mulai tahun 2006/2007. Dalam kurikulum ini pemerintah hanya sebagai pengembang kompetensi sebagai standar isi dan kelulusan. Selanjutnya sekolah bebas menyusun kurikulum sesuai dengan keadaan sekolah dan siswa didik.
KTSP disusun dalam rangka memenuhi amanat yang tertuang dalam UU republic Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional dan permen No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). Dalam KTSP pendekatan balajar berbasis kompetensi dan terjadi penataan materi, jam belajar dan struktur program. (Muhammad Joko, 2007:102).
Perubahan urikulum harus beranjak pada kompetensi yang berdasar pada kebutuhan dimasyarakat. Harapannya dengan kurikulum terakhir yang lebih dikenal dengan KTSP lebih mudah diterapkan karena guru diberi kebebasan untuk mengembangkan kompetensi siswa. Keberhasilan pendidikan akan tergantung pada sekolah dan guru yang menerapkan kurikulum tersebut. Harapannya dapat meningkatkankualitas SDM.


2. Kurikulum IPA di Indonesia

Melihat dari kurikulum di atas maka kurikulum Pendidikan IPA di SMP telah dirancang sebagai pembelajaran yang berdimensi kompetensi karena IPA sangat penting sebagai Ilmu Pengetahuan dan untuk mengembangkan teknologi.
Kurikulum sebelum KTSP IPA di SMP diajarkan dengan memisahkan mata pelajaranm kedalam tiga aspek yaitu Fisika, Biologi dan Kimia. Dalam hal ini ketiga mata pelajaran ini hanya mencakup pada aspek IPA tanpa teknologi dan masyarakat. Padahal tujuan dari pembelajaran IPA buakn hanya pada konsep tetapi ketrampilan proses agar dapat berpikir ilmiah, rasional dan kritis.
Sesuai dengan adanya isi materi yang kurang mengena pada teknologi maka ketiga aspek tersebut dirangkum dalam satu mata pelajaran yaitu pendidikan IPA terpadu yang saat ini telah diterapkan dalam kurikulum KTSP



BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Pendidikan IPA merupakan disiplin ilmu yang di dalamnya terkait antara pendidikan dengan IPA. Pendidikan merupakan suatu proses sadar dan terencana dari setiap individu maupun kelompok untuk membentuk pribadi yang baik dalam mengembangkan potensi yang ada dalam upaya mewujudkan cita-cita dan tujuan hidup yang diharapkan. IPA sendiri merupakanpengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang dipeoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah yang didapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga akan terus disempurnakan.
Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPA merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar untuk mengungkap gejala-gejala alam dengan meerapkan langkah-langkah ilmiah serta untuk membentuk kepribadian atau tingkah laku siswa sehingga siswa dapat memehami proses IPA yang kemudian dapat dikembangkan di masyarakat.
Pendidikan IPA di SMP memiliki tujuan agar peserta didik dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar yang kemudian dapat dikembangkan menjadi suatu ilmu yang baru.
Perkembangan IPA ditandai dengan pesatnya perkembangan teknologi yang berpengaruh dalam kehidupan di masyarakat. Oleh sebab itu pendidikan IPA sangat diperlukan, melalui pembelajaran IPA ini, diharapkan peserta didik dapat menggali pengetahuan melalui kerja ilmiah dan terus mengembangkan sikap ilmiah.
Saran
Dengan adanya kurikulum yang disempurnakan, diharapkan pendidikan IPA di SMP menjadi lebih baik dan sesuai dengan kurikulum, terutama dalam pelaksanaannya.


DAFTAR PUSTAKA

- Abdullah Aly & Eny Rahma. (1998). Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara
- Dwi Siswoyo, dkk. (2007). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta. UNY Press
- Djohar.(1990).Pendidikan Sains.Yogyakarta:FMIPA UNY
- Hermana Soemantri. (1993). Perekayasaan Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah Berdasarkan Undang- Undang Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (pengembangan dan penilaian). Bandung: Angkasa. Mulyasa. (2006). Kurikulum yang Disempurnakan: Pengambangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Bandung: PT Remaja Rasdakarya
- Masnur Muslich. (2007). KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:PT Bumi Aksara
- Muhammad Joko Susilo. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
- Mulyasa. (2006). Kurikulum yang Disempurnakan: Pengambangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Bandung: PT Remaja Rasdakarya
- Mulyasa. (2006). Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi. Bandung: Remaja Rasdakarya
- Moh. Amien. (1984). Hakekat Science. Yogyakarta: IKIP
- Paul Suparno. (2007). Kajian dan Pengantar Kurikulum IPA SMP & MTS. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
- Sugiharto, Kartika N.F. Farida Harahap. dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta. UNY Press
- Sumaji, Soehakso, Mangun Wijaya, dkk. (1998). Pendidikan Sains yang Humanistis. Yogyakarta: Kanisus

DASAR – DASAR PENDIDIKAN MIPA

TUGAS MANDIRI

DASAR – DASAR PENDIDIKAN MIPA



Di susun oleh :
NAMA : Dika Pandu
NPM : 10311605
PRODY : Pend. Matematika



FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2010/2011

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua, dan tak lupa penulis sampaikan shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, pada keluarganya, sahabatnya, dan kita sebagai umatnya yang setia sampai akhir zaman, sehingga makalah dengan judul “Dasar-dasar Pendidikan MIPA” dapat diselesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun sebagai tugas dari Mata Kuliah Dasar-dasar Pendidikan MIPA, sebagai pengetahuan untuk kita semua, dan sebagai langkah untuk menyadari betapa pentingnya kelestarian budaya lokal dalam memperkokoh budaya bangsa. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Purwiro Hajdati M.Pd sebagai dosen mata kuliah Dasar-dasar Pendidikan MIPA yang telah banyak memberikan informasi dan petunjuk dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, tetapi mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dalam mencari ilmu, dan untuk para pembaca semua dalam menambah pengetahuan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menyempurnakan makalah ini.


Metro, 03 Juni 2011
Penulis,

Dika Pandu
10311605




DAFTAR ISI

Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
BAB 1 PENDAHULUAN 4
BAB II PEMBAHASAN 5
Pengertian MIPA 5
Pendidikan MIPA 6
Hakekat Tugas Guru dan Guru MIPA 7
Mengenal IPA 8
BAB III KESIMPULAN 17



PENDAHULUAN


Teori IPA pemodelan matematis terhadap berbagai prinsip dasar yang kebenarannya harus diuji dengan eksperimen yang dapat memberikan hasil serupa dalam keadaan yang sama.Dengan menggunakan teori dalam IPA orang dapat membuar prediksi (ramalan) Kuantitatif terhadap suatu prestasi. Pada dasarnya eksperimen merupakan :
- Suatu proses induktif dalam menemukan prinsip dasar yang baru
- Suatu proses deduktif bagi pengujian teori baru
Dalam membuat interprestasi hasil eksperimen untuk pengambilan kesimpulan diperlukan kemampuan menggunakan inferensi (kesimpulan) statistik.Inilah yang dikenal dengan metode ilmiah suatu metode yang juga digunakan ilmu – ilmu lain. alam IPA ditekankan pada proses induktif maupun deduktif. alam Matematika terutama menekankan pada proses deduktif yang memerlukan penalaran logis dan aksionatik
Matematika terkenal pula dengan materinya yang sangat hierarkhis sifatnya serta menghasilkan bahasa yang efisien yang sangat dibutuhkan oleh Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)Dari segi kemampuan analisis kuantitatif terhadap masalah yang berkaitan dengan pengajaran MIPA, pemodelan matematis dalam taraf sederhana dengan menerapkan pemahaman atas berbagai konsep dan prinsip dalam MIPA merupakan hal yang mutlak perlu dikuasai.





PEMBAHASAN

1.Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmiu pengetahuan alam yang bahasa asingnya “science” berasal dari kata latin “Scientia” yang berarti saya tahu. Kata “science” sebenarnya semula berarti ilmu pengetahuan yang meliputi baik ilmu pengetahuan sosial (Social science) maupun ilmu pengetahuan alam (natural science). Lama kelamaan, bila seseorang mengatakan “science” maka yang dimaksud adalah “natural science” atau dalam bahasa Indonesia disebut ilmu pengetahuan alam dan disingkat IPA. sedangkan IPA sendiri terdiri dari ilmu-ilmu fisik (Physical science) yang natara lain kimia, fisika, astronomi dan geofisika, serta ilmu-ilmu biologi (life science).

Matematika mempunyai sumbangan yang penting bagi perkembangan IPA. Matematika antara lain berperan sebagai penunjang untuk memahami gejala-gejala alam dan untuk memperhitungkan secara logis sesuatu yang tidak dapat diperoleh dari observasi dan eksperimen. Perkembangan IPA bukan hanya karena proses induksi dan deduksi tetapi juga peranan matematika. Pengetahuan yang diperoleh dengan metoda ilmiah yang disertai perhitungan matematika melahirkan IPA kuantitatif yang dipandang merupakan IPA modern.


Ciri MIPA :

• pengetahuan yang sangat terstruktur dalam arti antara bagian yang satu dengan bagian yang lain terjalin hubungan fungsional yang erat.
• Karena itu konsep – konsep dan prinsip – prinsip dalam MIPA akan lebih mudah dikuasai jika disajikan dalam bentuk terkait satu dengan yang lain dengan simpulan – simpulan yang jelas.
• Penerapan berbagai pengertian dan prinsip MIPA dalam taraf sederhana terhadap masalah alamiah seringkali memerlukan: keterpaduan berbagai komponen MIPA, dengan Matematika sebagai dasar logika penalaran dan penyelesaian kuantitatif sedangkan fisika, kimia, biologi sebagai deskripsi permasalahan yang ada.
• Untuk menekuninya diperlukan kecintaan yang dalam terhadap ilmu sebagai suatu sistem logis yang indah dan ampuh.
Kesadaran ini akan menimbulkan dedikasi yang tinggi terhadap pemahaman ataupun pengembangan ilmu sebagai suatu kebutuham hidup. Suatu proses untuk membantu manusia mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi segala perubahan dan permasalahan dengan sikap terbuka serta pendekatan kreatif tanpa kehilangan identitas dirinya.

2. Pendidikan MIPA
MIPA sebagai suatu kumpulan mata pelajaran, hendaknya jangan hanya dipandang sebagai :
1) Sekumpulan informasi hasil kajian orang terdahulu yang harus diteruskan kepada peserta didik, tetapi harus pula dipandang
2) Sebagai alat pendidikan yang potensial dapat memberikan uriman (sumbangan) nyata untuk perwujudan manusia Indonesia yang utuh.


Implikasi dari Ciri MIPA

1. Pendidikan MIPA menghendaki pendekatan – pendekatan tertentu dan metode – metode tertentu yang sesuai, serta sarana yang mendukung untuk memantapkan berbagai konsep MIPA pada anak didik,
 membuat mereka mampu berpikir kritis,
 menggunakan nalar (akal budi) mereka secara efektif dan efisien.
 menanamkan benih sikap ilmiah pada diri mereka
Dengan ciri perilaku ini, lulusan sekolah menengah atas akan merupakan potensi tenaga kerja berkualitas yang merupakan sumber daya manusia bagi pembangunan.



