TUGAS KELOMPOK
PENGANTAR PENDIDIKAN
Prof.Dr.H.JUHRI AM.,M,Pd
LANDASAN PENDIDIKAN
OLEH :
NO
|
NAMA
|
NPM
|
ACC
|
1.
|
YENI
YUNITASARI
|
10311670
|
1.
|
2.
|
YENI
ARISTA
|
10311669
|
2.
|
3.
|
RENCI
OKTA SARI
|
10311646
|
3.
|
4.
|
DESY
ALVIANTI
|
10311701
|
4.
|
5.
|
SEPTI
PUSPITASARI
|
10311653
|
5.
|
PENDIDIKAN
MATEMATIKA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH METRO
2010
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah pengantar
pendidikan yang berjudul
“LANDASAN PENDIDIKAN”.
Pengantar
pendidikan merupakan mata kuliah yang memebekali kita dengan wawasan tentang peran pendidikan dalam kehidupan manusia dan
penerapannya, baik secara umum maupun
dalam mewujudkan system pendidikan nasional di Indonesia. Dengan
menguasai materi mata kuliah pengantar pendidikan wawasan kita sebagai pengajar
dan pendidik akan meningkat.
Terima
kasih penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak
langsung terlibat dalam penyusunan
makalah ini. Akhir kata penulis mengharapkan kritik dan saran dari
berbagai pihak.
Metro,
Desember 2010
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…….………………………………………………….i
KATA PENGANTAR………………………………………………………ii
DAFTAR ISI…..……………………………………………………………iii
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………....1
BAB
II PEMBAHASAN………………………………………………… 2
2.1 Pengertian
landasan pendidikan……………...……………… 2
2.2 Landasan
filosofis…………………………...………………. 3
2.6 Landasan
ekonomis…………………………………………. 13
BAB
III PENUTUP
KESIMPULAN….……………………………….……………… 15
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Pada
makalah ini kita akan membahas landasan pendidikan yang bersifat filosofis, sosio
budaya/sosiologis, psikologis, histories/sejarah,ekonomi. Hal lainyya adalah
penjelasan tentang hubungan pendidikan dengan kebutuhan, dan pendidikan dengan
kebutuhan dan kepentingan mewujudkan kehidupan bermasyarat, berbangsa dan
bernegara.
Pengenalan tentang butir-butir yang dibahas dalam makalah ini akan membantu kita dalam memperluas wawasan dan pemahaman tentang
landasan pendidikan yang akan memberi warna dalam pembangunan pendidikan
nasional. Landasan pendidikan tersebut
bagaimanapun juga akan secara langsung maupun tidak langsung memberi dampak
pada tahap perencanaan pendidikan nasional, baik secara mikro di kelas,maupun
dalam kajian makro yaitu dalam bingkai pelaksanaan pembangunan pendidikan
nasional.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Landasan Pendidikan
Landasan Pendidikan
marupakan salah satu kajian yang
dikembangkan dalam berkaitannya dengan dunia pendidikan. Kata landasan dalam
hukum berarti melandasi atau mendasari atau titik tolak.Pendidikan bukan hanya
transfer of knowledge tetapi juga
transfer of value, karena pertama,
mempersiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan tertentu pada masa
mendatang. Kedua, mentransfer
pengetahuan sesuai dengan peranan yang diharapkan. Ketiga, mentransfer nilai-nilai dalam rangka memelihara keutuhan
dan kesatuan masyarakat sebagai prasyarat bagi kelangsungan hidup masyarakat
dan peradaban, sehingga pandangan klasik tentang pendidikan, pada umumnya
dikatakan sebagai pranata yang dapat menjalankan tiga fungi sekaligus.
Secara
mendasar harapan pendidikan di Indonesia dapat mengusahakan:
Ø Terbentuknya
manusia pancasila sebagai subjek dan objek pembangunan yang tinggi kualitasnya
dan mampu mandiri.
Ø Lulusan
pendidikan yang dapat mendukung perkembangan masyarrakat dan bangsa yang sedang
memulihkan keterpurukan akibat reformasi yang kebablasan.
