Jumat, 23 September 2011

TUGAS KELOMPOK PENGANTAR PENDIDIKAN TENTANG LANDASAN PENDIDIKAN


TUGAS KELOMPOK
PENGANTAR PENDIDIKAN
Prof.Dr.H.JUHRI AM.,M,Pd



LANDASAN PENDIDIKAN
OLEH :
NO
NAMA
NPM
ACC
1.
YENI YUNITASARI
10311670
1.
2.
YENI ARISTA
10311669
2.
3.
RENCI OKTA SARI
10311646
3.
4.
DESY ALVIANTI
10311701
4.
5.
SEPTI PUSPITASARI
10311653
5.
           
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2010




KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah pengantar pendidikan  yang  berjudul  “LANDASAN PENDIDIKAN”.
Pengantar pendidikan merupakan mata kuliah yang memebekali kita dengan wawasan  tentang peran  pendidikan dalam kehidupan manusia dan penerapannya, baik secara umum  maupun dalam  mewujudkan  system pendidikan nasional di Indonesia. Dengan menguasai materi mata kuliah pengantar pendidikan wawasan kita sebagai pengajar dan  pendidik akan meningkat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam penyusunan  makalah ini. Akhir kata penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak.



Metro, Desember 2010


Penyusun




ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…….………………………………………………….i
KATA PENGANTAR………………………………………………………ii
DAFTAR ISI…..……………………………………………………………iii

BAB  I  PENDAHULUAN………………………………………………....1

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………  2
2.1  Pengertian landasan pendidikan……………...………………    2
2.2  Landasan filosofis…………………………...……………….     3
2.3   Landasan sosio budaya………………………………………    6
2.4   Landasan psikologis …………………………….…………..     10
2.5  Landasan histories……………………………………………    11
2.6  Landasan ekonomis………………………………………….     13
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN….……………………………….………………    15

DAFTAR PUSTAKA





BAB I
PENDAHULUAN

Pada makalah ini kita akan membahas landasan pendidikan yang bersifat filosofis, sosio budaya/sosiologis, psikologis, histories/sejarah,ekonomi. Hal lainyya adalah penjelasan tentang hubungan pendidikan dengan kebutuhan, dan pendidikan dengan kebutuhan dan kepentingan mewujudkan kehidupan bermasyarat, berbangsa dan bernegara.
Pengenalan  tentang butir-butir yang dibahas dalam  makalah ini akan membantu kita dalam  memperluas wawasan dan pemahaman tentang landasan pendidikan yang akan memberi warna dalam pembangunan pendidikan nasional. Landasan  pendidikan tersebut bagaimanapun juga akan secara langsung maupun tidak langsung memberi dampak pada tahap perencanaan pendidikan nasional, baik secara mikro di kelas,maupun dalam kajian makro yaitu dalam bingkai pelaksanaan pembangunan pendidikan nasional.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Landasan Pendidikan
            Landasan Pendidikan  marupakan salah satu kajian yang dikembangkan dalam berkaitannya dengan dunia pendidikan. Kata landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari atau titik tolak.Pendidikan bukan hanya transfer of  knowledge tetapi juga transfer of value, karena pertama, mempersiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan tertentu pada masa mendatang. Kedua, mentransfer pengetahuan sesuai dengan peranan yang diharapkan. Ketiga, mentransfer nilai-nilai dalam rangka memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat sebagai prasyarat bagi kelangsungan hidup masyarakat dan peradaban, sehingga pandangan klasik tentang pendidikan, pada umumnya dikatakan sebagai pranata yang dapat menjalankan tiga fungi sekaligus.
Secara mendasar harapan pendidikan di Indonesia dapat mengusahakan:
Ø  Terbentuknya manusia pancasila sebagai subjek dan objek pembangunan yang tinggi kualitasnya dan mampu mandiri.
Ø  Lulusan pendidikan yang dapat mendukung perkembangan masyarrakat dan bangsa yang sedang memulihkan keterpurukan akibat reformasi yang kebablasan.

Karena itu pendidikan di Indonesia harus berlandaskan pada pembentukan manusia Indonesia yang memiliki kemampuan tersebut.
Pendidikan sebagai suatu system memunculkan suatu fenomena bahwa perencanaan , pelaksanaan, dan pembinaan pendidikan sangat kompleks dan banyak faktor yang terlibat di dalamnya. Landasan pendidikan sangat diperlukan sebagai satu pijakan dalam rangka perencanaan dan implementasi pendidikan. Faktor-faktor tersebut akan sangat memberi warna dan kontribusi terhadap program perencanaan dan pelaksanaan pendidikan, baik secara makro maupun secara mikro.
Secara makro misalnya iuran atau pengaruh faktor filosofis dalam suatu  negara akan memberi dampak pada arah dan tujuan pendidikan nasional. Sebagai contoh, tujuan pendidikan di tanah air akan berbeda dengan tujuan pendidikan nasional di negara lain. Demikian juga Indonesia pada masa penjajahan Belanda atau penjajahan Jepang akan berbeda dalam menetapkan tujuan pendidikannya bila dibandingkan dengan tujuan pendidikan nasional pada masa pasca kemerdekaan. Hal ini antara lain karena perbedaan landasan  negara  atau landasan filosofis negara yang bersangkutan.
Secara mikro misalnya dapat diamati dari situasi atau  proses belajar mengajar di kelas yang akan dipengaruhi oleh faktor sosiologis dan psikologis, yaitu prinsip tentang perkembangan para peserta didik dalam berbagai aspek serta cara belajar agar bahan ajar yang sudah dipersiapkan dapat dengan mudah dicerna dan dikuasai mereka dengan tahap perkembangannya.
Terdapat lima  landasan yang patut dipertimbangkan dalam melaksanakan, membina dan mengembangkan pendidikan. Kelima  landasan pendidikan itu adalah landasan yang filosofis, sosio budaya/sosiologis, psikologis, histories/sejarah, dan ekonomis.