3.HAKEKAT TUGAS GURU DAN TUGAS GURU MIPA

Dalam upaya menunjang pencapaian tujuan pendidikan nasional seperti yang selalu dikemukakan, seorang guru tidak hanya bertugas sebagai pengajar melainkan juga sebagai pendidik.
• Misi utama guru sebagai pengajar ialah mengupayakan tercapainya tujuan – tujuan instruksional mata pelajaran yang diajarkannya, sedangkan misi utama guru
• Sebagai pendidik ialah mengupayakan terwujudnya perkembangan kepribadian peserta didik dalam dimensi yang lebih luas untuk memberikan iuran (sumbangan) nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Sejalan dengan pikiran pokok di atas, tugas guru MIPA tidak hanya sekedar
• Mengupayakan diperolehnya berbagai pengetahuan dan ketrampilan dalam MIPA dikalangan peserta didik.
• Lebih penting dari itu, seorang guru MIPA hendaknya dapat mendorong berkembangnya pemahaman dan penghayatan akan prinsip – prinsip dan nilai – nilai IPA dikalangan peserta didik dalam rangka menumbuhkan daya nalar, cara berpikir logis, sistematis dan kreatif, kecerdasan, serta sikap kritis, terbuka dan ingin tahu.
Sehubungan dengan itu, seorang guru MIPA
• Hendaknya tidak sekedar menyampaikan informasi/ceritera tentang MIPA kepada peserta didik tetapi betul – betul membimbing para siswanya berbuat sesuai dengan prinsip – prinsip dan nilai – nilai yang terkandung dalam MIPA.
Dengan kata lain, guru MIPA hendaknya
• Dapat membawa peserta didiknya untuk menjalani proses MIPA itu sendiri melalui kegiatan pengamatan, percobaan, pemecahan masalah, diskusi dengan teman – temannya dan sebagainya.
Masih berkaitan dengan sifat dikemukakan di atas, seorang guru MIPA hendaknya
• Dapat menumbuhkan kesenangan belajar MIPA dikalangan peserta didik. Ini akan besar pengaruhnya terhadap pencapaian hasil yang diharapkan dari pengajaran MIPA.
Disamping itu, seorang guru MIPA
• Hendaknya memiliki rasa percaya diri yang tinggi sehingga tidak segan mengakui keterbatasan pengetahuannya tentang hal – hal tertentu kepda peserta didik tanpa mengabaikan tanggungjawabnya membantu mereka menemukan jawaban terhadap persoalan – persoalan yang diajukan.


4. MENGENAL IPA

Manusia dan Perkembangan Tubuh serta Alam Pikirannya
Manusia sebagai Makhluk yang Unik
(Sifat – sifat Unik Manusia : Jasmani dan Naluri Kehidupannya)
Menurut klasifikasi (Biosistematik), manusia tergolong dalam Dunia Hewan. Kalau tubuh manusia dibedah, maka pada bagian dalam tubuhnya ditemui alat – alat (organ) tubuh, seperti : jantung, hati, paru – paru, usus dan lain – lain yang tidak banyak berbeda dengan yang dimiliki hewan lain (misalnya: kucing, kera, dll). Demikian pula kalau kita mempelajari sistem pernafasan, pencernaan makanan, peredaran darah, persarafan dan fisiologis organ – organ lainnya, pada prinsipnya sama seperti yang terdapat pada hewan.

Manusia digolongkan dalam Vetebrata, Kelas Mamalia, karena mempunyai ciri – ciri: mempunyai tulang belakang, tubuhnya mempunyai rambut, menyusui anaknya, mempunyai empat anggota gerak. Bagian – bagian anatomi manusia dengan kera sangat serupa, oleh karena itu mereka dimasukkan kedalam satu golongan yaitu Ordo Primates (Primata).

Meskipun terdapat banyak persamaan struktur dan fungsi organ tubuh manusia dengan hewan ini, namun dalam banyak hal manusia sangat berbeda dengan hewan, sehingga kita dapat mengatakan bahwa manusia sebenarnya tidak dapat disebut hewan, tetapi suatu makhluk jenis baru. Tetapi kalau diteliti lebih lanjut, ternyata perbedaan – perbedaan itu tidaklah dalam anatomi atau fisiologi melainkan terutama dalam tingkah laku dan prestasi. Jadi perbedaanya terletak pada cara hidup manusia yaitu disebut kebudayaan. Sebagaimana pula oleh Daryono Sutoyo dikemukakan bahwa perbedaan antara manusia dengan hewan itu terletak pada beberapa hal, antara lain berikut ini :
- kelakuan atau tingkah laku manusia dapat berubah – ubah
- kemampuan untuk mempengaruhi atau mengubah lingkungan pada manusia adalah lebih besar
- manusia membentuk kebudayaan, sedangkan pada hewan boleh dikatakan tidak mengenal kebudayaan (Daryono Sutoyo:3).
Jelas disini bahwa bagi manusia terdapat lingkungan abiotik dan lingkungan biotik, juga terdapat lingkunngan kebudayaan (agama, adat – istiadat, hasil – hasil teknolgi).

Atas dasar ini maka dalam mempelajari biologi manusia dianggap sebagai hewan, tidaklah mudah untuk memisahkan manusia sebagai hewan dengan manusia budaya. Contoh : manusia membutuhkan makanan seperti halnya hewan, tetapi apa yang dimakan (nasi, roti, ikan, daging dan sebagainya) bergantung kepada sikap budayanya dan tidak begitu banyak bergantung kepada nilai gizi makanan tersebut. Dalam mempelajari manusia terdapat daerah perpautan yang luas antara biologi dan ilmu pengetahuan sosial.

Setiap species mempunyai ciri – ciri khas yang meliputi:
- Ciri – ciri struktur;
- Ciri – ciri fisiologis;
- Ciri – ciri tingkah laku.

Walaupun diantara individu dalam species manusia banyak terdapat keanekaragaman, species manusia dapat dibedakan dengan jenis dari hewan yang paling menyerupai yaitu dari Primates besar bedanya.

Jadi dilihat dari ketiga ciri khas yaitu struktur tubuh, fisiologis dan tingkah lakunya manusia mencapai berbagai kemampuan dan kecakapan yang melebihi hewan mamalia lainnya terutama Primates. Manusia telah mengalami modifikasi struktur tubuh sehingga dapat memberikan ciri fisiologi atau fungsi dan kemampuan jasmani maupun ciri tingkah lakunnya tersendiri, yang dapat mengatasi masalah serta penyesuaian dalam hidupnya.

Dengan kekurangannya itu manusia dapat mengatasinya dan mengimbangi dengan kecakapan yang lebih tinggi diberbagai lapangan dibanding dengan hewan-hewan tadi. Oleh karena kecakapannya yang tinggi ini, manusia dapat menggunakan alat inderanya yang paling sempurna, yaitu alat penglihat dengan sebaik-baiknya. Manusia dapat menafsirkan rangsang yang diterimanya dan ia mempunyai pilihannya yang tak terhingga banyaknya dalam mengadakan reaksi yang tepat serta prestasi yang tinggi terhadap apa yang dilihatnya. Dapat membuat alat/perkakas dan menggunakannya.

Dari ciri struktur maupun ciri fisiologinya memungkinkan timbulnya ciri-ciri tingkah laku yang khas bagi manusia sebagai Mamalia yang paling utama. Ciri-ciri tingkah lakunya itu nampak pada sifat-sifat manusia umumnya.
Adapun sifat-sifat manusia itu sebagai berikut :
1) Berfikir :
a. Manusia itu pada umumnya berfikir egosentris.
Artinya pikirannya senantiasa berfikir kepada kepentingan manusia.
Contoh : Menebang hutan, membuat jalan, membuat industri semuanya demi kepentingan manusia.
b. Berbudaya: Akibat berfikir, manusia mempunyai kebudayaan. Kebudayaan berpengaruh terhadap manusianya sendiri.
c. Senang belajar : karena senang belajar, mengakibatkan adanya pendidikan. Pendidikan berpengaruh besar terhadap manusianya sendiri.
d. Bermasyarakat : berbeda dengan masyarakat hewan yang merupakan tingkah laku bawaan, masyarakat manusia berlandaskan tingkah laku yang kebanyakan telah dipelajarinya. Bentuk masyarakat mempengaruhi manusiaya sendiri secara timbal balik.
Contoh: Pendidikan mempengaruhi kedudukan dalam masyarakat, mempengaruhi penghasilan, mempengaruhi pandangan masyarakat, jadi mempengaruhi manusianya sendiri.
Cara berkomunikasi antara sesama dan kemampuan manusia berbahasa, menyebabkan manusia menjadi mahluk utama di dunia.
2) Manusia mempunyai kebutuhan makan :
Untuk keperluan hidupnya manusia memerlukan makanan. Makanan berpengaruh terhadap : pertumbuhan, perkembangan dan pembiakan. Gizi makanan mempengaruhi kesehatan, kecerdasan, cara kerja, kebudayaan, manusia, keluarga, ras, bangsa dan lain-lain.
3) Ingin panjang umur :
Akibat sifat ini, manusia itu selalu ingin sehat, mengatasi penyakit, membatasi kerja terlalu keras, mencegah kelaparan.
4) Suka berteduh :
Akibatnya manusia memakai pakaian. Macam pakaian dipengaruhi oleh iklim, selera masyarakat dan bahan yang tersedia. Sedangkan cara berpakaian berpengaruh terhadap kesehatan.
5) Suka mencari kesenangan hidup atau kebahagiaan :
Contoh : rekreasi, kesenian, kosmetika, dan sebagainya.
6) Ingin mempunyai keturunan.


Bagaimana naluri kehidupan manusia ?

Dibanding dengan hewan yang juga banyak yang hidup bermasyarakat, misalnya: serangga, maka masyarakat manusia itu berlandaskan tingkah laku yang kebanyakan telah dipelajari. Sedangakn masyarakat serangga atau hewan lain itu berlandaskan tingkah laku yang bersifat bawaan, yang terulang secara turun temurun dan ini disebut naluri. Menurut Wildan Yatim (1974:333) dikatakan bahwa: naluri (instinct) adalah sikap yang dibawa turun temurun, tak berubah-ubah dan berperan untuk memlihara kelangsungan hidup sesuatu individu di alam.

Segala macam ciri kehidupan dijalani secara naluri. Makan, bernafas, bergerak, berlindung dan berbiak adalah naluri. Setiap mahluk termasuk manusia sebenarnya memiliki naluri. Mahluk yang mempunyai kecerdasan yakni yang bisa belajar, memikirkan, memecahkan masalah dan memperbaiki sikap-sikap meniru (stereotip) seperti manusia, akan dapat menekan sikap asli (naluri) nya sampai batas-batas tertentu yang mungkin lebih menguntungkan. Sampai batas-batas tertentu, karena setiap mahluk tak akan mungkin dapat meninggalkan sama sekali pembawaan naluri.


Rasa Ingin Tahu

Ilmu pengetahuan alam itu bermula dari rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu ini merupakan ciri khas manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang alam sekitarnya, benda-benda di sekelilingnya, gunung, awan, bulan, bintang, dan matahari yang dipandangnya dari jauh, bahkan ia ingin tahu tentang dirinya sendiri. Rasa ingin tahu itu untuk memenuhi kebutuhan fisik, mempertahankan kelestarian hidupnya, dan untuk kebutuhan nonfisik, kebutuhan alam pikirannya.

Tumbuh-tumbuhan menunjukkan tanda-tanda kehidupan, bertumbuh dan bergerak namun gerakan itu terbatas pada mempertahankan kelestarian hidupnya yang bersifat tetap. Misalnya: daun-daun yang selalu cenderung untuk mencari sinar matahari atau akar-akar yang selalu cenderung mencari air yang kaya mineral untuk kebutuhan hidupnya. Hal ini berlangsung sepanjang zaman.

Hewan menunjukkan adanya kehendak berpindah dari satu tempat ke tenpat lain. Contoh : urung-burung bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain di dorong oleh suatu keinginan yaitu rasa ingin tahu apakah disana ada cukup makanan atau ingin tahu apakah di suatu tempat cukup aman untuk membuat sarang. Setelah mengadakan peninjauan (eksplorasi), burung itu menjadi tahu. Itulah “pengetahuan” dari burung itu. Burung juga memiliki “pengetahuan” bagaimana caranya membuat sarang di atas pohon. Tetapi pengetahuan itu ternyata tidak berubah dari zaman ke zaman. Burung pipit dari dulu hingga sekarang membuat sarang yang sama tak pernah berubah. Rasa ingin tahu dan pengetahuan dari hewan yang tetap sepanjang zaman itu disebut naluri (insting). Naluri ini brpusat pada satu hal saja yaitu untuk mempertahankan kelestarian hidupnya. Untuk itu mereka perlu makan, melindungi diri dan berkembang biak.Manusia memiliki naluri seperti yang dimiliki hewan. Tetapi manusia memiliki kelebihan yaitu kemampuan “berfikir” dengan kata lain ingin tahu tentang “apa”, juga ia ingin tahu “bagaimana” dan “mengapa” begitu. Manusia mampu menggunakan pengetahuannya yang terdahulu untuk dikaitkan/ dikombinasikan dengan pengetahuannya yang baru menjadi pengetahuan yang lebih baru. Hal yang demikian ini berlangsung terus berabad-abad lamanya, sehingga terjadi suatu akumulasi pengetahuan.

ada yang sangat tajam penglihatannya ada yang tidak. Demikian pula ada yang tajam penciumannya ada yang lemah. akibat dari keterbatasan alat indera kita maka mungkin timbul salah informasi, salah tafsir dan salah pemikiran.
Untuk meningkatkan ketepatan alat indera tersebut dapat juga orang dilatih untuk itu, tapi tetap sangat terbatas. Usaha-usaha lain adalah menciptakan alat, meskipun alat yang diciptakan ini masih mengalami kesalahan. Pengulangan pengamatan dengan berbagai cara dapat mengurangi kesalahan pengamatan tersebut.