Karena
itu pendidikan di Indonesia harus berlandaskan pada pembentukan manusia
Indonesia yang memiliki kemampuan tersebut.
Pendidikan
sebagai suatu system memunculkan suatu fenomena bahwa perencanaan ,
pelaksanaan, dan pembinaan pendidikan sangat kompleks dan banyak faktor
yang terlibat di dalamnya. Landasan pendidikan sangat diperlukan sebagai satu
pijakan dalam rangka perencanaan dan implementasi pendidikan. Faktor-faktor
tersebut akan sangat memberi warna dan kontribusi terhadap program perencanaan
dan pelaksanaan pendidikan, baik secara makro maupun secara mikro.
Secara
makro misalnya iuran atau pengaruh faktor filosofis dalam suatu negara akan memberi dampak pada arah dan
tujuan pendidikan nasional. Sebagai contoh, tujuan pendidikan di tanah air akan
berbeda dengan tujuan pendidikan nasional di negara lain. Demikian juga
Indonesia pada masa penjajahan Belanda atau penjajahan Jepang akan berbeda
dalam menetapkan tujuan pendidikannya bila dibandingkan dengan tujuan
pendidikan nasional pada masa pasca kemerdekaan. Hal ini antara lain karena
perbedaan landasan negara atau landasan filosofis negara yang
bersangkutan.
Secara
mikro misalnya dapat diamati dari situasi atau
proses belajar mengajar di kelas yang akan dipengaruhi oleh faktor
sosiologis dan psikologis, yaitu prinsip tentang perkembangan para peserta
didik dalam berbagai aspek serta cara belajar agar bahan ajar yang sudah
dipersiapkan dapat dengan mudah dicerna dan dikuasai mereka dengan tahap
perkembangannya.
Terdapat
lima landasan yang patut dipertimbangkan
dalam melaksanakan, membina dan mengembangkan pendidikan. Kelima landasan pendidikan itu adalah landasan yang
filosofis, sosio budaya/sosiologis, psikologis, histories/sejarah, dan ekonomis.
2.2 Landasan Filosofis
Banyak
pengertian tentang filsafat, Plato
misalnya, menyebut filsafat sebagai “Ilmu Pengetahuan tantang kebenaran”.
Sedangkan Socrates menyebut filsafat sebagai “Cara berfikir yang radikal,
menyeluruh, dan mendasar.” Oleh sebab
itu, tugas falsafah
menurut
Socrates, bukan terletak pada pertanyaan yang timbul dalam kehidupan melainkan
mempersoalkan jawaban yang diberikan. Falsafah senantiasa menanyakan kegiatan
berfikir manusia dari awal hingga akhir. Dari pemahaman diatas, filsafat dapat
dipandang sebagai “Induk semang ilmu pengetahuan”.
Pemahaman
lain tentang filsafat yaitu dapat dikatakan sebagai sistem nilai (value
system), artinya filsafat dapat dianggap sebagai pandangan hidup manusia dalam
mengarungi bahtera kehidupan. Bila filsafat dianggap sistem nilai, artinya
setiap manusia mempunyai sistem nilai tersendiri yang mungkin berbeda dengan sistem
nilai yang dianut masyarakat lainnya. Dengan demikian, sistem nilai yang ada
dalam suatu masyarakat dapat dipandang sebagai
sistem nilai yang harus dianut dalam garapan pendidikan yang dilakukannya. Atau
dapat dikatakan, filsafat hidup dalam masyarakat merupakan arti lain dari
landasan filosofis penyelenggaraan pendidikan yang akan dilaksanakan. Dengan
demikian, filsafat bisa didefinisikan
sebagai suatu studi tentang hakikat ilmu pengetahuan,
hakikat sistem nilai, hakikat nilai kebaikan, hakikat keindahan, dan hakikat
pikiran.
Filsafat
pendidikan ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai keakar –
akarnya mengenai pendidikan. Agar uraian tentang filsafat pendidikan ini
menjadi lebih lengkap, berikut akan dipaparkan tentang beberapa aliran filsafat
pendidikan yang dominan di dunia ini. Aliran itu ialah :
1.
Esensialis
2.
