Senin, 13 Juni 2011

Makalah Tentang Konsep Diri 2


1.Pengertian Konsep Diri


Konsep diri berasal dari bahasa inggris yaitu self concept ; merupakan suatu konsep mengenai diri individu itu sendiri yang meliputi bagaimana seseorang memandang, memikirkan dan menilai dirinya sehingga tindakan-tindakannya sesuai dengan konsep tentang dirinya tersebut.
Brooks menyatakan bahwa konsep diri adalah suatu pandangan dan perasaan seseorang tentang dirinya serta persepsi tentang dirinya, ini dapat bersifat psikis maupun sosial. Sejalan dengan pendapat tersebut dikemukakan oleh Cawangas bahwa konsep diri merupakan seluruh pandangan individu akan dimensi fisiknya, karakteristik kepribadiannya, motivasinya, kelemahannya, kepandaiannya dan kegagalannya. Konsep diri itu seseorang akan diupayakan mencapai keinginan yang optimal serta untuk  mewujudkan hidupnya. Setiap individu memiliki konsep diri, baik itu konsep diri yang positif maupun yang negatif, hanya kadarnya yang berbeda-beda. Kenyataan tidak ada individu yang sepenuhnya memiliki konsep diri positif atau negatif. Tetapi karena konsep diri memegang peranan penting dalam menentukan dan mengarahkan seluruh perilaku individu, maka sedapat mungkin individu bersangkutan harus mempunyai konsep diri yang positif / baik.
Beberapa faktor yang mempengaruhi konsep diri, yaitu :
Orang lain
Dalam hubungannya dengan orang lain, jika kita diterima, dihormati dan disenangi orang karena keadaan diri kita, maka kita akan cenderung bersikap menghormati dan menerima diri kita. Sebaliknya bila orang lain selalu meremehkan kita, menyalahkan kita dan menolak kita, maka kita akan cenderung tidak menyenangi diri kita.  Konsep diri bukan merupakan fakta yang dibawa sejak lahir, tetapi merupakan faktor yang dapat dipelajari dan terbentuk dari pengalaman individu dalam hubungannya dengan individu lain.
Kelompok Rujukan
Dalam pergaulan bermasyarakat, kita menjadi anggota berbagai kelompok masyarakat. Setiap kelompok akan mempunyai norma-norma tertentu yang harus dipatuhi oleh anggota kelompoknya.Kelompok rujukan ini merupakan kelompok yang dapat mengarahkan perilaku para anggota kelompoknya.




2.Dimensi Konsep Diri
Para ahli psikologi juga berbeda pendapat dalam menetapkan dimensi-dimensi konsep diri. Namun, secara umum sejumlah ahli menyebutkan 3 dimensi konsep diri, meskipun dengan menggunakan istilah yang berbeda-beda. Calhoun  dan Acocella misalnya, menyebutkan dimensi utama dari konsep diri, yaitu: dimensi pengetahuan, dimensi pengharapan, dan dimensi penilaian. Paul J. Cenci menyebutkan ketiga dimensi konsep diri dengan istilah: dimensi gambaran diri (sell image), dimensi penilaian diri (self-evaluation), dan dimensi cita-cita diri (self-ideal).

A.Pengetahuan
Dimensi pertama dari konsep diri adalah apa yang kita ketahui tentang konsep diri atau penjelasan dari “siapa saya” yang akan memberi gambaran tentang diri saya. Gambaran diri tersebut pada gilirannya akan membentuk citra. diri. Singkatnya, dimensi pengetahuan (kognitif) dari konsep diri mencakup segala sesuatu yang kita pikirkan tentang diri kita sebagai pribadi.
Persepsi kita tentang diri kita seringkali tidak sama dengan kenyataan adanya diri yang sebenarnya. Penglihatan tentang diri kita hanyalah merupakan rumusan, definisi atau versi subjektif pribadi kito tentang diri kita sendiri. Pnglihatan itu dapat sesuai atau tidak sesuatu dengan kenyataan diri kita yang sesungguhnya. Demikian juga, gambaran diri yang kita miliki tentang diri kita seringkali tidak sesuai dengan gambaran orang lain atau masyarakat tentang diri kita.