Jadi mitos ini dapat diterima oleh masyarakat pada masa itu karena :
a) Keterbatasan pengetahuan yang disebabkan karena keterbatasan penginderaan baik langsung maupun dengan alat.
b) Keterbatasan penalaran.
c) Hasrat ingin tahunya terpenuhi.

Hasrat ingin tahunya berkembang terus dan mitos merupakan jawaban yang paling memuaskan pada masa itu. Puncak hasil pemikiran seperti itu yaitu pada zaman Babylonia ±700-600 SM. Alam semesta menurut pendapat mereka waktu itu adalah berupa suatu ruangan atau selungkup. Bumi datar sebagai lantainya dan langit-langit melengkung di atas sebagai atapnya. Bintang-bintang, matahari dan bulan menempel dan bergerak pada permukaan dalam langit. Pada atap ada semacam jendela dimana air hujan dapat sampai ke bumi.

Tetapi yang menakjubkan adalah bahwa mereka telah mengenal ekliptika atau bidang edar matahari, dan telah menetapkan perhitungan satu tahun yaitu satu kali matahari beredar kembali ke tempat semula, sama dengan 362,25 hari.
Horoskop atau ramalan nasib manusia berdasarkan perbintangan juga berasal dari zaman Babylonia ini. Masyarakat waktu itu, bahkan mungkin masih ada pada masa kini, dapat menerimanya. Pengetahuan yang mereka peroleh dari kenyataan pengamatan dan pengalaman tidak dapat digunakan untuk memecahkan masalah hidup sehari-hari yang mereka hadapi.

Contoh :

Suatu saat hasil pertanian mereka tidak memuaskan namun pada saat yang lain baik sekali. Mereka sendiri tidak memahami mengapa demikian. Pengetahuan mereka belum dapat menjawab mengapa hal itu terjadi maka mereka percaya pada mitos, dan dikaitkan nasib itu pada bulan, matahari, dan bintang-bintang.
Pengetahuan perbintangan pada masa itu memang sedang berkembang. Kelompok bintang atau rasi scorpio, virgo, pisces, leo, dan sebagainya yang masih kita kenal pada zaman sekarang ini, berasal dari zaman Babylonia. Pengetahuan ajaran orang-orang Babylonia itu setengahnya memang berasal dari hasil pengamatan maupun pengalaman namun setengahnya berupa dugaan, imajinasi, kepercayaan atau mitos. Pengetahuan seperti ini dapat disebut sebagai “pseudo science” artinya mirip sains tapi bukan sains. Suatu pola berfikir yang satu langkah lebih maju daripada mitos ataupun pseudo science tersebut di atas ialah penggabungan antara pengamatan, pengalaman, dan akal sehat atau rasional.



KESIMPULAN

Ilmu pengetahuan alam yang bermula timbil dari rasa ingin tahu manusia, sekarang telah berkembang pesat dan telah banyak mempengaruhi kehidupan masyarakat . Penmuan-penemuan dalam bidang ilmu pengetahuan alam dan teknologi dapat memberikan kemudahan dan peningkatan kehidupan masyarakat. Misalnya peningkatan penyediaan sandang dan pangan, kualitas kesehatan individu dan masyarakat.
Kecuali itu, penemuan-penemuan dalam bidang ilmu pengetahuan alam dan teknologi merupakan dasar pembuka jalan bagi pengembangan ilmu pengetahuan alam selanjutnya. Semua penemuan-penemuan ilmu pengetahuan alam masa kini, bukanlah hasil penemuan secara serentak, melainkan merupakan jalinan penemuan-penemuan sebelumnya. Suatu penemuan memungkinkan terdapatnya masalah baru yang mendorong manusia untuk bereksperimen selanjutnya. Dengan demikian terjadi proses berantai yang dinamis dan menyebabkan ilmu pengetahuan alam berkembang pesat.

Contoh :

Penemuan tentang peranan kromosom dan gen dalam menurunkan sifat-sifat mahluk hidup dari generasi terdahulu pada generasi berikutnya, telah ditetapkan untuk memperoleh bibit unggul. Dengan jalan perkawinan silang dan mutasi buatan, diperoleh tanaman baru yang mempunyai produksi lebih tinggi dan tahan hama. Ini berarti dapat meningkatkan penyediaan pangan masyarakat.
Contoh lain misalnya dengan diketemukannya mikroskop sederhana, terbuka jalan untuk mempelajari organisme-organisme kecil yang semula tidak dapat dilihat. Pengetahuan tentang mikroorganisme itu makin berkembang dan melahirkan ilmi mikrobiologi. Selain itu, penemuan mikroskop juga membuka jalan bagi pengembangan dan penemuan berbagai jenis mikroskop yang memiliki kemampuan lebih tinggi.

Rabu, 15 Juni 2011

MAKALAH PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP EKSISTENSI KEBUDAYAAN DAERAH

MAKALAH PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP EKSISTENSI KEBUDAYAAN DAERAH


BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan. Globalisasi sendiri merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar dua puluh tahun yang lalu, dan mulai begitu populer sebagai ideologi baru sekitar lima atau sepuluh tahun terakhir. Sebagai istilah, globalisasi begitu mudah diterima atau dikenal masyarakat seluruh dunia. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar. Globalisasi sering diperbincangkan oleh banyak orang, mulai dari para pakar ekonomi, sampai penjual iklan. Dalam kata globalisasi tersebut mengandung suatu pengetian akan hilangnya satu situasi dimana berbagai pergerakan barang dan jasa antar negara diseluruh dunia dapat bergerak bebas dan terbuka dalam perdagangan. Dan dengan terbukanya satu negara terhadap negara lain, yang masuk bukan hanya barang dan jasa, tetapi juga teknologi, pola konsumsi, pendidikan, nilai budaya dan lain-lain. Konsep akan globalisasi menurut Robertson (1992), mengacu pada penyempitan dunia secara insentif dan peningkatan kesadaran kita akan dunia, yaitu semakin meningkatnya koneksi global dan pemahaman kita akan koneksi tersebut. Di sini penyempitan dunia dapat dipahami dalam konteks institusi modernitas dan intensifikasi kesadaran dunia dapat dipersepsikan refleksif dengan lebih baik secara budaya. Globalisasi memiliki banyak penafsiran dari berbagai sudut pandang. Sebagian orang menafsirkan globalisasi sebagai proses pengecilan dunia atau menjadikan dunia sebagaimana layaknya sebuah perkampungan kecil. Sebagian lainnya menyebutkan bahwa globalisasi adalah upaya penyatuan masyarakat dunia dari sisi gaya hidup, orientasi, dan budaya. Pengertian lain dari globalisasi seperti yang dikatakan oleh Barker (2004) adalah bahwa globalisasi merupakan koneksi global ekonomi, sosial, budaya dan politik yang semakin mengarah ke berbagai arah di seluruh penjuru dunia dan merasuk ke dalam kesadaran kita. Produksi global atas produk lokal dan lokalisasi produk global Globalisasi adalah proses dimana berbagai peristiwa, keputusan dan kegiatan di belahan dunia yang satu dapat membawa konsekuensi penting bagi berbagai individu dan masyarakat di belahan dunia yang lain.(A.G. Mc.Grew, 1992). Proses perkembangan globalisasi pada awalnya ditandai kemajuan bidang teknologi informasi dan komunikasi. Bidang tersebut merupakan penggerak globalisasi. Dari kemajuan bidang ini kemudian mempengaruhi sektor-sektor lain dalam kehidupan, seperti bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Contoh sederhana dengan teknologi internet, parabola dan TV, orang di belahan bumi manapun akan dapat mengakses berita dari belahan dunia yang lain secara cepat. Hal ini akan terjadi interaksi antarmasyarakat dunia secara luas, yang akhirnya akan saling mempengaruhi satu sama lain, terutama pada kebudayaan daerah,seperti kebudayaan gotong royong,menjenguk tetangga sakit dan lain-lain. Globalisasi juga berpengaruh terhadap pemuda dalam kehidupan sehari-hari, seperti budaya berpakaian, gaya rambut dan sebagainya

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Dalam perkembangannya globalisasi menimbulkan berbagai masalah dalam bidang kebudayaan,misalnya : - hilangnya budaya asli suatu daerah atau suatu negara - terjadinya erosi nilai-nilai budaya, - menurunnya rasa nasionalisme dan patriotisme - hilangnya sifat kekeluargaan dan gotong royong - kehilangan kepercayaan diri - gaya hidup kebarat-baratan

C. RUMUSAN MASALAH

Adanya globalisasi menimbulkan berbagai masalah terhadap eksistensi kebudayaan daerah, salah satunya adalah terjadinya penurunan rasa cinta terhadap kebudayaan yang merupakan jati diri suatu bangsa, erosi nilai-nilai budaya, terjadinya akulturasi budaya yang selanjutnya berkembang menjadi budaya massa.

D. TUJUAN

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu : 1. Mengetahui pengaruh globalisasi terhadap eksistensi kebudayaan daerah 2. Untuk meningkatkan kesadaran remaja untuk menjunjung tinggi kebudayaan bangsa sendiri karena kebudayaan merupakan jati diri bangsa



BAB II KERANGKA TEORITIK DAN RUMUSAN HIPOTESIS

A. BATASAN ISTILAH

Dalam pembuatan makalah ini menggunakan istilah-istilah yang sudah dimengerti oleh masyarakat banyak, adapun tujuan dari penggunaan istilah-istilah tersebut yaitu untuk memudahkan pembaca dalam membaca makalah ini.

B. SUDUT PANDANG PENDEKATAN

Sudut pandang yang kami gunakan dalam pembuatan mekalah ini yaitu sudut pandang secara sosiologis dan psikologis yaitu pengaruh globalisasi pada masyarakat umum dan sikap para pemuda dalam menyikapi pengaruh budaya asing.

C. KERANGKA BERPIKIR

Dalam pembuatan makalah ini kami menggunakan pola paragraf dari umum ke khusus, dengan alasan agar pembaca merasa bingung dalam membaca karena dalam membaca dimulai dari hal-hal yang ringan dulu baru meningkat ke hal-hal yang lebih kompleks.


D. RUMUSAN HIPOTESIS

Adanya globalisasi yang memiliki dampak positif maupun negative, maka perlu adanya tindak lanjut dalam menyikapi globalisasi tersebut. Adapun tindakan-tindakan yang dapat dilakukan yaitu : 1. Menambah porsi pengetahuan tentang kebudayaan bangsa di sekolah-sekolah baik mulai dari tingkat SD sampai perguruan tinggi 2. Menyeleksi kemunculan globalisasi kebudayaan baru, sehingga budaya yang masuk tidak merugikan dan berdampak negative. 3. Mengadakan berbagai pertunjukan kubudayaan 4. Membatasi acara-acara yang dapat memunculkan rasa cinta terhadap budaya asing.