Parenialis
3.
Progresivis
4. Rekonstruksionis
5.
Eksistensialis.
Filsafat
pendidikan Esensialis bertitik tolak dari kebenaran yang telah terbukti berabad
– abad lamanya. Kebenaran seperti itulah
yang esensial, yang lain adalah suatu kebenaran secara
kebetulan
saja. Tekanan pendidikannya adalah pada pembentukan intelektual dan logika.Filsafat pendidikan
Parenialis tidak jauh berbeda dengan filsafat pendidikan Esensialis. Kalau kebenaran yang esensial pada esensialis ada
pada kebudayaan klasik dengan Great Booknya, maka kebenaran Parenialis
ada pada wahyu Tuhan. Demikianlah Filsafat Progresivisme mempunyai jiwa
perubahan, relativitas, kebebasan, dinamika, ilmiah, dan perbuatan nyata. Menurut filsafat ini, tidak ada tujuan yang pasti.
Tujuan dan kebenaran itu bersifat relative. Apa yang sekarang dipandang benar
karena dituju dalam kehidupan, tahun depan belum tentu masih tetap benar.
Ukuran kebenaran ialah yang berguna bagi
kehidupan manusia hari ini.
Filsafat
pendidikan Rekonstruksionis merupakan variasi dari Progresivisme, yang
menginginkan kondisi manusia pada umumnya harus diperbaiki. Mereka bercita –
cita mengkonstruksi kembali kehidupan manusia secara total.Filsafat pendidikan
Eksistensialis berpendapat bahwa kenyataan atau kebenaran adalah eksistensi
atau adanya individu manusia itu sendiri. Adanya manusia di dunia ini tidak
punya tujuan dan kehidupan menjadi terserap karena ada manusia. Manusia adalah
bebas. Akan menjadi apa orang itu ditentukan oleh keputusan dan komitmennya
sendiri.
1.
Hubungan
Filsafat dengan Tujuan Pendidikan
Dalam
bidang pendidikan, filsafat akan mengkaji persoalan yang berkaitan dengan
apa yang ingin diketahui, bagaimana cara
mendapatkannya, serta apa nilai kegunaan
pendidikan bagi manusia. Dengan demikian, filsafat pendidikan merupakan
pola pikir filsafat dalam menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan
perencanaan dan implementasi pendidikan.
Filsafat pendidikan menentukan arah kemana peserta
didik
akan dibawa. Filsafat pendidikan
merupakan perangkat nilai yang melandasi dan membimbing ke arah pencapaian
tujuan. Oleh sebab itu, filsafat yang dianut suatu bangsa, atau filsafat
kelompok masyarakat, akan mempengaruhi tujuan pendidikan yang akan dicapai.
Tujuan
pendidikan pada dasarnya merupakan rumusan yang komprehensif tentang hasil apa
yang seharusnya dicapai dalam suatu program. Tujuan pendidikan berarti
pernyataan yang memuat berbagai kompetensi yang diharapkan bisa dimiliki para
peserta didik selaras dengan system nilai dan fallsafah yang dianut. Disini
berarti ada keterkaitan antara falsafah pendidikan dengan tujuan pendidikan.
2.
Manfaat
Filsafat Pendidikan
Manfaat
filsafat pendidikan adalah sebagai berikut :
a. Filsafat
pendidikan dapat menentukan arah (direction) akan kemana anak didik dibawa.
Sekolah ialah suatu lembaga yang didirikan anak bangsa sesuai dengan harapan
dan cita-cita masyarakat tersebut.
b. Dengan
adanya tujuan pendidikan yang diwarnai oleh filsafat pendidikan yang dianut,
kita mendapat gambaran yang jelas tentang hasil yang harus dicapai dalam
program pendidikan. Pribadi anak didik yang bagaimanakah yang akan ditempa
dalam garapan pendidikan.
c. Filsafat
pendidikan menentukan cara dan proses untuk mencapai tujuan pendidikan yang
ingin dicapai.
d. Filsafat
dan tujuan pendidikan akan memberi kesatuan yang bulat (unity) tentang segala
upaya pendidikan yang dilakukan. Garapan pendidikan dilaksanakan secara
sistematik, berkesinambungan, serta berhubungan erat satu sama lain.
e. Filsafat
dan tujuan pendidikan memungkinkan para pengelola pendidikan melakukan
penilaian tentang segala upaya yang telah dilaksanakan dalam implementasi
pendidikan.