2.2 Landasan Filosofis
Banyak  pengertian tentang filsafat, Plato misalnya, menyebut filsafat sebagai “Ilmu Pengetahuan tantang kebenaran”. Sedangkan Socrates menyebut filsafat sebagai “Cara berfikir yang radikal, menyeluruh, dan  mendasar.” Oleh sebab itu, tugas falsafah

menurut Socrates, bukan terletak pada pertanyaan yang timbul dalam kehidupan melainkan mempersoalkan jawaban yang diberikan. Falsafah senantiasa menanyakan kegiatan berfikir manusia dari awal hingga akhir. Dari pemahaman diatas, filsafat dapat dipandang sebagai “Induk semang ilmu pengetahuan”.
Pemahaman lain tentang filsafat yaitu dapat dikatakan sebagai sistem nilai (value system), artinya filsafat dapat dianggap sebagai pandangan hidup manusia dalam mengarungi bahtera kehidupan. Bila filsafat dianggap sistem nilai, artinya setiap manusia mempunyai sistem nilai tersendiri yang mungkin berbeda dengan sistem nilai yang dianut masyarakat lainnya. Dengan demikian, sistem nilai yang ada dalam suatu  masyarakat dapat dipandang sebagai sistem nilai yang harus dianut dalam garapan pendidikan yang dilakukannya. Atau dapat dikatakan, filsafat hidup dalam masyarakat merupakan arti lain dari landasan filosofis penyelenggaraan pendidikan yang akan dilaksanakan. Dengan demikian, filsafat bisa didefinisikan  sebagai  suatu  studi tentang hakikat ilmu pengetahuan, hakikat sistem nilai, hakikat nilai kebaikan, hakikat keindahan, dan hakikat pikiran.
Filsafat pendidikan ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai keakar – akarnya mengenai pendidikan. Agar uraian tentang filsafat pendidikan ini menjadi lebih lengkap, berikut akan dipaparkan tentang beberapa aliran filsafat pendidikan yang dominan di dunia ini. Aliran itu ialah :
1. Esensialis
2. Parenialis
3. Progresivis
4. Rekonstruksionis
5. Eksistensialis.

Filsafat pendidikan Esensialis bertitik tolak dari kebenaran yang telah terbukti berabad – abad  lamanya. Kebenaran seperti itulah yang esensial, yang lain adalah suatu kebenaran secara
kebetulan saja. Tekanan pendidikannya adalah pada pembentukan  intelektual dan logika.Filsafat pendidikan Parenialis tidak jauh berbeda dengan filsafat pendidikan Esensialis. Kalau  kebenaran yang esensial pada esensialis ada pada kebudayaan klasik dengan Great Booknya, maka kebenaran Parenialis ada pada wahyu Tuhan. Demikianlah Filsafat Progresivisme mempunyai jiwa perubahan, relativitas, kebebasan, dinamika, ilmiah, dan  perbuatan nyata. Menurut  filsafat ini, tidak ada tujuan yang pasti. Tujuan dan kebenaran itu bersifat relative. Apa yang sekarang dipandang benar karena dituju dalam kehidupan, tahun depan belum tentu masih tetap benar. Ukuran  kebenaran ialah yang berguna bagi kehidupan manusia hari ini.
Filsafat pendidikan Rekonstruksionis merupakan variasi dari Progresivisme, yang menginginkan kondisi manusia pada umumnya harus diperbaiki. Mereka bercita – cita mengkonstruksi kembali kehidupan manusia secara total.Filsafat pendidikan Eksistensialis berpendapat bahwa kenyataan atau kebenaran adalah eksistensi atau adanya individu manusia itu sendiri. Adanya manusia di dunia ini tidak punya tujuan dan kehidupan menjadi terserap karena ada manusia. Manusia adalah bebas. Akan menjadi apa orang itu ditentukan oleh keputusan dan komitmennya sendiri.