BAB III PEMBAHASAN

A. GLOBALISASI DAN BUDAYA

Gaung globalisasi, yang sudah mulai terasa sejak akhir abad ke-20, telah membuat masyarakat dunia, termasuk bangsa Indonesia harus bersiap-siap menerima kenyataan masuknya pengaruh luar terhadap seluruh aspek kehidupan bangsa. Salah satu aspek yang terpengaruh adalah kebudayaan. Terkait dengan kebudayaan, kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Atau kebudayaan juga dapat didefinisikan sebagai wujudnya, yang mencakup gagasan atau ide, kelakuan dan hasil kelakuan (Koentjaraningrat), dimana hal-hal tersebut terwujud dalam kesenian tradisional kita. Oleh karena itu nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan atau psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan Bagi bangsa Indonesia aspek kebudayaan merupakan salah satu kekuatan bangsa yang memiliki kekayaan nilai yang beragam, termasuk keseniannya. Kesenian rakyat, salah satu bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia tidak luput dari pengaruh globalisasi. Globalisasi dalam kebudayaan dapat berkembang dengan cepat, hal ini tentunya dipengaruhi oleh adanya kecepatan dan kemudahan dalam memperoleh akses komunikasi dan berita namun hal ini justru menjadi bumerang tersendiri dan menjadi suatu masalah yang paling krusial atau penting dalam globalisasi, yaitu kenyataan bahwa perkembangan ilmu pengertahuan dikuasai oleh negara-negara maju, bukan negara-negara berkembang seperti Indonesia. Mereka yang memiliki dan mampu menggerakkan komunikasi internasional justru negara-negara maju. Akibatnya, negara-negara berkembang, seperti Indonesia selalu khawatir akan tertinggal dalam arus globalisai dalam berbagai bidang seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, termasuk kesenian kita. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar. Komunikasi dan transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa. Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Simon Kemoni, sosiolog asal Kenya mengatakan bahwa globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Dalam proses alami ini, setiap bangsa akan berusaha menyesuaikan budaya mereka dengan perkembangan baru sehingga mereka dapat melanjutkan kehidupan dan menghindari kehancuran. Tetapi, menurut Simon Kimoni, dalam proses ini, negara-negara harus memperkokoh dimensi budaya mereka dan memelihara struktur nilai-nilainya agar tidak dieliminasi oleh budaya asing. Dalam rangka ini, berbagai bangsa haruslah mendapatkan informasi ilmiah yang bermanfaat dan menambah pengalaman mereka. Terkait dengan seni dan budaya, Seorang penulis asal Kenya bernama Ngugi Wa Thiong’o menyebutkan bahwa perilaku dunia Barat, khususnya Amerika seolah-olah sedang melemparkan bom budaya terhadap rakyat dunia. Mereka berusaha untuk menghancurkan tradisi dan bahasa pribumi sehingga bangsa-bangsa tersebut kebingungan dalam upaya mencari indentitas budaya nasionalnya. Penulis Kenya ini meyakini bahwa budaya asing yang berkuasa di berbagai bangsa, yang dahulu dipaksakan melalui imperialisme, kini dilakukan dalam bentuk yang lebih luas dengan nama globalisasi.


B. GLOBALISASI DALAM KEBUDAYAAN TRADISIONAL DI INDONESIA

Proses saling mempengaruhi adalah gejala yang wajar dalam interaksi antar masyarakat. Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum Indonesia terbentuk) telah mengalami proses dipengaruhi dan mempengaruhi. Kemampuan berubah merupakan sifat yang penting dalam kebudayaan manusia. Tanpa itu kebudayaan tidak mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang senantiasa berubah. Perubahan yang terjadi saat ini berlangsung begitu cepat. Hanya dalam jangka waktu satu generasi banyak negara-negara berkembang telah berusaha melaksanakan perubahan kebudayaan, padahal di negara-negara maju perubahan demikian berlangsung selama beberapa generasi. Pada hakekatnya bangsa Indonesia, juga bangsa-bangsa lain, berkembang karena adanya pengaruh-pengaruh luar. Kemajuan bisa dihasilkan oleh interaksi dengan pihak luar, hal inilah yang terjadi dalam proses globalisasi. Oleh karena itu, globalisasi bukan hanya soal ekonomi namun juga terkait dengan masalah atau isu makna budaya dimana nilai dan makna yang terlekat di dalamnya masih tetap berarti.. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dalam berbagai hal, seperti anekaragaman budaya, lingkungan alam, dan wilayah geografisnya. Keanekaragaman masyarakat Indonesia ini dapat dicerminkan pula dalam berbagai ekspresi keseniannya. Dengan perkataan lain, dapat dikatakan pula bahwa berbagai kelompok masyarakat di Indonesia dapat mengembangkan keseniannya yang sangat khas. Kesenian yang dikembangkannya itu menjadi model-model pengetahuan dalam masyarakat.


C. PERUBAHAN BUDAYA DALAM GLOBALISASI ; KESENIAN YANG BERTAHAN DAN YANG TERSISIHKAN

Perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni perubahan dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai dan norma social merupakan salh satu dampak dari adanya globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia secara mendasar. Komunikasi dan sarana transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa. Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Misalnya saja khusus dalam bidang hiburan massa atau hiburan yang bersifat masal, makna globalisasi itu sudah sedemikian terasa. Sekarang ini setiap hari kita bisa menyimak tayangan film di tv yang bermuara dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea, dll melalui stasiun televisi di tanah air. Belum lagi siaran tv internasional yang bisa ditangkap melalui parabola yang kini makin banyak dimiliki masyarakat Indonesia. Sementara itu, kesenian-kesenian populer lain yang tersaji melalui kaset, vcd, dan dvd yang berasal dari manca negara pun makin marak kehadirannya di tengah-tengah kita. Fakta yang demikian memberikan bukti tentang betapa negara-negara penguasa teknologi mutakhir telah berhasil memegang kendali dalam globalisasi budaya khususnya di negara ke tiga. Peristiwa transkultural seperti itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap keberadaan kesenian kita. Padahal kesenian tradisional kita merupakan bagian dari khasanah kebudayaan nasional yang perlu dijaga kelestariannya. Di saat yang lain dengan teknologi informasi yang semakin canggih seperti saat ini, kita disuguhi oleh banyak alternatif tawaran hiburan dan informasi yang lebih beragam, yang mungkin lebih menarik jika dibandingkan dengan kesenian tradisional kita. Dengan parabola masyarakat bisa menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang bersifat mendunia yang berasal dari berbagai belahan bumi. Kondisi yang demikian mau tidak mau membuat semakin tersisihnya kesenian tradisional Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia yang sarat akan pemaknaan dalam masyarakat Indonesia. Misalnya saja bentuk-bentuk ekspresi kesenian etnis Indonesia, baik yang rakyat maupun istana, selalu berkaitan erat dengan perilaku ritual masyarakat pertanian. Dengan datangnya perubahan sosial yang hadir sebagai akibat proses industrialisasi dan sistem ekonomi pasar, dan globalisasi informasi, maka kesenian kita pun mulai bergeser ke arah kesenian yang berdimensi komersial. Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai tersingkir dan kehilangan fungsinya. Sekalipun demikian, bukan berarti semua kesenian tradisional kita lenyap begitu saja. Ada berbagai kesenian yang masih menunjukkan eksistensinya, bahkan secara kreatif terus berkembang tanpa harus tertindas proses modernisasi. Pesatnya laju teknologi informasi atau teknologi komunikasi telah menjadi sarana difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga alternatif pilihan hiburan yang lebih beragam bagi masyarakat luas. Akibatnya masyarakat tidak tertarik lagi menikmati berbagai seni pertunjukan tradisional yang sebelumnya akrab dengan kehidupan mereka. Misalnya saja kesenian tradisional wayang orang Bharata, yang terdapat di Gedung Wayang Orang Bharata Jakarta kini tampak sepi seolah-olah tak ada pengunjungnya. Hal ini sangat disayangkan mengingat wayang merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional Indonesia yang sarat dan kaya akan pesan-pesan moral, dan merupakan salah satu agen penanaman nilai-nilai moral yang baik, menurut saya. Contoh lainnya adalah kesenian Ludruk yang sampai pada tahun 1980-an masih berjaya di Jawa Timur sekarang ini tengah mengalami “mati suri”. Wayang orang dan ludruk merupakan contoh kecil dari mulai terdepaknya kesenian tradisional akibat globalisasi. Bisa jadi fenomena demikian tidak hanya dialami oleh kesenian Jawa tradisional, melainkan juga dalam berbagai ekspresi kesenian tradisional di berbagai tempat di Indonesia. Sekalipun demikian bukan berarti semua kesenian tradisional mati begitu saja dengan merebaknya globalisasi. Di sisi lain, ada beberapa seni pertunjukan yang tetap eksis tetapi telah mengalami perubahan fungsi. Ada pula kesenian yang mampu beradaptasi dan mentransformasikan diri dengan teknologi komunikasi yang telah menyatu dengan kehidupan masyarakat, misalnya saja kesenian tradisional “Ketoprak” yang dipopulerkan ke layar kaca oleh kelompok Srimulat. Kenyataan di atas menunjukkan kesenian ketoprak sesungguhnya memiliki penggemar tersendiri, terutama ketoprak yang disajikan dalam bentuk siaran televisi, bukan ketoprak panggung. Dari segi bentuk pementasan atau penyajian, ketoprak termasuk kesenian tradisional yang telah terbukti mampu beradaptasi dengan perubahan zaman. Selain ketoprak masih ada kesenian lain yang tetap bertahan dan mampu beradaptasi dengan teknologi mutakhir yaitu wayang kulit. Beberapa dalang wayang kulit terkenal seperti Ki Manteb Sudarsono dan Ki Anom Suroto tetap diminati masyarakat, baik itu kaset rekaman pementasannya, maupun pertunjukan secara langsung. Keberanian stasiun televisi Indosiar yang sejak beberapa tahun lalu menayangkan wayang kulit setiap malam minggu cukup sebagai bukti akan besarnya minat masyarakat terhadap salah satu khasanah kebudayaan nasional kita. Bahkan Museum Nasional pun tetap mempertahankan eksistensi dari kesenian tradisonal seperti wayang kulit dengan mengadakan pagelaran wayang kulit tiap beberapa bulan sekali dan pagelaran musik gamelan tiap satu minggu atau satu bulan sekali yang diadakan di aula Kertarajasa, Museum Nasional.


D. PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP BUDAYA BANGSA

Arus globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan budaya bangsa Indonesia . Derasnya arus informasi dan telekomunikasi ternyata menimbulkan sebuah kecenderungan yang mengarah terhadap memudarnya nilai-nilai pelestarian budaya. Perkembangan 3T (Transportasi, Telekomunikasi, dan Teknologi) mengkibatkan berkurangnya keinginan untuk melestarikan budaya negeri sendiri . Budaya Indonesia yang dulunya ramah-tamah, gotong royong dan sopan berganti dengan budaya barat, misalnya pergaulan bebas. Di Tapanuli (Sumatera Utara) misalnya, duapuluh tahun yang lalu, anak-anak remajanya masih banyak yang berminat untuk belajar tari tor-tor dan tagading (alat musik batak). Hampir setiap minggu dan dalam acara ritual kehidupan, remaja di sana selalu diundang pentas sebagai hiburan budaya yang meriah. Saat ini, ketika teknologi semakin maju, ironisnya kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut semakin lenyap di masyarakat, bahkan hanya dapat disaksikan di televisi dan Taman Mini Indonesi Indah (TMII). Padahal kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut, bila dikelola dengan baik selain dapat menjadi pariwisata budaya yang menghasilkan pendapatan untuk pemerintah baik pusat maupun daerah, juga dapat menjadi lahan pekerjaan yang menjanjikan bagi masyarakat sekitarnya. Hal lain yang merupakan pengaruh globalisasi adalah dalam pemakaian bahasa indonesia yang baik dan benar (bahasa juga salah satu budaya bangsa). Sudah lazim di Indonesia untuk menyebut orang kedua tunggal dengan Bapak, Ibu, Pak, Bu, Saudara, Anda dibandingkan dengan kau atau kamu sebagai pertimbangan nilai rasa. Sekarang ada kecenderungan di kalangan anak muda yang lebih suka menggunakan bahasa Indonesia dialek Jakarta seperti penyebutan kata gue (saya) dan lu (kamu). Selain itu kita sering dengar anak muda mengunakan bahasa Indonesia dengan dicampur-campur bahasa inggris seperti OK, No problem dan Yes’, bahkan kata-kata makian (umpatan) sekalipun yang sering kita dengar di film-film barat, sering diucapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata ini disebarkan melalui media TV dalam film-film, iklan dan sinetron bersamaan dengan disebarkannya gaya hidup dan fashion . Gaya berpakaian remaja Indonesia yang dulunya menjunjung tinggi norma kesopanan telah berubah mengikuti perkembangan jaman. Ada kecenderungan bagi remaja putri di kota-kota besar memakai pakaian minim dan ketat yang memamerkan bagian tubuh tertentu. Budaya perpakaian minim ini dianut dari film-film dan majalah-majalah luar negeri yang ditransformasikan kedalam sinetron-sinetron Indonesia . Derasnya arus informasi, yang juga ditandai dengan hadirnya internet, turut serta `menyumbang` bagi perubahan cara berpakaian. Pakaian mini dan ketat telah menjadi trend dilingkungan anak muda. Salah satu keberhasilan penyebaran kebudayaan Barat ialah meluasnya anggapan bahwa ilmu dan teknologi yang berkembang di Barat merupakan suatu yang universal. Masuknya budaya barat (dalam kemasan ilmu dan teknologi) diterima dengan `baik`. Pada sisi inilah globalisasi telah merasuki berbagai sistem nilai sosial dan budaya Timur (termasuk Indonesia ) sehingga terbuka pula konflik nilai antara teknologi dan nilai-nilai ketimuran.