Berdasarkan
pemahaman diatas bisa dikemukakan bahwa faktor filosofis berkaitan erat dengan
pengkajian manusia ideal menurut kepribadian bangsanya. Pandangan manusia itu
dirumuskan kepada tujuan-tujuan pendidikan. Misalnya, tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan
kurikuler, tujuan intruksional umum, tujuan intruksional khusus, ini berarti
garapan pendidikan akan senantiasa mencerminkan falsafah dan pandangan hidup
suatu bangsa.
2.3
Landasan
Sosio budaya/ Sosiologis
Sosial
mengacu kepada hubungan antar individu, antarmasyarakat, dan individu secara
alami, artinya aspek itu telah ada sejak manusia dilahirkan.Sama halnya dengan
sosial, aspek budaya inipun sangat berperan dalam proses pendidikan. Malah
dapat dikatakan tidak ada pendidikan yang tidak dimasuki unsur budaya. Materi
yang dipelajari anak-anak adalah budaya, cara belajar mereka adalah budaya,
begitu pula kegiatan-kegiatan mereka dan bentuk-bentuk yang dikerjakan juga
budaya.
a. Sosiologi dan Pendidikan.
Sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok
dan struktur sosialnya.Proses sosial dimulai dari interaksi sosial dan dalam
proses sosial itu selalu terjadi interaksi sosial. Interaksi dan proses sosial
didasari oleh faktor-faktor seperti imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati
b. Kebudayaan
dan Pendidikan
Kebudayaan
adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni,
hukum, moral, adaptasi, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang
diperoleh orang sebagai anggota masyarakat , kebudayaan jugaberisi norma-norma,
folkways yang mencakup kebiasaan,
adapt, dan tradisi, dan mores.
Terdapat lima
komponen kebudayaan yaitu gagasan, ideology, norma, teknologi, dan benda. Agar
menjadi lengkap, perlu ditambah beberapa komponen lagi yaitu kesenian, ilmu,
dan kepandaian.
Kebudayaan
dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu :pertama kebudayaan umum,
misalnya kebudayaan Indonesia, kedua yaitu kebudayaan daerah, misalnya kebudayaan Jawa,
Bali, Sunda, Nusa Tenggara Timur dan sebagainya, dan yang ketiga yaitu kebudayaan
popular, suatu kebudayaan yang masa berlakunya rata-rata lebih pendek daripada
kedua macam kebudayaan terdahulu.
Pendidikan
adalah upaya manusia untuk memanusiakan manusia. Manusia pada hakikatnya adalah
makhluk ciptaan Tuhan yang paling tinggi
derajatnya dibandingkan dengan makhluk lain ciptaannya dimuka bumi ini. Hal ini
disebabkan manusia memiliki akal pikiran atau rasio, sehingga ia mampu
mengembangkan dirinya sebagai manusia yang berbudaya. Kemampuan mengembangkan
diri itu dilakukan manusia melalui interaksi dengan lingkungannya, baik lingkungan
fisik ataupun lingkungan sosial. Manusia sebagai makhlik sosial terikat oleh
suatu sistem sosial dengan segala komponennya, seperti pranata sosial, tatanan
hidup kemasyarakatan, dan sebagainya.
Pendidikan
adalah proses sosial budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia.
Dengan demikian, garapan pendidikan secara nyata merupakan proses sosialisasi
antarwarga melalui interaksi insani menuju masyarakat yang berbudaya. Dalam
konteks inilah peserta didik dihadapkan dengan budaya manusia. Ia dibina dan
dikembangkan sesuai dengan budaya yang dianutnya, serta dipupuk dan
dikembangkan sesuai dengan kemampuan dirinya agar menjadi sosok manusia yang
berbudaya sesuai dengan acuan format budaya bangsa yang dianutnya. Nana Sudjana
(1989) menyebutkan tiga gejala yang diwujudkan dalam kebudayaan umat manusia,
yaitu berupa :
1. Ide
dan gagasan seperti: konsep, nilai, norma, peraturan sebagai hasil cipta dan
karya manusia.
