Senin, 13 Juni 2011

Makalah Tentang Konsep Diri

KONSEP DIRI

PENDAHULUAN
Konsep diri sangat erat kaitannya dengan diri individu. Kehidupan yang sehat, baik fisik maupun psikologi salah satunya di dukung oleh konsep diri yang baik dan
stabil.
Konsep diri adalah hal-hal yang berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta keyakinan yang diketahui dan dipahami oleh individu tentang dirinya. Hal ini akan mempengaruhi kemampuan individu dalam membina hubungan interpersonal.
Meski konsep diri tidak langsung ada, begitu individu di lahirkan, tetapi secara bertahap seiring dengan tingkat pertumbuhan dan perkembanga individu, konsep diri akan terbentuk karena pengaruh ligkungannya . selain itu konsep diri juga akan di pelajari oleh individu melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain termasuk berbagai stressor yang dilalui individu tersebut. Hal ini akan membentuk persepsi individu terhadap dirinya sendiri dan penilaian persepsinya terhadap pengalaman akan situasi tertentu.
Gambaran penilaian tentang konsep diri dapat di ketahui melalui rentang respon dari adaptif sampai dengan maladaptif. Konsep diri itu sendiri terdiri dari
beberapa bagian, yaitu : gambaran diri (body Image), ideal diri, harga diri, peran dan identitas.

 PENGERTIAN KONSEP DIRI

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain
Hal ini temasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya.
Sedangkan menurut Beck, Willian dan Rawlin (1986) menyatakan bahwa konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh, baik fisikal, emosional intelektual , sosial dan spiritual.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSEP DIRI

Menurut Stuart dan Sudeen ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri. Faktor-foktor tersebut terdiri dari teori perkembangan, Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat) dan Self Perception (persepsi diri sendiri).
1.        Teori perkembangan.
Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara bertahap sejak lahir seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang lain. Dalam melakukan kegiatannya memiliki   batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau pengenalan tubuh, nama panggilan, pangalaman budaya dan hubungan interpersonal, kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata.

2.        Significant Other ( orang yang terpenting atau yang terdekat )
Dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain, belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan diri merupakan interprestasi diri pandangan orang lain terhadap diri, anak sangat dipengaruhi  orang  yang  dekat,  remaja  dipengaruhi  oleh  orang  lain  yang  dekat dengan dirinya, pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup, pengaruh budaya dan sosialisasi.
3.        Self Perception ( persepsi diri sendiri )
Yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta persepsi individu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif.  Sehingga konsep merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari prilaku individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang dapat berfungsi lebih efektif yang dapat dilihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang terganggu.

Menurut Stuart dan Sundeen Penilaian tentang konsep diri dapat di lihat berdasarkan rentang rentang respon konsep diri yaitu:
ResponAdaptif                                                                            Respon Maladaptif
Aktualisasi
Konsep diri
Harga diri
Kekacauan
Depersonalisasi
diri
positif
rendah
identitas



PEMBAGIAN KONSEP DIRI
Konsep diri terbagi menjadi beberapa bagian. Pembagian Konsep diri tersebut di kemukakan oleh Stuart and Sundeen ( 1991 ), yang terdiri dari :
1.      Gambaran diri ( Body Image )
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru     setiap individu
Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima stimulus dari orang lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar dirinya terpisah dari lingkungan
Gambaran  diri  (  Body  Image  )  berhubungan  dengan  kepribadian. Cara individu            memandang     dirinya mempunyai      dampak yang   penting            pada aspek psikologinya. Pandangan yang realistis terhadap dirinya manarima dan mengukur bagian tubuhnya akan lebih rasa aman,            sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri 
Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap gambaran dirinya akan memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses dalam kehidupan.
Banyak Faktor dapat yang mempengaruhi gambaran diri seseorang, seperti, munculnya Stresor yang dapat menggangu integrasi gambaran diri. Stresor-stresor tersebut dapat berupa :
1.                  Operasi.
Seperti :           mastektomi,     amputsi            ,luka  operasi   yang  semuanya  mengubah gambaran diri. Demikian pula tindakan koreksi seperti operasi plastik, protesa dan lain –lain.
2.                  Kegagalan fungsi tubuh.
Seperti hemiplegi, buta, tuli dapat mengakibatkan depersonlisasi yaitu tadak mengkui atau asing dengan bagian tubuh, sering berkaitan dengan fungsi saraf.