B.Harapan
Dimensi kedua dari konsep diri adalah dimensi harapan yang dicita-citakan dimasa depan.Singkatnya, kita juga mempunyai pengharapan bagi diri kita sendiri. Pengharapan ini merupakan diri-ideal (self-ideal) atau diri yang dicita-citakan. Hlarapan atau cita-cita diri akan membangkitkan kekuatan yang mendorong  menuju masa depan dan akan memandu aktivitas dalam perjalanan hidup.Oleh sebab itu, dalam menetapkan standar diri ideal haruslah lebih realistis, sesuai dengan potensi atau kemampuan diri yang dimiliki.


C.penilaian
 Dimensi ketiga konsep diri adalah penilaian kita terhadap diri kita sendiri. Penilaian konsep diri merupakan pandangan kita tentang harga atau kewajaran kita sebagai pribadi. Menurut Calhoun dan Acocella, setiap hari kita berperan sebagai penilai tentang diri kita sendiri, menilai apakah kita bertentangan: 1) pengharapan bagi diri kita sendiri, 2) standar yang kita tetapkan bagi diri kita sendiri. Hasil dari penilaian tersebut membentuk apa yang disebut dengan rasa harga diri, yaitu seberapa besar kita menyukai konsep diri. Pemahaman diri selalu berubah-ubah, mengikuti perubahan pengalaman yang terjadi hampir setiap saat.

 Sebagian ahli lain menyebutnya dengan istilah:identitas diri,citra diri, harga diri dan diri ideal

A.Identitas Diri
 Rasa internal tentang individualitas, keutuhan, dan konsistensi dr seseorang sepanjang waktu dan dlm berbagai situasi   Konsistensi diri sebagai individu yang berbeda dr orang lain.
 Rentan selama masa remajaIdentitas adalah kesadarn akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sendiri sebagai satu kesatuan yang utuh (Stuart and Sudeen, 1991). Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan yang memandang dirinya berbeda dengan orang lain. Kemandirian timbul dari perasaan berharga (aspek diri sendiri), kemampuan dan penyesuaian diri. Seseorang yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya. Identitas diri terus berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan perkembangan konsep diri. Hal yang penting dalam identitas adalah jenis kelamin (Keliat,1992). Identitas jenis kelamin berkembang sejak lahir secara bertahap dimulai dengan konsep laki-laki dan wanita banyak dipengaruhi oleh pandangan dan perlakuan masyarakat terhadap masing-masing jenis kelamin tersebut

B.Citra diri
Citra Diri ini perlu dipahami lebih dulu maknanya, karena merupakan suatu produk dari pengalaman masa lalu beserta sukses dan kegagalannya. Citra Diri sebenarnya adalah "Konsepsi kita sendiri mengenai seperti apakah diri Anda sebenarnya".
Persepsi seseorang ttg tubuh, baik secara dalam diri maupun dari luar diri.Untuk mengubah, memperbaiki dan meningkatkan citra diri; kita harus mau menggunakan kekuatan pikiran kita ini dan mau bekerja keras dengan sebuah pengetahuan baru, sebuah cara pandang dan cara berpikir baru.
            Satu hal yang harus kita miliki,yaitu keyakinan. Semoga kita memilikinya,kita harus memiliki keyakinan cukup untuk melakukan mau melakukan perbaikan di dalam diri kita sendiri, agar hasilnya bisa segera kita rasakan secara nyata dalam bentuk fisik.
             Kembali kepada "citra diri"; lebih lanjut, semua tindakan dan emosi kita akan selalu konsisten dengan citra diri kita. kita akan bertindak sesuai dengan macam pribadi yang menurut pikiran kita adalah benar.kita tidak bisa bertindak selain dari itu, meskipun mungkin kita melatih seluruh daya kemampuan kita.

C.Ideal Diri
 Aspirasi, tujuan, nilai, dan standar perilaku yang dianggap ideal dan diupayakan untuk dicapai Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku
berdasarkan standart, aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita, nilai-nilai yang ingin dicapai. Ideal diri akan mewujudkan cita– cita dan harapan pribadi berdasarkan norma sosial (keluarga budaya) dan kepada siapa ingin dilakukan . Ideal diri mulai berkembang pada masa kanak–kanak yang di pengaruhi orang yang penting pada dirinya yang memberikan keuntungan dan harapan pada masa remaja ideal diri akan di bentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman.