2. Kegiatan
seperti tindakan yang berpola dari manusia dalam bermasyarakat.
3. Hasil
cipta karya manusia.
Oleh
karena pendidikan merupakan suatu proses budaya, maka garapannya akan
senantiasa dalam upaya membina dan mengembangkan cipta, rasa, dan karsa kedalam
tiga wujud diatas.
Wujud
yang pertama, yaitu ide dan gagasan sifatnya cenderung abstrak. Adanya dalam
alam pikiran manusia dan warga masyarakat di tempat kebudayaan itu berada.
Gagasan itu menjadi motivasi,pendorong, serta member jiwa dan makna bagi kehidupan manusia dalam bermasyarakat,
sehingga pola pikir tersebut menjadi suatu sistem yang dianut. Norma, adat,
ataupun peraturan merupakan contoh dari hasil kebudayaan tersebut. Wujud yang
kedua adalah kegiatan yang berpola dari manusia, yaitu aktifitas manusia dalam
berinterksi dengan lingkungannya, tindakan ini disebut sistem sosial. Dalam sistem sosial,
aktifitas manusia cenderung bersifat konkret, bisa dilihat dan di observasi
secara langsung. Sedangkan wujud ketiga adalah seluruh hasil fisik atau
nonfisik serta perbuatan atau karya manusia dalam masyarakat. Wujud fisik
ataupun nonfisik ini hasil dari karya manusia sesuai dengan kebudayaan pertama dan kedua tadi. Artinya,
wujud ketiga tadi merupakan hasil buah pikiran dan keterampilan manusia sesuai
dengan gagasan atau ide dan aktivitas
manusia dalam struktur sistem sosialnya.
Dengan
demikian program pendidikan yang
dirancang untuk membina kompetensi peserta didik tidak bisa lepas dari aspek
sosial budaya masyarakatnya. Peserta didik tidak hidup seorang diri dalam
ruangan yang terisolasi, tetapi mereka bergaul dan berkomunikasi dengan
masyarakat luas dilingkungannya. Sedangkan masyarakat sangat beragam latar
belakang ataupun corak aktifitasnya. Masyarakat cenderung dinamis, seirama
dengan dinamika masyarakat itu sendiri, dan perkembangan ilmu pengetahuan ,
serta pendidikan yang melatarbelakanginya. Disini berarti asas sosiologis akan
memberikan pijakan yang mendasar untuk menentukan apa yang cocok dipelajari
para peserta didik, bagaimana mempelajari bahan tersebut sehingga produktivitas
pendidikan sesuai dengan harapan dan tuntutan kebutuhan masyarakat, baik
diamati dari perkembangan social budayanya maupun diamati dari perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Demikian
juga proyeksi dan tantangan yang dihadapi masyarakat menjelang abad XXI, termasuk didalamnya perkembangan ekonomi
dan gejolak resesi dunia, harus secara nyata terefleksikan dalam garapan
pendidikan. Misalnya, kelesuan ekonomi nasional akhir-akhir ini akan memberi
dampak pada angka pengangguran yang semakin meningkat, termasuk meningkatnya
angka pengangguran kerah putih (white collar
unemployment). Hal tersebut perlu diantisipasi melalui angkatan kerja yang sesuai dengan
tuntutan pembangunan. Hal ini berarti perkembangan social budaya akan memberi
warna dan corak kepada perencanaan implementasi kurikulum pendidikan. Namun
demikian, asas sosiologis tak berarti program pendidikan hanya berorientasi
kepada tuntutan kebutuhan peserta didik sebagai pribadi yang mandiri.