3.                  Waham yang berkaitan dengan bentuk dan fngsi tubuh
Seperti sering terjadi pada klie gangguan jiwa , klien mempersiapkan penampilan dan pergerakan tubuh sangat berbeda dengan kenyataan.
4.                  Tergantung pada mesin.
Seperti : klien intensif care yang memandang imobilisasi sebagai tantangan, akibatnya sukar mendapatkan informasi umpan balik engan penggunaan lntensif care dipandang sebagai gangguan.
5.                  Perubahan tubuh berkaitan
Hal ini berkaitan dengan tumbuh kembang dimana seseorang akan merasakan perubahan  pada  dirinya  seiring  dengan  bertambahnya  usia.             Tidak  jarang seseorang menanggapinya dengan respon negatif dan positif.      Ketidakpuasan juga dirasakan seseorang jika didapati perubahan tubuh yang tidak ideal.
6.                  Umpan balik interpersonal yang negative
Umpan  balik  ini  adanya  tanggapan yang  tidak  baik  berupa  celaan,  makian sehingga dapat membuat seseorang menarik diri.
7.                   Standard sosial budaya.
Hal ini berkaitan dengan kultur sosial budaya yang  berbeda-setiap pada setiap orang         dan            keterbatasannya          serta     keterbelakangan          dari      budaya            tersebut menyebabkan pengaruh pada gambaran diri individu, seperti adanya perasaan minder.
Beberapa gangguan pada gambaran diri tersebut dapat menunjukan tanda dan gejala, seperti :
1.                  Syok Psikologis.
Syok Psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan dapat terjadi pada saat pertama tindakan.syok psikologis digunakan sebagai reaksi  terhadap ansietas. Informasi   yang            terlalu  banyak dan kenyataan perubahan tubuh membuat klien menggunakan mekanisme pertahanan diri seperti mengingkari,   menolak dan proyeksi untuk mempertahankan keseimbangan diri.
2.                   Menarik diri.
Klien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan , tetapi karena tidak mungkin maka klien lari atau menghindar secara emosional. Klien menjadi pasif, tergantung , tidak ada motivasi  dan keinginan untuk berperan dalam perawatannya.
3.                  Penerimaan atau pengakuan secara bertahap.
Setelah klien sadar akan kenyataan maka respon kehilangan atau berduka muncul. Setelah fase ini klien mulai melakukan reintegrasi dengan gambaran diri yang baru.
Tanda dan gejala dari gangguan gambaran diri di atas adalah proses yang adaptif, jika tampak gejala dan tanda-tanda berikut secara menetap maka respon klien dianggap maladaptif sehingga terjadi gangguan gambaran diri yaitu :
1.                  Menolak untuk melihat dan menyentuh bagian yang berubah.
2.                  Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh.
3.                  Mengurangi kontak sosial sehingga terjadi menarik diri.
4.                  Perasaan atau pandangan negatif terhadap tubuh.
5.                  Preokupasi dengan bagian tubuh atau fungsi tubuh yang hilang.
6.                  Mengungkapkan keputusasaan.
7.                  Mengungkapkan ketakutan ditolak.
8.                  Depersonalisasi.
9.                  Menolak penjelasan tentang perubahan tubuh.