D.Harga Diri
 Rasa kita tentang nilai diri akan membuat Evaluasi di mana seseorang mempertahankan diri Bergantung pada persepsi seseorang tentang dirinya.Ideal diri Bersumber dari diri sendiri dan orang lain.Sedangkan harga diri adalah penilaian pribadi terhadap apa yang dicapai dengan menilai seberapa jauh usaha untuk memenuhi ideal diri.Kadar pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri yang tinggi. Aspek utama adalah di cintai dan menerima penghargaan dari orang lain. Biasanya harga diri sangat rentan terganggu pada saat remaja dan usia lanjut.

E.Peran
Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat ( Keliat, 1992 ). Peran yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak punya pilihan, sedangkan peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu. Posisi dibutuhkan oleh individu sebagai aktualisasi diri. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri. Posisi di masyarakat dapat merupakan stresor terhadap peran karena struktur sosial yang menimbulkan kesukaran, tuntutan serta posisi yang tidak mungkin dilaksanakan. Stress peran terdiri dari konflik peran yang tidak jelas dan peran yang tidak sesuai atau peran yang terlalu banyak. Harapan atau standar perilaku yang telah diterima oleh keluarga, komunitas, dan kultur.

3.Konsep Diri dan Perilaku

Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan tingkah laku seseorang. Bagaimana seseorang memandang dirinya akan tercermin dari keseluruhan perilakunya. Artinya, perilaku individu akan selaras dengan cara individu memandang dirinya sendiri. Apabila individu memandang dirinya sebagai orang yang tidak mempunyai cukup kemampuan untuk melakukan suatu tugas, maka seluruh perilakunya Akan menunjukkan ketidakmampuannya tersebut. Menurut Felker , terdapat tiga peranan penting konsep diri dalam menentukan perilaku seseorang, yaitu:
Pertama, self-concept as maintainer of inner consistency. Konsep diri memainkan peranan dalam mempertahankan keselarasan batin seseorang. Individu senantiasa berusaha untuk mempertahankan keselarasan batinnya. Bila individu memiliki ide, perasaan, persepsi atau pikiran yang tidak seimbang atau saling bertentangan, maka akan terjadi situasi psikologis yang tidak menyenangkan. Untuk menghilangkan ketidakselarasan tersebut, individu mengubah perilaku atau memilih suatu sistem untuk mempertahankan kesesuaian antara individu dengan lingkungannya.
Kedua, self-concept as an interpretation of experience. Konsep diri menentukan bagaimana individu memberikan penafsiran atas pengalamannya. Seluruh sikap dan pandangan individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi individu tersebut dalam menafsirkan pengalamannya.  Tafsiran negatif terhadap pengalaman hidup disebabkan oleh pandangan dan sikap negatif terhadap dirinya sendiri. Sebaliknya, tafsiran positif terhadap pengalaman hidup disebabkan oleh pandangan dan sikap positif terhadap dirinya.
Ketiga, self-concept as set of expectations. Konsep diri juga berperan sebagai penentu pengharapan individu. Pengharapan ini merupakan inti dari konsep diri. Bahkan McCandless sebagaimana dikutip Felker (1974) menyebutkan bahwa konsep diri seperangkat harapan­-harapan dan evaluasi terhadap perilaku yang merujuk pada harapan-harapan tersebut. Pandangan negatif terhadap dirinya menyebabkan individu mengharapkan tingkah keberhasilan yang akan dicapai hanya pada taraf yang rendah. Patokan yang rendah tersebut menyebabkan individu bersangkutan tidak mempunyai motivasi untuk mencapai prestasi yang gemilang Pudjijogyanti (1988).