Oleh
sebab itu, harus dijaga keseimbangan kurikulum (curriculum balance) antara kepentingan peserta didik sebagai individu
yang unik dan mandiri dengan kepentingan peserta didik sebagai peserta didik
yang unik dan mandiri dengan kepentingan peserta didik sebagai anggota
masyarakat. Pendidikan yang terlalu memusatkan kepada kepentingan masyarakat
akan pincang dan membuahkan beberapa kelemahan. Misalnya, program pendidikan yang dilakukannya kurang
menghiraukan perkembangan peserta didik sebagai pribadi yang unik dan mandiri.
Ini berarti pendidikan harus menjaga keseimbangan kurikulum dengan menyajikan
program dan garapannya antara kepentingan society
centered dengan program yang
mengarah dan memperhatikan kegiatan yang berorientasi pada student contered (memusatkan
perhatian kepada kepentingan peserta didik sebagai pribadi).
2.4
Landasan
Psikologis
Psikologi
atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia. Jiwa itu sendiri
adalah roh dalam keadaan mengendalikan jasmani, yang dapat dipengaruhi oleh
alam sekitar. Karena itu jiwa atau psikis dapat dikatakan inti dan kendali kehidupan manusia, yang
berada dan melekat dalam manusia itu sendiri. Pada umumnya landasan
psikologis
dari pendidikan tersebut terutama tertuju pada pemahaman manusia, khususnya
tentang proses perkembangan dan proses belajar. Individu memiliki bakat,
kemampuan, minat, kekuatan serta tempo, dan irama perkembangan yang berbeda
satu dengan yang lain. Bahkan pengalaman hidup yang dialamipun berbeda. Dengan
demikian, pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap peserta
didik, sekalipun mereka mungkin memiliki beberapa kesamaan.
a.
Psikologi Perkembangan
Ada tiga
pendekatan tentang perkembangan.yaitu antara lain:
1.
Pendekatan pentahapan. Perkembangan individu berjalan
melalui tahapan-tahapan tertentu. Pada setiap tahap memiliki ciri-ciri pada
tahap-tahap yang lain.
2.
Pendekatan diferensial. Pendekatan ini memandang
individu-individu itu memiliki
kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan. Atas dasar ini lalu orang-orang
membuat kelompok-kelompok
3.
Pendekatan ipsatif. Pendekatan ini berusaha melihat
karakteristik setiap individu, dapat saja disebut sebagai pendekatan
individual. Melihat perkembangan seseorang secara individual.
Empat masa perkembangan anak antara lain sebagai
berikut :
1.
Masa kanak-kanak ialah umur 0 – 4 tahun sebagai
masa kehidupan binatang.
2.
Masa anak ialah umur 4 – 8 tahun merupakan masa
sebagai manusia pemburu
3.
Masa muda ialah umur 8 – 12 tahun sebagai
manusia belum berbudaya
4.
Masa adolesen ialah umur 12 – dewasa merupakan
manusia berbudaya
Dengan
perkembangan kepribadian, bukan hanya perubahan dari tingkah laku yang tarapak,
tetapi juga perubahan dari yang mendorong
tingkah laku itu. Oleh karena
itu, cara menyikapi dan memperlakukan siswa haruslah sebagai manusia dalam
proses perkembangan kepribadiannya, yamg akan beraksi dengan keutuhan
pribadinya. Wawasan tersebut berpangkal pada pandangan bahwa kepribadian itu
memiliki suatu struktur yang utuh dan dinamis.
b.
Psikologi Belajar
Belajar adalah perubahan perilaku
yang relative permanent sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan,
pengaruh obat, atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain
serta mampu mengkomunikasikan kepada orang lain.
Adapun sejumlah prinsip belajar
sebagai berikut :
1.
Kontiguitas, memberikan situasi atau materi yang mirip
dengan harapan pendidik tentang respon anak yang diharapkan, beberapa kali
secara berturut-turut.
2.
Pengulangan, situasi dan respon anak diulang-ulang
atau dipraktekkan agar belajar lebih sempurna dan lebih lama diingat.
3.
Penguatan, respon yang benar misalnya diberi hadiah
untuk mempertahankan dan menguatkan respon itu.Motivasi positif dan percaya
diri dalam belajar.
4.
Tersedia materi pelajaran yang lengkap untuk memancing
aktivitas anak-anak
5.