 
2.      Ideal Diri.
Ideal diri adalah          persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku berdasarkan  standart, aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu (Stuart and Sundeen ,1991).
Standart dapat berhubungan dengan  tipe orang yang akan diinginkan  atau sejumlah  aspirasi,      cita-cita,  nilai-  nilai  yang  ingin  di  capai  .  Ideal  diri  akan mewujudkan cita-cita, nilai-nilai yang ingin dicapai. Ideal diri akan mewujudkan cita–cita dan harapan  pribadi berdasarkan norma sosial (keluarga budaya) dan kepada siapa ingin dilakukan .
Ideal  diri  mulai berkembang pada masa kanak–kanak yang di pengaruhi orang yang penting pada dirinya yang memberikan keuntungan dan harapan pada masa remaja ideal diri akan di bentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman.
Menurut Ana Keliat ( 1998 ) ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri yaitu :
1.                   Kecenderungan individu menetapkan ideal pada batas kemampuannya.
2.                   Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri.
3.                   Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang realistis, keinginan untuk mengklaim diri dari kegagalan, perasan cemas dan rendah diri.
4.                   Kebutuhan yang realistis.
5.                   Keinginan untuk menghindari kegagalan .
6.                   Perasaan cemas dan rendah diri.
Agar individu mampu berfungsi dan mendemonstrasikan     kecocokan antara persepsi diri dan ideal diri. Ideal diri ini hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi, tetapi masih lebih tinggi dari kemampuan agar tetap menjadi pendorong dan masih dapat dicapai.

3.      Harga diri .
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa  seberapa  jauh  prilaku  memenuhi  ideal  diri (Stuart and Sundeen, 1991).
Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan  harga diri yang rendah atau harga diri yang tinggi. Jika individu sering gagal , maka cenderung harga diri rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah di cintai dan menerima penghargaan dari orang lain (Keliat, 1992).
Biasanya harga diri sangat rentan terganggu pada saat remaja dan usia lanjut. Dari hasil riset ditemukan bahwa masalah kesehatan fisik mengakibatkan harga diri rendah. Harga  diri  tinggi  terkait  dengam  ansietas  yang  rendah,  efektif  dalam kelompok dan diterima oleh orang lain. Sedangkan harga diri rendah terkait dengan hubungan interpersonal yang buruk dan resiko terjadi depresi dan skizofrenia. Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri rendah dapat terjadi secara situasional ( trauma ) atau kronis ( negatif self evaluasi yang telah berlangsung lama ). Dan dapat di ekspresikan  secara langsung atau tidak langsung (nyata atau tidak nyata).
Menurut beberapa ahli dikemukakan  faktor-Fator yang mempengaruhi gangguan harga diri, seperti :
1.                  Perkembangan individu.
Faktor predisposisi dapat dimulai sejak masih bayi, seperti  penolakan orang tua  menyebabkan anak merasa tidak dicintai  dan mengkibatkan anak gagal mencintai dirinya dan akan gagal untuk mencintai orang lain. Pada saat anak berkembang lebih besar, anak mengalami kurangnya pengakuan dan pujian dari orang tua dan orang yang dekat atau penting baginya. Ia merasa tidak adekuat karena selalu tidak dipercaya untuk mandiri, memutuskan sendiri akan bertanggung jawab terhadap prilakunya. Sikap orang tua  yang  terlalu  mengatur  dan  mengontrol,  membuat  anak  merasa  tidak berguna.

2.                  Ideal Diri tidak realistis.
Individu yang selalu dituntut untuk berhasil akan merasa tidak punya hak untuk gagal dan berbuat kesalahan. Ia membuat standart yang tidak dapat dicapai, seperti  cita  –cita  yang terlalu  tinggi  dan tidak realistis. Yang pada kenyataan tidak dapat dicapai membuat individu menghukum diri sendiri dan akhirnya percaya diri akan hilang.