4.Konsep Diri dan Prestasi Belajar

Sejumlah ahli psikologi dan pendidikan berkeyakinan bahwa konsep diri dan prestasi belajar mempunyai hubungan yang erat. Nylor (1972) misalnya, mengemukakan bahwa banyak penelitian yang membuktikan hubungan positif yang kuat antara konsep diri dengan prestasi belajar di sekolah. Siswa yang memiliki konsep diri positif, memperlihatkan prestasi yang baik di sekolah, atau siswa yang berprestasi tinggi di sekolah memiliki penilaian diri yang tinggi, serta menunjukkan hubungan antarpribadi yang positif pula.Mereka menentukan target prestasi belajar yang realistis dan mengarahkan kecemasan akademis dengan belajar dengan belajar keras dan tekun, serta aktivitas-aktivitas mereka selalu diarahkan pada kegiatan akademis. Mereka juga memperlihatkan kemandirian dalam belajar, sehingga tidak tergantung kepada guru semata.
Untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dan prestasi belajar, Fink (dalam Burns,1982) melakukan penelitian dengan melibatkan sejumlah siswa laki-laki dan perempuan yang dipasangkan berdasarkan tingkat inteligensi mereka. Di samping itu mereka digolongkan berdasarkan prestasi belajar mereka, yaitu kelompok berpretasi lebih (overachievers) dan kelompok berprestasi kurang (un­derachievers). Hal penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan konsep diri antara siswa yang tergolong overachiever dan underachiever. Siswa yang overachiever menunjukkan konsep diri yang lebih positif, dan hubungan yang erat antara konsep diri dan prestasi belajar terlihat jelas pada siswa laki-laki.
Penelitian Walsh (dalam Burns, 1982), juga menunjukkan bahwa siswa-siswa yang tergolong underchiever mempunyai konsep diri yang negatif, serta memperlihatkan beberapa karakteristik kepribadian; 1) mempunyai perasaan dikritik, ditolak dan diisolir; 2) melakukan mekanisme pertahanan diri dengan cara menghindar dan bahkan bersikap menentang; 3) tidak mampu mengekspresikan perasaan dan perilakunya.
Siswa yang berprestasi tinggi cenderung memiliki konsep diri yang beda dengan siswa yang berprestasi rendah. Siswa yang berprestasi rendah akan memandang diri mereka sebagai orang yang tidak mempunyai kemampuan dan kurang dapat melakukan penyesuaian diri yang kuat dengan siswa lain. Mereka juga cenderung memandang orang-orang di sekitarnya sebagai lingkungan yang tidak dapat menerimanya.Siswa yang memandang dirinya negatif ini, pada gilirannya akan menganggap keberhasilan yang dicapai bukan karena kemampuan yang dimilikinya, melainkan lebih mereka kebetulan atau karena faktor keberuntungan saja. Lain halnya dengan siswa yang memandang dirinya positif, akan menganggap keberhasilan sebagai hasil kerja keras dan karena faktor kemampuannya.

5.Karakteristik Perkembangan Konsep Diri Peserta Didik
Konsep diri bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir. Kita tidak dilahirkan dengan konsep diri tertentu. Bahkan ketika kita lahir, kita tidak memiliki konsep diri, tidak memiliki pengetahuan tentang diri, dan tidak memiliki pengharapan bagi diri kita sendiri, serta tidak memiliki penilaian apa pun terhadap diri kita sendiri.
Dengan demikian, konsep diri terbentuk melalui proses belajar yang berlangsung sejak masa pertumbuhan hingga dewasa. Lingkungan, pengalaman, dan pola asuh orangtua ikut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan konsep diri seseorang. Sikap dan tanggapan orangtua dan lingkungan akan menjadi bahan informasi bagi anak untuk menilai siapa dirinya.
Anak-anak yang tumbuh dan dibesarkan dalam pola asuh yang keliru atau negatif,  cenderung mempunyai konsep diri yang negatif.Karena anak cenderung menilai dirinya berdasarkan apa yang ia alami dan dapatkan dari lingkungannya. Jika lingkungan memberikan sikap yang baik dan positif, maka anak akan merasa dirinya berharga, sehingga berkembangan konsep diri yang positif.