Ada upaya membangkitkan keterampilan intelektual untuk
belajar, seperti apersepsi dalam mengajar
6.
Ada strategi yang tepat untuk mengaktifkan anak-anak
dalam belajar
7.
Aspek-aspek jiwa anak harus dapat dipengaruhi oleh
factor-faktor dalam pengajaran.
2.5
Landasan
Historie
Sejarah adalah keadaan masa lampau
dengan segala macam kejadian atau
kegiatan yang dapat didasari oleh konsep – konsep tertentu. Sejarah pendidikan di Indonesia sudah ada
sebelum negara Indonesia berdiri. Sebab itu sejarah pendidikan di Indonesia juga cukup panjang.
Pendidikan itu telah ada sejak zaman kuno,
kemudian diteruskan dengan zaman pengaruh agama Hindu dan Budha, zaman pengaruh
agama Islam, pendidikan pada zaman kemerdekaan. Pada waktu bangsa Indonesia
berjuang merintis kemerdekaan ada tiga tokoh pendidikan
sekaligus pejuang kemerdekaan, yang berjuang melalui pendidikan. Mereka membina
anak-anak dan para pemuda melalui lembaganya masing-masing untuk mengembalikan
harga diri dan martabatnya yang hilang akibat penjajahan Belanda.
Tokoh-tokoh pendidik itu adalah
Mohamad Safei, Ki Hajar Dewantara, dan Kyai Haji Ahmad Dahlan (TIM MKDK,
1990). Mohamad Syafei mendirikan sekolah INS atau Indonesisch Nederlandse
School di Sumatera Barat pada tahun 1926. Sekolah ini lebih dikenal dengan
nama Sekolah Kayutanam, sebab sekolah ini didirikan di Kayutanam. Maksud ulama
Syafei adalah mendidik anak-anak agar dapat berdiri sendiri atas usaha sendiri
dengan jiwa yang merdeka.
Tokoh pendidik nasional berikutnya
yang akan dibahas adalah Ki Hajar Dewantara yang mendirikan Taman Siswa di
Yogyakarta. Sifat, sistem, dan metode pendidikannya diringkas ke dalam empat kemasan,
yaitu asas Taman Siswa, Panca Darma, Adat Istiadat, dan semboyan atau perlambang.Asas Taman Siswa dirumuskan pada
Tahun 1922, yang sebagian besar merupakan asas perjuangan untuk menentang
penjajah Belanda pada waktu itu.
Tokoh ketiga adalah Ahmad Dahlan
yang mendirikan organisasi Agama Islam pada tahun 1912 di Yogyakarta, yang
kemudian berkembang menjadi pendidikan Agama Islam. Pendidikan Muhammadiyah ini sebagian besar memusatkan diri pada
pengembangan agama Islam, dengan beberapa ciri seperti berikut (TIM MKDK,
1990).Asas pendidikannya adalah Islam dengan tujuan mewujudkan orang-orang
muslim yang berakhlak mulia, cakap, percaya kepada diri sendiri, dan berguna
bagi masyarakat serta negara. Ada lima hal yang dijadikan sebagai dasar
pendidikan yaitu perubahan cara berfikir, kemasyarakatan, aktivitas, kreativitas,
optimisme.
2.6
Landasan
Ekonomis
Pada zaman pasca modern atau globalisasi
sekarang ini, yang sebagian besar manusianya cenderung mengutamakan
kesejahteraan materi disbandingjan kesejahteraan rohani, membuat ekonomi
mendapat perhatian yang sangat besar. Tidak banyak orang mementingkan
peningkatan spiritual. Sebagian besar dari mereka ingin hidup enak dalam arti
jasmaniah. Seperti diketahui dana pendidikan di Indonesia sangat terbatas.
Oleh sebab itu ada kewajiban suatu
lembaga pendidikan untuk memperbanyak sumber-sumber dana yang mungkin bisa
digali adalah sebagai berikut :
1. Dari
pemerintah dalam bentuk proyek-proyek pembangunan, penelitian-penelitian
bersaing, pertandingan karya ilmiah anak-anak, dan perlombaan-perlombaan
lainnya.