3.                  Gangguan fisik dan mental
Gangguan ini dapat membuat individu dan keluarga merasa rendah diri.

4.                   Sistim keluarga yang tidak berfungsi.
Orang tua yang mempunyai harga diri yang rendah tidak mampu membangun harga diri anak dengan baik. Orang tua memberi umpan  balik yang negatif dan berulang-ulang akan merusak harga diri anak. Harga diri anak akan terganggu jika kemampuan menyelesaikan masalah tidak        adekuat. Akhirnya anak memandang negatif terhadap pengalaman dan kemampuan di lingkungannya.
5.                  Pengalaman traumatik yang berulang,misalnya akibat          aniaya fisik, emosi dan seksual.
Penganiayaan  yang    dialami            dapat   berupa penganiayaan  fisik,    emosi, peperangan, bencana alam, kecelakan atau perampokan. Individu merasa tidak mampu mengontrol lingkungan. Respon atau strategi untuk menghadapi trauma umumnya mengingkari trauma, mengubah arti trauma, respon yang biasa efektif terganggu. Akibatnya koping yang biasa berkembang adalah depresi dan denial pada trauma.

4.      Peran.
Peran adalah sikap  dan perilaku  nilai  serta  tujuan yang diharapkan dari seseorang  berdasarkan  posisinya  di  masyarakat        (  Keliat,  1992  ).  Peran  yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak punya pilihan, sedangkan peran yang diterima adalah  peran yang terpilih atau dipilih oleh individu. Posisi dibutuhkan oleh individu sebagai aktualisasi diri.
Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri. Posisi di masyarakat dapat merupakan stresor terhadap peran karena struktur sosial yang menimbulkan            kesukaran, tuntutan serta posisi yang tidak mungkin dilaksanakan ( Keliat, 1992 ).
Stress peran terdiri dari konflik peran yang tidak jelas dan peran yang tidak sesuai atau peran yang terlalu banyak. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri dengan peran yang harus di lakukan menurut Stuart and sundeen, 1998 adalah :
1.                  Kejelasan prilaku dengan penghargaan yang sesuai dengan peran.
2.                  Konsisten respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan .
3.                  Kesesuain dan keseimbangan antara peran yang di emban.
4.                  Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran.
5.                  Pemisahan situasi yang akan menciptakan ketidak sesuain perilaku peran.
Menurut Stuart and Sunden Penyesuaian  individu  terhadap perannya di pengaruhi oleh beberapan faktor, yaitu :
1.                  Kejelasan  prilaku  yang  sesuai  dengan         perannya  serta  pengetahuan  yang spesifik tentang peran yang diharapkan .
2.                  Konsistensi respon orang yang berarti atau dekat dengan peranannya.
3.                              Kejelasan budaya dan harapannya terhadap prilaku perannya.
4.                              Pemisahan situasi yang dapat menciptakan ketidak selarasan
Sepanjang kehidupan individu sering menghadapi perubahan-perubahan peran, baik yang sifatnya menetap atau sementara yang sifatnya dapat karena situasional. Hal ini, biasanya disebut dengan transisi peran. Transisi peran tersebut dapat di  kategorikan menjadi beberapa bagian, seperti :
1.                  Transisi Perkembangan.
Setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas. Setiap perkembangan harus di lalui individu dengan menjelaskan  tugas perkembangan yang berbeda – beda. Hal ini dapat merupakan stresor bagi konsep diri.
2.                  Transisi Situasi.
Transisi situasi terjadi sepanjang daur kehidupan, bertambah atau berkurang orang  yang berarti  melalui  kelahiran atau kematian, misalnya status sendiri menjadi berdua atau menjadi orang tua. Perubahan status menyebabkan perubahan peran yang dapat menimbulkan ketegangan peran yaitu konflik peran, peran tidak jelas atau peran berlebihan.
3.                  Transisi sehat sakit.
Stresor pada tubuh dapat menyebabkan  gangguan gambaran diri dan berakibat diri dan berakibat perubahan konsep diri. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua kompoen konsep diri  yaitu gambaran diri, identitas diri  peran dan harga diri. Masalah konsep diri dapat di cetuskan  oleh faktor psikologis, sosiologi atau fisiologi, namun yang penting adalah persepsi klien terhadap ancaman. Selain itu         dapat saja terjadi berbagai gangguan peran,   penyebab atau faktor-faktor ganguan peran tersebut dapat di akibatkan oleh :
1.                  Konflik peran interpersonal Individu dan lingkungan tidak mempunyai harapan peran yang selaras.
2.                  Contoh peran yang tidak adekuat.
3.                  Kehilangan hubungan yang penting
4.                  Perubahan peran seksual
5.                  Keragu-raguan peran
6.                  Perubahan kemampuan fisik untuk menampilkan peran sehubungan dengan proses menua
7.                  Kurangnya kejelasan peran atau pengertian tentang peran
8.                  Ketergantungan obat
9.                  Kurangnya keterampilan sosial
10.              Perbedaan budaya
11.              Harga diri rendah
12.              Konflik antar peran yang sekaligus di perankan