E. TINDAKAN YANG MENDORONG TIMBULNYA GLOBALISASI KEBUDAYAAN DAN CARA MENGANTISIPASI ADANYA GLOBALISASI KEBUDAYAAN

Peran kebijaksanaan pemerintah yang lebih mengarah kepada pertimbangan-pertimbangan ekonomi daripada cultural atau budaya dapat dikatakan merugikan suatu perkembangan kebudayaan. Jennifer Lindsay (1995) dalam bukunya yang berjudul ‘Cultural Policy And The Performing Arts In South-East Asia’, mengungkapkan kebijakan kultural di Asia Tenggara saat ini secara efektif mengubah dan merusak seni-seni pertunjukan tradisional, baik melalui campur tangan, penanganan yang berlebihan, kebijakan-kebijakan tanpa arah, dan tidak ada perhatian yang diberikan pemerintah kepada kebijakan kultural atau konteks kultural. Dalam pengamatan yang lebih sempit dapat kita melihat tingkah laku aparat pemerintah dalam menangani perkembangan kesenian rakyat, di mana banyaknya campur tangan dalam menentukan objek dan berusaha merubah agar sesuai dengan tuntutan pembangunan. Dalam kondisi seperti ini arti dari kesenian rakyat itu sendiri menjadi hambar dan tidak ada rasa seninya lagi. Melihat kecenderungan tersebut, aparat pemerintah telah menjadikan para seniman dipandang sebagai objek pembangunan dan diminta untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan simbol-simbol pembangunan. Hal ini tentu saja mengabaikan masalah pemeliharaan dan pengembangan kesenian secara murni, dalam arti benar-benar didukung oleh nilai seni yang mendalam dan bukan sekedar hanya dijadikan model saja dalam pembangunan. Dengan demikian, kesenian rakyat semakin lama tidak dapat mempunyai ruang yang cukup memadai untuk perkembangan secara alami atau natural, karena itu, secara tidak langsung kesenian rakyat akhirnya menjadi sangat tergantung oleh model-model pembangunan yang cenderung lebih modern dan rasional. Sebagai contoh dari permasalahan ini dapat kita lihat, misalnya kesenian asli daerah Betawi yaitu, tari cokek, tari lenong, dan sebagainya sudah diatur dan disesuaikan oleh aparat pemerintah untuk memenuhi tuntutan dan tujuan kebijakan-kebijakan politik pemerintah. Aparat pemerintah di sini turut mengatur secara normatif, sehingga kesenian Betawi tersebut tidak lagi terlihat keasliannya dan cenderung dapat membosankan. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak dikehendaki terhadap keaslian dan perkembangan yang murni bagi kesenian rakyat tersebut, maka pemerintah perlu mengembalikan fungsi pemerintah sebagai pelindung dan pengayom kesenian-kesenian tradisional tanpa harus turut campur dalam proses estetikanya. Memang diakui bahwa kesenian rakyat saat ini membutuhkan dana dan bantuan pemerintah sehingga sulit untuk menghindari keterlibatan pemerintah dan bagi para seniman rakyat ini merupakan sesuatu yang sulit pula membuat keputusan sendiri untuk sesuai dengan keaslian (oroginalitas) yang diinginkan para seniman rakyat tersebut. Oleh karena itu pemerintah harus ‘melakoni’ dengan benar-benar peranannya sebagai pengayom yang melindungi keaslian dan perkembangan secara estetis kesenian rakyat tersebut tanpa harus merubah dan menyesuaikan dengan kebijakan-kebijakan politik. Globalisasi informasi dan budaya yang terjadi menjelang millenium baru seperti saat ini adalah sesuatu yang tak dapat dielakkan. Kita harus beradaptasi dengannya karena banyak manfaat yang bisa diperoleh. Harus diakui bahwa teknologi komunikasi sebagai salah produk dari modernisasi bermanfaat besar bagi terciptanya dialog dan demokratisasi budaya secara masal dan merata. Globalisasi mempunyai dampak yang besar terhadap budaya. Kontak budaya melalui media massa menyadarkan dan memberikan informasi tentang keberadaan nilai-nilai budaya lain yang berbeda dari yang dimiliki dan dikenal selama ini. Kontak budaya ini memberikan masukan yang penting bagi perubahan-perubahan dan pengembangan-pengembangan nilai-nilai dan persepsi dikalangan masyarakat yang terlibat dalam proses ini. Kesenian bangsa Indonesia yang memiliki kekuatan etnis dari berbagai macam daerah juga tidak dapat lepas dari pengaruh kontak budaya ini. Sehingga untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap perubahan-perubahan diperlukan pengembangan-pengembangan yang bersifat global namun tetap bercirikan kekuatan lokal atau etnis. Globalisasi budaya yang begitu pesat harus diantisipasi dengan memperkuat identitas kebudayaan nasional. Berbagai kesenian tradisional yang sesungguhnya menjadi aset kekayaan kebudayaan nasional jangan sampai hanya menjadi alat atau slogan para pemegang kebijaksanaan, khususnya pemerintah, dalam rangka keperluan turisme, politik dsb. Selama ini pembinaan dan pengembangan kesenian tradisional yang dilakukan lembaga pemerintah masih sebatas pada unsur formalitas belaka, tanpa menyentuh esensi kehidupan kesenian yang bersangkutan. Akibatnya, kesenian tradisional tersebut bukannya berkembang dan lestari, namun justru semakin dijauhi masyarakat. Dengan demikian, tantangan yang dihadapi oleh kesenian rakyat cukup berat. Karena pada era teknologi dan komunikasi yang sangat canggih dan modern ini masyarakat dihadapkan kepada banyaknya alternatif sebagai pilihan, baik dalam menentukan kualitas maupun selera. Hal ini sangat memungkinkan keberadaan dan eksistensi kesenian rakyat dapat dipandang dengan sebelah mata oleh masyarakat, jika dibandingkan dengan kesenian modern yang merupakan imbas dari budaya pop. Untuk menghadapi hal-hal tersebut di atas ada beberapa alternatif untuk mengatasinya, yaitu meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM ) bagi para seniman rakyat. Selain itu, mengembalikan peran aparat pemerintah sebagai pengayom dan pelindung, dan bukan sebaliknya justru menghancurkannya demi kekuasaan dan pembangunan yang berorientasi pada dana-dana proyek atau dana-dana untuk pembangunan dalam bidang ekonomi saja


BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pengaruh globalisasi disatu sisi ternyata menimbulkan pengaruh yang negatif bagi kebudayaan bangsa Indonesia . Norma-norma yang terkandung dalam kebudayaan bangsa Indonesia perlahan-lahan mulai pudar. Gencarnya serbuan teknologi disertai nilai-nilai interinsik yang diberlakukan di dalamnya, telah menimbulkan isu mengenai globalisasi dan pada akhirnya menimbulkan nilai baru tentang kesatuan dunia. Radhakrishnan dalam bukunya Eastern Religion and Western Though (1924) menyatakan “untuk pertama kalinya dalam sejarah umat manusia, kesadaran akan kesatuan dunia telah menghentakkan kita, entah suka atau tidak, Timur dan Barat telah menyatu dan tidak pernah lagi terpisah�. Artinya adalah bahwa antara barat dan timur tidak ada lagi perbedaan. Atau dengan kata lain kebudayaan kita dilebur dengan kebudayaan asing. Apabila timur dan barat bersatu, masihkah ada ciri khas kebudayaan kita? Ataukah kita larut dalam budaya bangsa lain tanpa meninggalkan sedikitpun sistem nilai kita? Oleh karena itu perlu dipertahanan aspek sosial budaya Indonesia sebagai identitas bangsa. Caranya adalah dengan penyaringan budaya yang masuk ke Indonesia dan pelestarian budaya bangsa. Bagi masyarakat yang mencoba mengembangkan seni tradisional menjadi bagian dari kehidupan modern, tentu akan terus berupaya memodifikasi bentuk-bentuk seni yang masih berpolakan masa lalu untuk dijadikan komoditi yang dapat dikonsumsi masyarakat modern. Karena sebenarnya seni itu indah dan mahal. Kesenian adalah kekayaan bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya dan tidak dimiliki bangsa-bangsa asing. Oleh sebab itu, sebagai generasi muda, yang merupakan pewaris budaya bangsa, hendaknya memelihara seni budaya kita demi masa depan anak cucu.

B. SARAN – SARAN

Dari hasil pembahasan diatas, dapat dilakukan beberapa tindakan untuk mencegah terjadinya pergeseran kebudayaan yaitu : 1. Pemerintah perlu mengkaji ulang perturan-peraturan yang dapat menyebabkan pergeseran budaya bangsa 2. Masyarakat perlu berperan aktif dalam pelestarian budaya daerah masing-masing khususnya dan budaya bangsa pada umumnya 3. Para pelaku usaha media massa perlu mengadakan seleksi terhadap berbagai berita, hiburan dan informasi yang diberikan agar tidak menimbulkan pergeseran budaya 4. Masyarakat perlu menyeleksi kemunculan globalisasi kebudayaan baru, sehingga budaya yang masuk tidak merugikan dan berdampak negative. 5. Masyarakat harus berati-hati dalam meniru atau menerima kebudayaan baru, sehingga pengaruh globalisasi di negara kita tidak terlalu berpengaruh pada kebudayaan yang merupakan jati diri bangsa kita.


DAFTAR PUSTAKA

1. Kuntowijoyo, Budaya Elite dan Budaya Massa dalam Ecstasy Gaya Hidup: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia, Mizan 1997. 2. Sapardi Djoko Damono, Kebudayaan Massa dalam Kebudayaan Indonesia: Sebuah Catatan Kecil dalam Ecstasy Gaya Hidup: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia, Mizan 1997. 3. Fuad Hassan. “Pokok-pokok Bahasan Mengenai Budaya Nusantara Indonesia”. Dalam http://kongres.budpar.go.id/news/article/Pokok_pokok_bahasan.htm, didownload 7/15/04. 4. Koenjaraningrat. 1990. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia. 5. Adeney, Bernard T. 1995. Etika Sosial Lintas Budaya. Yogyakarta: Kanisius. Al-Hadar Smith, “Syariah dan Tradisi Syi’ah Ternate”, dalam http://alhuda.or.id/rub_budaya.htm , didown load 7/15/04. 6. http://www.google=pengaruh globalisasi terhadap eksistensi kebudayaan daerah.com/

KAJIAN UPAYA MASYARAKAT KAMPUNG ADAT MEMPERTAHANKAN NILAI TRADISINYA

KAJIAN UPAYA MASYARAKAT KAMPUNG ADAT MEMPERTAHANKAN NILAI TRADISINYA (Studi Kasus : Kampung Naga dan Kampung Mahmud)

Oleh: IMAM INDRATNO

ABSTRAK

Jawa barat yang merupakan salah satu propinsi yang ada di Indonesia pun memiliki beraneka-ragam budaya. Keanekaragaman budaya di Jawa Barat dapat terlihat dari masih terdapatnya kampung adat yang memegang masih teguh budaya yang ada. Beberapa kampung adat yang ada di Jawa Barat kini menjadi salah satu objek wisata yang menarik. Dijadikannya kampung adat sebagai objek wisata menyebabkan terjadinya pergeseran kebudayaan-kebudayaan lokal. Didasarkan atas fenomena di atas maka makalah ini melakukan analisis untuk melihat sejauh mana masyarakat mampu menjaga dan mempertahankan nilai budaya yang ada dilihat dalam hal partisipasi. Hipotesa awal diketahui bahwa masyarakat mempertahankan kebudayaan lebih dikarenakan mereka menghormati dan menghargai kepada para leluhur mereka. Dari hasil analisis yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat Kampung Mahmud sudah mulai meninggalkan budayanya sedikit demi sedikit. Beberapa dengan masyarakat Kampung Naga yang tetap mempertahankan budayanya.