2. Dari
kerjasama dengan instansi lain, baik pemerintah, swasta, maupun dunia usaha. Kerjasama
ini bisa dalam bentuk proyek penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan
proyek pengembangan bersama.
3. Membentuk
pajak pendidikan, dapat dimulai dari satu desa yang sudah mapan, satu daerah
kecil, dan sebagainya. Program ini dirancang bersama antara lembaga pendidikan
dengan pemerintah setempat dan masyarakat. Dengan cara ini bukan orang tua
siswa saja yang akan membayar dana pendidikan, melainkan semua masyarakat.
4. Usaha-usaha
lain, misalnya :
a. Mengadakan
seni pentas keliling atau dipentaskan di masyarakat
b. Menjual
hasil karya nyata anak-anak
c. Membuat
bazaar
d. Mendirikan
kafetaria
e. Mendirikan
took keperluan personalia pendidikan dan anak-anak
f. Mencari donator tetap
g. Mengumpulkan
sumbangan
h. Mengaktifkan
BP 3 khusus dalam meningkatkan dana pendidikan.
Seperti diketahui setiap lembaga
pendidikan mengelola sejumlah dana pendidikan yang bersumber dari pemerintah
(untuk lembaga pendidikan negeri), masyarakat, dan usaha lembaga itu sendiri.
Menurut jenisnya pembiayaan
pendidikan dijadikan tiga kelompok yaitu :
1. Dana rutin,
ialah dana yang dipakai membiayai kegiatan rutin, seperti gaji, pendidikan,
penelitian, pengabdian masyarakat, perkantoran, biaya pemeliharaan, dan
sebagainya.
2. Dana
pembangunan, ialah dana yang dipakai membiayai pembangunan-pembangunan dalam
berbagai bidang. Yang dimaksudkan dengan pembangunan disini adalah membangun
yang belum ada, seperti prasarana dan sarana, alat-alat belajar, media,
pembentukan kurikulum baru, dan sebagainya.
3. Dana bantuan
masyarakat, termasuk SPP, yang digunakan untuk membiayai hal-hal yang belum
dibiayai oleh dana rutin dan dana pembangunan atau untuk memperbesar dana itu.
4. Dana usaha
lembaga sendiri, yang penggunaannya sama dengan butir 3 di atas.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari
pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa landasan pendidikan sangat diperlukan
sebagai suatu pijakan dalam rangka
perencanaan dan implementasi pendidikan. Filsafat pendidikan merupakan
perangkat nilai yang melandasi dan membimbing peserta didik kea rah pencapaian
tujuan pendidikan. Dengan demikian, garapan pendidikan secara nyata merupakan
proses sosialisasi antarwarga melalui interaksi insan menuju masyarakat yang
berbudaya. Pendidikan harus menjaga keseimbangan kurikulum dengan menyajikan
program dan garapan yang seimbang antara kepentingan society centered dengan program yang mengarah dan memperhatikan
kegiatan yang berorientasi pada student
contered (memusatkan perhatian kepada kepentingan siswa sebagai pribadi).
Landasan Pendidikan diperlukan dalam
dunia pendidikan khususnya di negara kita Indonesia,agar pendidikan yang sedang
berlangsung dinegara kita ini mempunyai pondasi atau pijakan yang sangat kuat
karena pendidikan di setiap negara tidak sama.Untuk negara kita diperlukan
landasan pendidikan berupa landasan filsafat,landasan sejarah,landasan sosial
budaya,landasan psikologi,dan landasan ekonomi.
DAFTAR
PUSTAKA
Bahri,syamsul.2010.Landasan Pendidikan Indonesia.(online).
Diakses 11Desember 2010.Pukul 10.42
wib.
Hasbullah.2006. Dasar-dasar Ilmu
Pendidikan Edisi Revisi 5.Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Permanasari,indira.2009.Pendidikan
Dasar Gratis Sudah Saatnya
Desember 2010.Pukul 10.30 wib.
Pidarta,made.1997. Landasan
Kependidikan.Jakarta:Rineka
Cipta.
Wahyudin,Dinn.dkk.2006.Pengantar pendidikan.Jakarta:Universitas
Terbuka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.