Gangguan-gangguan peran yang terjadi tersebut dapat ditandai dengan tanda dan gejala, seperti :
1.                  Mengungkapkan ketidakpuasan perannya atau kemampuan menampilkan peran
2.                  Mengingkari atau menghindari peran
3.                  Kegagalan trnsisi peran
4.                  Ketegangan peran
5.                  Kemunduran pola tanggungjawab yang biasa dalam peran
6.                  Proses berkabung yang tidak berfungsi
7.                  Kejenuhan pekerjaan

5.      Identitas
Identitas adalah kesadarn akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sendiri sebagai satu kesatuan yang utuh (Stuart and Sudeen, 1991).
Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan yang memandang dirinya berbeda dengan orang lain. Kemandirian timbul dari perasaan berharga (aspek diri sendiri), kemampuan dan penyesuaian diri.
Seseorang yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya. Identitas diri terus berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan perkembangan konsep diri. Hal yang penting dalam identitas adalah jenis kelamin (Keliat,1992). Identitas jenis kelamin berkembang sejak lahir secara bertahap dimulai dengan konsep  laki-laki  dan wanita banyak dipengaruhi  oleh  pandangan dan perlakuan masyarakat terhadap masing-masing jenis kelamin tersebut.

Perasaan dan prilaku yang  kuat akan indentitas diri  individu dapat  ditandai dengan:
a.                   Memandang dirinya secara unik
b.                   Merasakan dirinya berbeda dengan orang lain
c.                   Merasakan otonomi : menghargai diri, percaya diri,  mampu diri, menerima diri dan dapat mengontrol diri.
d.                  Mempunyai persepsi tentang gambaran diri, peran dan konsep diri

Karakteristik identitas diri dapat dimunculkan dari prilaku dan perasaan seseorang, seperti :
1.                  Individu mengenal dirinya sebagai makhluk yang terpisah dan berbeda dengan orang lain
2.                  Individu mengakui atau menyadari jenis seksualnya
3.                  Individu mengakui dan menghargai berbagai aspek tentang dirinya, peran, nilai dan prilaku secara harmonis
4.                  Individu  mengaku  dan  menghargai  diri  sendiri  sesuai  dengan  penghargaan lingkungan sosialnya
5.                  Individu sadar akan hubungan masa lalu, saat ini dan masa yang akan datang
6.                  Individu mempunyai tujuan yang dapat dicapai dan di realisasikan (Meler dikutip.Stuart and Sudeen, 1991)


KESIMPULAN
Keseimbangan berbagai konsep diri; gambaran diri (body image), ideal diri, harga diri, peran dan identitas diri sangat mempengaruhi kesehatan individu. Karena individu dengan konsep diri yang baik/sehat akan memiliki keseimbangan dalam kehidupan.



Daftar Pustaka

Gunarsa,Singgih.2003.psikologi perkembangan.jakarta.gunung  Mulia
Gunarsa,Singgih.2008.psikologi remaja.Jakarta.Gunung  Mulia
Puspasari,Amarillia.mengukur konsep diri anak.Jakarta.Media Komputindo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.