6.Implikasi Perkembangan Konsep Diri Peserta Didik terhadap pendidikan
Konsep diri memengaruhi perilaku peserta didik dan mempunyai hubungan yang sangat menentukan proses pendidikan dan prestasi belajar.Untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah, guru dapat melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan konsep diri peserta didik.beberapa strategi yang mungkin dapat guru dilakukan guru dalam mengembangkan dan meningkatkan konsep diri peserta didik.
Membuat siswa merasa mendapat dukungan dari guru. Dalam mengembangkan konsep diri yang positif, siswa perlu mendapat dukungan dari guru. Dukungan guru uru. ini dapat ditunjukkan dalam bentuk dukungan emosional (emotional support), seperti ungkapan empati, kepedulian, perhatian, dan umpan balik.
Membuat siswa merasa bertanggungjawab. Memberi kesempatan kepada siswa untuk membuat keputusan sendiri atas perilakunya dapat diartikan sebagai upaya guru untuk memberi tanggung jawab kepada siswa. Tanggung jawab ini akan mengarahkan sikap positif siswa terhadap konsep diri, yang diwujudkan dengan usaha pencapaian prestasi belajar yang tinggi serta peningkatan daya fikir dalam menghadapi tekanan sosial.
Membuat siswa merasa mampu. Ini dapat dilakukan dengan cara menunjukkan sikap dan pandangan yang positif terhadap kemampuan yang dimiliki siswa.Dengan sikap dan pandangan positif terhadap kemampuan siswa, maka siswa juga akan berpandangan positif terhadap kemampuan dirinya.
Mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan yang realistis. Dalam upaya meningkatkan konsep diri siswa, guru harus membentuk siswa untuk menentukan tujuan yang hendak dicapai serealistis mungkin, yakni tujuan yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Penetapan tujuan yang realistis ini dapat dilakukan dengan mengacu pada pencapaian prestasi di masa lampau.
Membantu siswa menilai diri mereka secara realistis. pada saat mengalami kegagalan, adakalanya siswa menilainya secara negatif, dengan memandang dirinya sebagai orang yang tidak mampu.Disini guru perlu membantu siswa menilai prestasi mereka secara realistis, yang membantu rasa percaya akan kemampuan mereka dalam menghadapi tugas-tugas sekolah dan meningkatkan prestasi belajar di kemudian hari.
Mendorong siswa agar bangga dengan dirinya secara realistis.Ini adalah penting, karena perasaan bangga atas prestasi yang dicapai merupakan salah satu kunci untuk menjadi lebih positif dalam memandang kemampuan yang dimiliki.

7.KEMAMPUAN DIRI DAN BERFIKIR KREATIF
Orang yang selalu produktif biasanya berkaitan dengan kemampuannya dalam berfikir dan berkreativitas. Kita cenderung menyukai orang-orang yang memiliki kemampuan yang lebih tinggi dari pada kita atau lebih berhasil dalam kehidupannya.  Orang-orang yang sukses dalam bidang apapun baik profesional maupun non profesional pada umumnya mendapat simpati orang banyak. Hasil penelitian Aronson menunjukkan bahwa terdapat 4 kondisi orang berkemampuan yaitu :
1. Orang yang memiliki kemampuan tinggi dan berbuat salah;
2. Orang berkemampuan tinggi tetapi tidak berbuat salah;
3. Orang yang memiliki kemampuan rata-rata dan berbuat salah;
Orang yang berkemampuan rata-rata dan tidak berbuat salah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa orang yang cerdas atau pandai adalah kreatif, sementara yang lain tidak; hal ini memberikan implikasi bahwa kreativitas sebagai Suatu kemungkinan atau peluang yang terbuka untuk setiap orang yang mana merupakan ekspresi dari kepribadian yang dapat dikembangkan. Kreativitas adalah sesuatu yang dapat dipelajari, oleh karena itu setiap individu dapat belajar menjadi kreatif atau setiap orang pada dasarnya dapat menjadi individu kreatif.

KESIMPULAN

Keseimbangan berbagai konsep diri; gambaran diri (body image), ideal diri,harga diri, peran dan identitas diri sangat mempengaruhi kemajun dan prestasi individu. Karena individu dengan konsep diri yang baik/sehat akan memiliki keseimbangan dalam kehidupan. setiap individu memiliki cara pandang yang berbeda tentang konsep diri dan kemampuannya.Dengan demikian,sebagai seorang guru harus mengetahui bagaimana cara meningkatkan prestasi sesuai dengan potensi diri peserta didiknya.


Daftar Pustaka
Bahri,saiful.1999.konsep diri.(online).http://www.docstoc.com/docs/9106172/konsep-diri
Familia,tim pustaka. 2006..konsep diri positif menentukan prestasi. anak.yogyakarta. pustaka familia
Gunarsa,Singgih d. 1999.psikologi perkembangan.yogyakarta.cahaya laksana pess
Hashim,shahabudin.2003. psikologi pendidikan.bandung. nightyangel printing
Wuryani,sri esti.2002..psikologi pendidikan. malang.grasindo
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.