Key words: budaya, kampung adat, masyarakat


PENDAHULUAN

Propinsi Jawa Barat sudah sejak lama dikenal nilai-nilai budaya, khususnya kebudayaan Sunda. Istilah Sunda dan Jawa Barat pada dewasa ini telah memasuki kehidupan masyarakat indonesia yang menunjukan kepada pengertian kebudayaan, etnis, geografis, administrasi pemerintahan dan sosial. Kebudayaan Sunda tercermin dalam suatu tatanan kehidupan masyarakat. Nilai-nilai budaya Sunda yang ada di Jawa Barat juga tercermin dari masih banyak ditemukannya kampung adat yang mempunyai ciri khas.
Perubahan sosial budaya pasti dialami setiap masyarakat. Tidak ada satu masyarakat yang dapat menghindari perubahan ini. Ada perubahan yang mencolok, ada yang kecil sekali sehingga tidak terlihat atau tidak terasa. Salah satu bentuk dari perubahan sosial budaya yang terarah dan direncanakan adalah modernisasi. Selain modernisasi perubahan sosial budaya juga menimbulkan dampak munculnya westernisasi yang sering disalahartikan sebagai modernisasi.
Saat ini, ditengah derasnya arus modernisasi banyak beberapa budaya yang hilang di Indonesia. Derasnya arus modernisasi juga mengancam beberapa kampung adat yang ada di Indonesia sehingga budaya yang ada terkikis sedikit demi sedikit. Salah satu kampung yang sudah mulai luntur nilai tradisinya yaitu Kampung Mahmud yang berlokasi di Kabupaten Bandung. Namun ada pula beberapa kampung adat di Jawa Barat yang masih mempertahankan nilai tradisinya hingga saat ini. Salah satu di antaranya yaitu Kampung Naga yang belkoasi di Kabupaten Tasikmalaya. Masyarakat Kampung Naga masih mempertahankan budaya yang ada hingga saat ini di tengah derasnya arus modernisasi.


TUJUAN

Tujuan dari adanya kegiatan studi ini yaitu teridentifikasinya upaya-upya masyarakat kampung adat untuk mempertahankan nilai-nilai tradisional yang ada dari adanya pengaruh modernisasi.

MOTIVASI
Prestasi
Bagi masyarakat Kampung Naga, mereka mempertahankan budaya yang ada dikarenakan adanya tanggung jawab mereka akan penghormatan terhadap leluhur serta adanya ancaman yang mengatakan bahwa bila tidak mengikuti aturan adat maka akan terkena marabahaya. Selain itu, maka sangat menghormati leluhurnya sehingga mereka terus mempertahankan budaya yang ada. Berbeda dengan masyarakat Kampung Naga, masyarakat Kampung Mahmud pun mempertahankan budayanya karena adanya tanggung jawab terhadap leluhur. Mereka melakukan tanggung jawab tersebut karena khawatir bila tidak terus mempertahankan budayanya maka akan terkena marabahaya. Namun, pemikiran tersebut hanya tinggal pada segelintir masyarakatnya saja. Sebagian masyarakat Kampung Mahmud sudah menganggap bahwa mereka lebih memilih untuk hidup realistis dan mulai meninggalkan budaya yang ada.
Penghargaan
Masyarakat Kampung Naga sendiri tidak memberikan penghargaan kepada masyarakat Naga lainnya yang tetap mepertahankan tradisi yang ada. Hal ini dikarenakan Masyarakat Naga masih memiliki pemikiran yang sama yaitu mereka mempunyai tanggung jawab yang sama untuk mempertahankan budaya yang ada kepada leluhurnya. Berbeda dengan masyarakat Kampung Naga, adanya penghargaan terhadap masyarakat Kampung Mahmud lainnya yang terus mempertahankan budayanya membat beberapa masyarakat tetap mempertahankan budaya yang ada. Penghargaan yang didapatkan oleh masyarakat yang tetap mempertahankan tradisi yang ada yaitu berupa di angkatnya masyarakat itu menjadi salah satu kuncen di Kampung Mahmud.
Tantangan
Kebiasaan mereka untuk rutin melakukan aturan-aturan adat dan upacara-upacara adat menjadikan mereka sudah terbiasa dengan budaya yang ada. Mereka dikenalkan dengan budaya yang ada sejak masih dini, sehingga ada keharusan bagi mereka untuk terus melaksanakan budaya yang ada. Sekali saja mereka melanggar aturan adat atau tidak melaksanakan aturan adat, maka ada perasaan yang hilang dari diri mereka selain adanya ketakutan dari mereka akan datangnya marahbahaya akibat kemarahan leluhur seperti yang dimitoskan selama ini. Derasnya arus modernisasi, sedikit banyak mengganggu mereka dalam melaksanakan aturan adat. Ada beberapa masyarakat yang lebih memilih untuk meninggalkan budaya yang ada, hal itu terlihat dengan adanya beberapa masyarakat yang tidak memperkenalkan budaya yang ada dan budaya tersebut perlahan akan hilang.
Tanggung Jawab
Masyarakat kampung naga yang secara turun-temurun terus tinggal di wilayah naga, mengikuti kegiatan budaya terus-menerus. Dari kecil mereka di ajak untuk ikut terlibat dalam berbagai acara kebudayaan sehingga mereka sudah terbiasa dengan budaya yang ada dan mereka merasa ikut memiliki akan budaya yang ada. Dari rasa memiliki mereka, menjadikan mereka bertanggung jawab atas budaya yang ada. Begitupun bagi sebagian masyarakat kampung mahmud. Sebagian masyarakat masih mempertahankan budaya yang ada menganggap bahwa budaya yang ada menjadi tanggung jawab mereka untuk terus dijaga dan dilestarikan agar budaya tersebut akan hilang tergerus jaman.
Pengembangan
Bagi masyarakat Kampung Naga adanya aturan-aturan adat membuat masyarakat Kampung Naga sulit berkembang. Hal ini dikarenakan, adanya beberapa aturan seperti tidak diperbolehkannya listrik masuk yang membuat informasi sulit untuk masuk. Berbeda dengan masyarakat Kampung Naga, masyarakat Kampung Mahmud mempunyai perkembnagan yang cukup signifikan. Hal tersebut ditandai dengan perubahan pola kehidupan sosial masyarakatnya. Kondisi ini diperkuat dengan mudahnya akses masyarakat menuju perkotaan dan masuknya informasi yang ada.
Keterlibatan
Masyarakat Kampung Naga berperan aktif dalam pembangunan kampungnya. Kondisi ini terlihat dari bebasnya masyarakat dalam mengeluarkan pendapatnya bagi kemajuan kampungnya. Sama dengan masyarakat Kampung Naga, masyarakat Kampung Mahmud berperan dalam pembangunan kampungnya. Hal ini dapat terlihat dari bebasnya masyarakat dalam mengeluarkan pendapatnya bagi kemajuan kempungnya.

Kesempatan
Kesempatan berkembangnya bagi masyarakat Kampung Naga sangat kecil. Kondisi ini terkait dengan adanya peraturan adat yang “membelenggu” mereka. Berbeda dengan masyarakat Kampung Naga, kesempatan berkembang bagi masyarakat adat Mahmud jauh lebih besar dikarenakan sudah mulai longgarnya aturan adat yang ada. Kesempatan untuk berkembang di kedua kampung berbeda. Bagi masyarakat Kampung Naga adanya aturan adat membuat mereka sulit berkembang. Sedangkan, bagi masyarakat Mahmud sudah longgarnya aturan adat yang ada membuat mereka lebih mudah untuk berkembang.

ASIMILASI
Syarat Terjadinya Asimilasi
Dalam proses asimilasi ada beberapa persyaratan yang akan mempengaruhi terjadinya asimilasi. Syarat terjadinya asimilasi diantaranya yaitu terdapatnya sejumlah kelompok yang memiliki kebudayan berbeda, terjadi pergaulan antar individu dan adanya kebudayaan yang saling menyesuaikan diri atau berubah. Syarat pertama dalam proses asimilasi yaitu terdapatnya sejumlah kelompok yang memiliki kebudayan yang berbeda. Masyarakat sekitar Kampung Naga masih merupakan warga keturunan leluhur Kampung Naga. Berbeda dengan Kampung Naga, sebagian wilayah Kampung Mahmud yang sudah diperjualbellikan bagi masyarakat umum mengakibatkan terdapatnya beberapa budaya yang berbeda di areal Kampung Mahmud. Di Kampung Naga hanya terdapat satu kelompok budaya masyarakat, berbeda dengan di Kampung Mahmud yang terdiri dari berbagai kelompok masyarakat. Sehingga, syarat terjadinya asimilasi di Kampung Naga belum memenuhi.
Selain terdapatnya sejumlah kelompok yang berbeda, syarat terjadinya asimilasi yaitu terjadinya pergaulan antar individu. Adanya perasaan saling membutuhkan dalam hidup bermasyarakat, membuat masyarakat kampung naga dan masyarakat sekitarnya terjadi interaksi yang positif. Masyarakat Kampung Mahmud tidak membedakan dengan siapa mereka bertetangga. Kedua masyarakat kampung adat dapat bersosialisasi dengan siapapun tanpa membedakan suku maupun budaya.
Syarat terakhir, yaitu danaya kebudayaan yang saling menyesuaikan diri. Masyarakat Kampung Naga menjunjung tinggi budayanya. Saat mereka berada di kampungnya mereka sangat bangga menjadi warga Kampung Naga, namun bila mereka sudah keluar dari Kampung Naga mereka akan menganggap diri mereka sama dengan masyarakat lainnya. Sudah mulai lunturnya budaya Kampung Mahmud mengakibatkan tipisnya perbedaan antara masyarakat kampung adat dan masyarakat sekitarnya.
Dari ketiga syarat di atas, Kampung Naga mempunyai pertahanan yang kuat untuk mempertahankan budayanya. Hal ini terlihat dari tidak adanya syarat yang terpenuhi untuk terjadinya asimilasi budaya. Berbeda dengan masyarakat Kampung Naga, masyarakat Kampung Mahmud sudah lebih membuka diri terhadap budaya yang ada. Hal tersebut dapat dilihat dengan terpenuhinya syarat-syarat terjadinya asimilasi budaya.
Faktor Pendorong Asimilasi
Ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya asimilasi, yaitu toleransi, kesempatan yang sama dalam bidang ekonomi, kesediaan menghormati dan menghargai, sikap tebuka, persamaan unsur kebudayaan universal, adanya perkawinan antar kelompok yang berbeda serta mempunyai musuh yang sama. Toleransi di antara sesama kelompok yang berbeda kebudayaan merupakan salah satu faktor pendorong terjadinya asimilasi. Kehidupan masyarakat Kampung Naga dengan masyarakat sekitarnya tergolong teratur. Hal ini terjadi akibat timbal balik yang saling menguntungkan antara satu dengan yang lain. Serupa dengan masyarakat Kampung Naga, kondisi Kampung Mahmud yang dijadikan sebagai wisata ziarah menyebabkan hubungan antara masyarakat adat dan masyarakat sekitar tergolong teratur.
Kesempatan yang sama dalam bidang ekonomi juga merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya asimilasi. Mata pencaharian kedua masyarakat kampung adat dengan masyarakat sekitarnya mempunyai mata pencaharian yang sama. Mereka mempunyai persamaan dalam hal mata pencaharian sehingga gesekan-gesekan antara mereka jarang terjadi. Faktor lain yang mendukung terjadinya asimilasi budaya yaitu kesediaan menghormati dan menghargai orang asing dan kebudayaan yang dibawanya. Masyarakat Kampung Naga pada dasarnya terbuka terhadap budaya luar, namun adanya batasan-batasan dan penghormatan kepada leluhur maka hingga saat ini mereka masih mempertahankan budayanya.
Adanya sikap terbuka dari masyarakat dapat membuat proses asimilasi budaya dapat terjadi. Selain itu, proses asimilasi budaya juga didukung oleh adanya persamaan unsur budaya universal masyarakat. Masyarakat Kampung Naga dan sekitarnya merupakan satu keturunan dari leluhur Naga. Adanya persamaan dalam unsur-unsur kebudayan mereka mengakibatkan masyarakat Kampung Mahmud dan masyarakat sekitarnya dapat hidup berdampingan. Persamaan tersebut terlihat karena kampung mahmud merupakan salah satu kampung yang berbeda di wilayah sunda, sehingga pola hidup masyarakat mereka dari zaman dahulu tidak jauh berbeda.
Terjadinya perkawinan antara kelompok yang berbeda budaya dapat menimbulkan asimilasi budaya secara perlahan. Masyarakat Kampung Naga tidak terikat secara langsung terhadap masalah perkawinan. Mereka bebas memilih jodohnya masing-masing selama jodoh tersebut beragama Islam. Masyarakat kampung mahmud tidak terikat secara langsung terhadap masalah perkawinan. Mereka bebas memilih jodohnya masing-masing selama jodoh tersebut beragama Islam. Namun, karenaleluhur dan sebagian besar masyarakat kampung adat beragama Islam maka mereka pun harus menikah dengan yang beragama Islam juga.
Salah satu pendorongnya yaitu terdapatnya musuh yang sama dalam masing-masing kelompok masyarakat. Masyarakat Kampung Naga yang mayoritas beragama Islam sangat menjunjung tinggi agamanya. Sehingga musuh mereka adalah segala bentuk perbuatan yang dibenci oleh Allah seperti berjudi, meminum-minuman keras serta berjinah. Masyarakat Kampung Mahmud yang mayoritas beragama Islam sangat menjunjung tinggi agamanya. Sehingga musuh mereka adalah segala bentuk perbuatan yang dibenci oleh Allah seperti berjudi, meminum-minuman keras serta berjinah. Karena sebagian besar masyarakat kedua kampung beragama Islam, begitu pun masyarakat sekitarnya. Maka, musuh mereka dalam menjalani hidup pun sama yaitu hal-hal yang tidak boleh dalam agama Islam.
Dari beberapa faktor pendorong asimilasi, hampir semua faktor pendorong asimilasi memenuhi syarat untuk terjadinya asimilasi di kedua kampung adat. Namun, adanya aturan-aturan adat yang ada di Kampung Naga, membuat masyarakat Kampung Naga terbelenggu oleh aturan-aturan yang ada sehingga proses asimilasi sulit diwujudkan di Kampung Naga. Berbeda dengan masyarakat Kampung Mahmud yang sudah berubah. Masyarakat Kampung Mahmud mulai memikirkan budaya-budaya yang masuk sehingga terjadi pergeseran budaya yang ada dengan adanya budaya-budaya yang baru.
Faktor Penghalang Asimilasi
Adanya kelompok yang terisolasi dapat mengakibatkan faktor penghalang bagi terjadinya proses asimilasi. Masyarakat Kampung Naga tidak merasa bahwa mereka terisolasi, karena mereka manganggap mereka sama dengan masyarakat sekitarnya. Hal ini dapat terlihat dengan mudahnya mereka beradaptasi dengan masyarakat sekitar dalam hidup bertetangga dan belum pernah terjadinya gesekkan antara masyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat, warga kampung mahmud tidak pernah menganggap mereka sebagai suatu kelompk yang terisolasi. Begitu pula masyarakat sekitar, menganggap bahwa ada yang terisolasi maupun adanya kelompok dominan. Masyarakat kedua kampung sangat terbuka akan hal baru.
Sebagian besar masyarakat biasanya terbelenggu oleh budaya yang lama, sehingga budaya yang masuk kurang untuk diminati akibat kurangnya pengetahuan mengenai budaya yang baru. Masyarakat kampung naga merupakan suatu bentuk perwujudan masyarakat yang terbuka terhadap budaya luar selama budaya luar tersebut tidak bertolak belakang dengan aturan adat yang ada. Karena adanya aturan adat, maka tidak semua budaya yang baru mereka terima akan mereka lakukan karena mereka menganggap bila budaya tersebut tidak sesuai maka mereka sama dengan tidak menghormati leluhur. Berbeda dengan kampung mahmud, mereka terbuka dengan budya luar. Selama budaya luar tidak bertolak belakang dengan agama mereka , mereka terima dan mereka mengikutiya.
Karena kurangnya pengetahuan terhadap budaya yang baru, sehingga timbul prasangka negatif mengenai budaya yang baru. Bagi masyarakat Kampung Naga, mereka terbuka akan budaya luar, namun ada beberapa batasan yang tidak mungkin mereka langgar dalam berkehidupan. Sehingga beberapa budaya luar yang masuk mereka tolak karena tidak sesuai dengan adat dan budaya mereka. Berbeda dengan Kampung Mahmud, mereka terbuka dengan budaya luar. Selama budaya luar tidak bertolak belakang dengan agama mereka, mereka terima dan mereka mnegikutinya. Berbeda dengan masyarakat Kampung Naga, masyarakat Kampung Mahmud selalu menerima semua budaya yang masuk. Bahkan sebagian warganya sudah mulai mengikuti budaya tersebut. Perbedaan antar dua kampung memang tidak terlalu mencolok.
Kebanggaan berlebihan terhadap suatu budaya sudah merupakan salah satu faktor penghambat terjadinya asimilasi budaya. Masyarakat Kampung Naga sangat menjunjung tinggi nilai budaya mereka. Namun karena adanya lembaga masyarakat serta tingginya nilai toleransi yang ada maka gesekan antar budaya jarang terjadi. Masyarakat kampung mahmud merupakan suatu masyarakat yang dibatasi oleh adanya suatu budaya leluhur. Hingga saat ini mereka bangga sebagai warga Mahmud, namun kebangga tersebut tidak mereka perlihatkan secara berlebihan.
Perbedaan ciri fisik dapat menjadi salah satu faktor penghambat terjadinya proses asimilasi. Secara fisik, masyarakat Kampung Naga sama dengan masyarakat sekitarnya. Sehingga bila dilihat selintas mereka sama, seperti masyarakat Sunda pada umumnya. Secara fisik, masyarakat Kampung Mahmud sama dengan masyarakat sekitarnya. Sehingga bila dilihat selintas mereka sama, seperti masyarakat Sunda pada umumnya.
Perasaan yang kuat bahwa individu terikat pada kebudayaan kelompok yang bersangkutan mengakibatkan sulitnya proses asimilasi terjadi di beberapa kampung adat. Masyarakat Kampung Naga sangat percaya bahwa mereka terikat kuat oleh darah leluhur mereka. Sehingga sulit bagi mereka untuk melepaskan diri dari budaya yang ada. Masyarakat Kampung Mahmud menganggap bahwa budaya hanyalah sebuah warisan dari leluhur mereka. Bagi sebagian masyarakat Mahmud, dengan hanya mengadakan upacara memandikan keris setiap tahunnya sudah cukup untuk menghargai warisan leluhur.
Gangguan terhadap golongan minoritas biasanya terjadi bila dalam suatu wilayah terdapat dua golongan yaitu golongan minoritas dan mayoritas. Selama hidup bermasyarakat, warga Kampung Naga sangat menghargai masyarakat luar sehingga mereka tidak saling mengganggu. Tetapi mereka saling mengisi dan bergotong royong dalam bermasyarakat. Selama hidup bermasyarakat, warga Kampung Mahmud sangat menghargai masyarakat luar sehingga mereka tidak saling mengganggu. Tetapi mereka malah saling menghargai membuat masyarakat kampung adat sangat menjaga perasaan masyarakat sekitarnya. Sehingga mereka dapat hidup berdampingan.

PARTISIPASI
Partisipasi memiliki 4 konsep pengertian yaitu suara, akses, ownership dan kontrol. Dengan adanya partisipasi masyarakat diharapkan dapat memelihara konsep budaya yang ada serta keberlangsungan budaya akan terus terjaga.
1. Suara
dalam mengaspirasikan pendapat, masyarakat kedua kampung sama-sama memiliki kebebasan dalam mengemukakan pendapat. Namun, perbedaan terlihat kepada siapa masyarakat menyampaikan pendapat. Masyarakat Kampung Naga menyampaikan pendapat melalui pemuka adat sedangkan masyarakat Kampung Mahmud biasanya menyampaikan aspirasi langsung kepada RT atau RW setempat.
2. Akses
dalam mengaspirasikan pendapat, masyarakat kedua kampung sama-sama memiliki akses yang mudah dalam mengemukakan pendapat. Namun, perbedaan terlihat kepada siapa masyarakat menyampaikan pendapat. Masyarakat kampung naga menyampaikan pendapat melalui pemuka adat sedangkan masyarakat kampung mahmud biasanya menyampaikan aspirasi langsung kepada RT atau RW setempat.
3. Ownership
Masyarakat kedua kampung sangat menjaga kampungnya dari bahaya luar. Namun, yang membedakan antara dua kampung yaitu bila masyarakat Kampung Naga masih mempercayai pada kuncen dan pemuka adat untuk memelihara kampung mereka sedangkan bagi masyarakat Kampung Mahmud mereka lebih memilih untuk bersama-sama menjaga kampungnya.
4. Kontrol
Perbedaan antara dua kampung terlihat dalam sistem kontrol masyarakat. Bagi masyarakat kampung naga masyarakat manilai dan melakukan kontrol di bantu oleh pemuka adat, sedangkan bagi masyarakat kampung mahmud tidak ikut dalam mengawasi perkembangan tradisi kampungnya. Kuncen dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh beberapa pemuka adat, sehingga yang mengontrol kegiatan masyarakat adalah pemuka adat. Dibandingkan kuncen, pemuka adat lebih memahami kondisi masyarakat di banding kuncen. Untuk mengontrol jalannya pemerintah lokal, masyarakat mahmud kurang mendapat kesempatan itu. Hal ini lebih dikarenakan masyarakat mahmud sudah banyak bergeser dari budaya yang ada.


BENTUK PERTAHANAN MASYARAKAT KAMPUNG ADAT
Masyarakat adat mempunyai bentuk pertahanan. Bentuk pertahanan masyarakat di tiap kampung adat berbeda-beda. Bentuk pertahanan kampung adat dapat dilihat dari adanya upacara adat dan aturan-aturan adat yang membatasi mereka. Pandangan hidup masyarakat adat berbeda dengan masyarakat biasanya. Kehidupan masyarakat adat biasanya dilandasi dengan adanya aturan-aturan adat yang dijadikan pandangan hidupnya. Selain aturan-aturan adat yang dijadikan pandangan hidup oleh masyarakat adat, upacara adat juga manjadi salah satu bentuk atau upaya masyarakat untuk tetap mempertahankan budayanya.
Upacara adat merupakan salah satu ajang bentuk rasa syukur terhadap tuhan YME dan leluhurnya serta sebagai ajang silaturahmi. Selain itu juga pelaksanaan upacara adat dimaksudkan sebagai suatu bentuk pengawasan masyarakat terhadap kondisi lingkungannya. Oleh karena itu dengan adanya upacara adat dapat dijadikan sebagai suatu motivasi masyarakat adat untuk mempertahankan kondisi lingkungannya.
Berbeda dengan masyarakat Kampung Naga, masyarakat Kampung Mahmud hanya melibatkan anak-anak dalam beberapa upacara adat saja. Hal tersebut mengakibatkan mulai memudarnya upacara-upacara adat yang dilakukan di Kampung Mahmud. Selain tidak melibatkan anak-anak, masyarakat kampung mahmud pada dasarnya sudah mulai memikirkan kendala ekonomi. Karena setiap upacara adat yang dilakukan membutuhkan biaya lebih dibandingkan dengan tidak menggunakan upacara adat.
Selain upacara adat, ada juga aturan-aturan adat yang membatsi mereka untuk mempertahankan adat istiadatnya. Aturan adat (pamali) yang hingga saat ini masih tetap dipatuhi oleh masyarakatnya. Aturan adat yang hingga saat ini masih dipegang teguh dianggap dapat menjaga suatu keseimbangan antara manusia, alam dan Tuhan. Aturan adat ini merupakan sebagai suatu bentuk motivasi terhadap masyarakat sebagai suatu bentuk pengendalian terhadap keseimbangan antara manusia, alam dan Tuhan.
Masyarakat Kampung Naga masih memegang teguh aturan-aturan adatnya. Mereka mengenalkan aturan-aturan adat mulai dari usia dini. Hal ini menyebabkan masyarakat sudah terbiasa dengan aturan-aturan yang ada. Adanya pengenalan aturan adat sejak dini membuat masyarakat takut untuk melanggar karena sejak kecil mereka sudah terbiasa dengan adanya aturan-aturan adat tersebut.
Berbeda dengan masyarakat Kampung Mahmud, sebagian besar dari mereka dikenalkan aturan adat saat mereka beranjak remaja. Sehingga mereka sudah terlanjur mengenal budaya luar dari luar kampungnya. Hal ini dikarenakan mereka banyak yang bersekolah di luar Kampung Mahmud, sehingga masuknya budaya luar pada diri anak-anak mereka semakin mudah. Selain itu, adanya masyarakat luar yang tinggal di Kampung Mahmud juga mengakibatkan aturan-aturan adat terus habis dimakan waktu. Masyarakat luar lebih berpikiran modern dibandingkan dengan masyarakat adat. Namun, ada pula masyarakat yang mempertahankan budayanya dengan alasan takut terkena musibah sedangkan masyarakat yang sudah mulai melupakan budayanya manganggap bahwa musibah datangnya dari Tuhan YME.
Selain sistem tata nilai, prosedur dalam penyampaian pendapat pun pada kampung adat mempunyai suatu aturan yang tidak tertulis. Pada Kampung Naga msyarakat yang akan menyuarakan aspirasinya disampaikan kepada pelaku adat, yang kemudian pemuka adatlah yang menyampaikan kepada kuncen. Berbeda dengan Kampung Mahmud, prosedur penyampaian sudah sama dengan masyarakat pada umumnya yaitu langsung menyuarakannya kepada ketua RT lalu dimusyawarahkan untuk mendapatkan hasilnya.
Menghadapi masuknya arus modernisasi melalui para pendatang, baik Kampung Naga dan Kampung Mahmud mempunyai suatu cara untuk beradaptasi sendiri. Kampung Naga mempunyai auatu aturan adat yang dapat dijadikan sebagai suatu pengendali. Adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Naga secara garis besar merupakan suatu bentuk perlindungan diri mereka kepada pengaruh luar agar tetap menjaga adat istiadat peninggalan leluhur mereka. Berbeda dengan Kampung Mahmud, masuknya para pendatang mengakibatkan terjadinya kelunturan budaya adat. Adaptasi yang masyarakatnya lakukan disesuaikan dengan kondisi para pendatang. Hal ini mengakibatkan lambat laun semakin lunturnya kebudayan yang menjadi peninggalan leluhur mereka. Masuknya arus modernisasi mengakibatkan terjadinya kelunturan budaya masyarakat. Oleh karena itu perlu diketahui bagaimanakah strategi yang dapat dilakukan oleh masyarakat kampung adat untuk tetap bertahan ditengah majunya arus modernissasi ini.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah di uraikan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Motivasi masyarakat adat dapat dilihat dari masih banyaknya masyarakat Kampung Naga yang terus mempertahankan tradisi yang ada, berbeda dengan masyarakat Kampung Mahmud yang sudah sedikit keinginan mereka untuk mempertahankan tradisi yang ada. Pada masyarakat Kampung Mahmud terdapat penghargaan bagi masyarakatnya yang terus mempertahankan tradisi yang ada dengan mengangkatnya menjadi kuncen, sedangkan bagi masyarakat Kampung Naga tidak ada penghargaan bagi masyarakatnya yang mempertahankan tradisi yang ada. Untuk mengurangi derasnya tantangan yang ada, masyarakat Kampung Naga menyaring setiap budaya baru yang masuk berbeda dengan masyarakat Kampung Mahmud yang tidak menyaring setiap budaya yang masuk sehingga budaya yang ada mudah hilang.
Kedua masyarakat adat sama-sama bertanggung jawab atas tradisi yang ada kepada leluhur mereka. Bagi beberapa masyarakat adat, tradisi yang ada harus tetap dijaga dan dilestarikan. Bagi masyarakat Kampung Naga, mereka sulit untuk berkembang karena dibatasi oleh adanya aturan-aturan adat yang membelenggu mereka. Berbeda dengan masyarakat Kampung Mahmud yang sudah mulai meninggalkan budaya yang ada sehingga mereka lebih bebas untuk berkembang.
Kedua masyarakat kampung adat sama-sama berperan aktif dalam pengembangan kampungnya. Hal ini dapat dilihat dari masyarakat yang selalu dilibatkan dalam setiap pelaksanaan aturan adat dan upacara adat. Kedua masyarakat kampung adat memiliki kesempatan yang sama dalam pengembangan kampungnya. Hal ini terlihat dari dilibatkannya masyarakat dalam setiap pelaksanaan aturan adat dan upacara adat.
2. Asimilasi budaya terjadi atas dasar tiga syarat. Dari ketiga syarat terjadinya asimilasi budaya, masyarakat Kampung Naga mempunyai pertahanan yang kuat untuk mempertahankan budayanya. Hal ini terlihat dari tidak adanya syarat yang terpenuhi untuk terjadinya asimilasi budaya. Berbeda dengan masyarakat Kampung Mahmud sudah lebih membuka diri terhadap budaya yang ada. Hal tersebut dapat dilihat dengan terpenuhinya syarat-syarat terjadinya similasi budaya.
Selain syarat, adapula faktor pendorong dan faktor penghambat asimilasi. Dari beberapa faktor pendorong asimilasi, hampir semua faktor pendorong asimilasi memenuhi syarat untuk terjadinya asimilasi di kedua kampung adat. Namun, adanya aturan-aturan adat yang ada di Kampung Naga, membuat masyarakat Kampung Naga terbelenggu oleh aturan-aturan yang ada sehingga proses asimilasi sulit diwujudkan di Kampung Naga. Berbeda dengan masyarakat Kampung Mahmud yang sudah berubah. Masyarakat Kampung Mahmud mulai memikirkan budaya-budaya yang masuk sehingga terjadi pergeseran budaya yang ada dengan adanya budaya-budaya yang baru.
Dari beberapa faktor penghalang asimilasi, hampir semua faktor penghalang asimilasi memenuhi syarat untuk terjadinya asimilsi di kedua kampung adat. Namu, adanya aturan-aturan adat yang ada di kampung naga, membuat masyarakat kampung naga terbelenggu oleh aturan-aturan yang ada sehingga proses asimilasi sulit diwujudkan di kampung naga. Berbeda dengan masyarakat kampung mahmud yang sudah berubah. Masyarakat kampung mahmud mulai memikirkan budaya-budaya yamg masuk sehingga terhadi pergeseran budaya yang ada dengan adanya budaya-budaya yang baru.
3. Partisipasi masyarakat adat dalam mengaspirasikan pendapat, masyarakt kedua kampung sama-sama memiliki kebebasan dalam mengemukakan pendapat. Selain itu dalam mengaspirasikan pendapat, masyarakat kedua kampung sama-sama memiliki akses yang mudah dalam mengemukakan pendapat.
Masyarakat kedua kampung sangat manjaga kampungnya dari bahaya luar. Namun, yang membedakan antara dua kampung yaitu bila masyarakat Kampung Naga masih mempercayai kepemilikan tanah kepada adat, sedangkan Masyarakat Mahmud sudah tercampur antara kepemilikan tanah adat dengan pribadi sehingga masyarakat luar bebas untuk tinggal di Kampung Mahmud. Perbedaan antara dua kampung terlihat dalam sistem kontrol masyarakat. Bagi masyarakat Kampung Naga menilai dan melakukan kontrol di bantu oleh pemuka adat, sedangkan bagi masyarakat Kampung Mahmud lebih bersikap tidak perduli dalam mengontrol kampungnya.
4. Bentuk pertahanan yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Naga untuk mempertahankan budayanya yaitu:
a. Mengajak anak-anak ikut serta dalam berbagai upacara adat dan aturan adat mulai diterapkan dari sejak dini sehingga mereka terbiasa. Selain itu, masyarakat Kampung Naga juga masih memegang teguh kepercayaan terhadap leluhur sehingga budaya yang ada tidak luntur seiring berkembangnya jaman. Berbeda dengan masyarakat kampung mahmud yang tidak mengikut sertakan anak-anak dalam upacara adat dan penerapan aturan adat yang mengakibatkan lunturnya budaya yang ada. Selain itu, berubahnya pandangan hidup masyarakat kampung mahmud mengenai kehidupan membuat mereka lebih mengutamakan sesuatu untuk kelangsungan hidup mereka, sekiranya ada sesuatu yang tidak bermanft maka akan mereka tinggalkan.
b. Masih kuatnya kontrol oleh lembaga adat yang ada menyebabkan masih bertahannya tradisi di Kampung Naga, berbeda dengan masyarakat Kampung Mahmud yang sudah melemah sistem kontrolnya.
Rekomendasi
Selain kesimpulan tentang upaya masyarakat dalam mempertahankan budaya kampung adat, adapun rekomendasi yang dapat dikemukakan antara lain:
1. Perlu adanya suatu pelestarian kebudayaan sunda. Hal ini perlu diperhatikan baik oleh dinas yang terkait maupun oleh masyarakat karena nilai-nilai budaya sunda pada saat ini telah tergantikan oleh nilai-nilai yang bersifat dapat merusak. Sehingga dengan adanya pelestarian kebudayaan, diharapkan budaya sunda tidak hilang begitu saja sesuai dengan falsafah sunda “hana nguni hana mangke, tan hana nguni tan hana mangke. Aya ma beuheula aya tu ayeuna, hanteu ma beuheula hanteu tu ayeuna. Hana tunggak hana eatang, tan hana tunggak tan hana watang. Hana ma tunggulna aya tu catagna” yang mempunyai arti ada sekarang, jika tidak ada dulu maka sekarang juga tidak ada.
2. Banyaknya wisatawan yang masuk menuju kampung adat, menyebabkan sedikit demi sedikit pola hidup masyarakat kampung adat akan berubah. Sehingga, untuk mengurangi dampak tersebut perlu dibuat replika kampung adat. Replika ini dibuat sedemikian rupa manyamai kampungan adat sehingga wisatawan tidak perlu datang langsung ke kampung adat yang sebenarnya untuk mengurangi dampak adanya perubahan budaya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Al-Bustomi, Ahmad Gibson. 2005. Sunda : Hegemoni Kekuasaan dan Sejarah Budayanya Sebuah Pertanyaan Bagi Berdirinya Negara Pasundan. www.sundanet.com
2. AMGD. 2003. Budaya-Kampung Naga. www.navigasi.net
3. Antonius Sp. 2003. Berwisata Budaya di Kampung Naga. Harian Umum Sore Sinar Harapan Rabu 09 April. Jakarta.
4. Asep Setiawan dan U Syahbudin. 2006. Cerita Rakyat Jawa barat Masyarakat Kampung Naga. Pustaka Setia. Bandung.
5. Den Upa Rombelayuk. Kelembagaan Masyarakat Adat Desa Di Tana Toraja Sulawesi Selatan. www. Google.co.id
6. Edi S. Ekadjati. 2005. Kebudayaan Sunda Suatu Pendekatan Sejarah (Jilid Esther Kuntjara. 2006. Penelitian Kebudayaan Sebuah Penduan Praktis. Yogyakarta. Graha Ilmu). Pustaka jaya. Bandung
7. Eksistensi Teater Tradisional di Indonesia Dalam Era Globalisasi. http://www.geocities.com/sloch/sasbud.htm
8. Her Suganda. 2006. Kampung Naga Mempertahankan Tradisis. Kiblat. Bandung.
9. Hida Perbatasari. 2008. Ritual Adat Kampung Naga. www. Kabarindonesia.com
10. Huraerah, Abu. 2008. Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat. Humanipora. Bandung.
11. Indratno, Imam. Sebuah Kajian Filosofi Teoritis, Gelombang Ke-4 Tradisi Perencanaan.
12. Koenjaraningrat. 1981. Kebudayaan Mentalist Dan Pembangunan. Gramedia. Jakarta.
13. Melestarikan Hutan Ala Suku Naga. www.intisari.net
14. Rif’ati, Heni Fajria, Toto Sucipto. 2002. Kampung Adat dan Rumah Adat di Jawa Barat. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jawa Barat.
15. Sa’adah, Lala. 2005. Pengaruh Motivasi Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Di Hotel Savoy Homann Bidakara Bandung. Skripsi. Program Studi Kekhususan Manajemen Pariwisata, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pariwisata YAPARI-AKTRIPA.
16. Suku Naga (1) Mitologi Kampung Naga Di Tasik. www.jabar.go.id
17. Upacara Adat Kampung Naga. www.wikipedia.com
18. Wattimena A.A Reza. 2008. Filsafat dan Sains (Sebuah Pengantar). Grasindo. Jakarta.