1.      Hubungan Filsafat dengan Tujuan Pendidikan
Dalam bidang pendidikan, filsafat akan mengkaji persoalan yang berkaitan dengan apa  yang ingin diketahui, bagaimana cara mendapatkannya, serta apa nilai kegunaan  pendidikan bagi manusia. Dengan demikian, filsafat pendidikan merupakan pola pikir filsafat dalam menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan perencanaan dan  implementasi pendidikan. Filsafat pendidikan menentukan arah kemana peserta

didik akan dibawa. Filsafat  pendidikan merupakan perangkat nilai yang melandasi dan membimbing ke arah pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, filsafat yang dianut suatu bangsa, atau filsafat kelompok masyarakat, akan mempengaruhi tujuan pendidikan yang akan dicapai.
Tujuan pendidikan pada dasarnya merupakan rumusan yang komprehensif tentang hasil apa yang seharusnya dicapai dalam suatu program. Tujuan pendidikan berarti pernyataan yang memuat berbagai kompetensi yang diharapkan bisa dimiliki para peserta didik selaras dengan system nilai dan fallsafah yang dianut. Disini berarti ada keterkaitan antara falsafah pendidikan dengan tujuan pendidikan.

2.      Manfaat Filsafat Pendidikan
Manfaat filsafat pendidikan adalah sebagai berikut :
a.       Filsafat pendidikan dapat menentukan arah (direction) akan kemana anak didik dibawa. Sekolah ialah suatu lembaga yang didirikan anak bangsa sesuai dengan harapan dan cita-cita masyarakat tersebut.
b.      Dengan adanya tujuan pendidikan yang diwarnai oleh filsafat pendidikan yang dianut, kita mendapat gambaran yang jelas tentang hasil yang harus dicapai dalam program pendidikan. Pribadi anak didik yang bagaimanakah yang akan ditempa dalam garapan pendidikan.
c.       Filsafat pendidikan menentukan cara dan proses untuk mencapai tujuan pendidikan yang ingin dicapai.
d.      Filsafat dan tujuan pendidikan akan memberi kesatuan yang bulat (unity) tentang segala upaya pendidikan yang dilakukan. Garapan pendidikan dilaksanakan secara sistematik, berkesinambungan, serta berhubungan erat satu sama lain.
e.       Filsafat dan tujuan pendidikan memungkinkan para pengelola pendidikan melakukan penilaian tentang segala upaya yang telah dilaksanakan dalam implementasi pendidikan.

Berdasarkan pemahaman diatas bisa dikemukakan bahwa faktor filosofis berkaitan erat dengan pengkajian manusia ideal menurut kepribadian bangsanya. Pandangan manusia itu dirumuskan kepada tujuan-tujuan pendidikan. Misalnya, tujuan pendidikan  nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan intruksional umum, tujuan intruksional khusus, ini berarti garapan pendidikan akan senantiasa mencerminkan falsafah dan pandangan hidup suatu bangsa.

2.3         Landasan  Sosio budaya/ Sosiologis

Sosial mengacu kepada hubungan antar individu, antarmasyarakat, dan individu secara alami, artinya aspek itu telah ada sejak manusia dilahirkan.Sama halnya dengan sosial, aspek budaya inipun sangat berperan dalam proses pendidikan. Malah dapat dikatakan tidak ada pendidikan yang tidak dimasuki unsur budaya. Materi yang dipelajari anak-anak adalah budaya, cara belajar mereka adalah budaya, begitu pula kegiatan-kegiatan mereka dan bentuk-bentuk yang dikerjakan juga budaya.
a. Sosiologi dan Pendidikan.
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya.Proses sosial dimulai dari interaksi sosial dan dalam proses sosial itu selalu terjadi interaksi sosial. Interaksi dan proses sosial didasari oleh faktor-faktor seperti imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati
b. Kebudayaan dan Pendidikan
Kebudayaan adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adaptasi, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat , kebudayaan jugaberisi norma-norma,  folkways yang mencakup kebiasaan, adapt, dan tradisi, dan  mores.

Terdapat lima komponen kebudayaan yaitu gagasan, ideology, norma, teknologi, dan benda. Agar menjadi lengkap, perlu ditambah beberapa komponen lagi yaitu kesenian, ilmu, dan kepandaian.
Kebudayaan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu :pertama kebudayaan umum, misalnya kebudayaan Indonesia, kedua yaitu  kebudayaan daerah, misalnya kebudayaan Jawa, Bali, Sunda, Nusa Tenggara Timur dan sebagainya, dan yang ketiga yaitu kebudayaan popular, suatu kebudayaan yang masa berlakunya rata-rata lebih pendek daripada kedua macam kebudayaan terdahulu.
Pendidikan adalah upaya manusia untuk memanusiakan manusia. Manusia pada hakikatnya adalah  makhluk ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya dibandingkan dengan makhluk lain ciptaannya dimuka bumi ini. Hal ini disebabkan manusia memiliki akal pikiran atau rasio, sehingga ia mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia yang berbudaya. Kemampuan mengembangkan diri itu dilakukan manusia melalui interaksi dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik ataupun lingkungan sosial. Manusia sebagai makhlik sosial terikat oleh suatu sistem sosial dengan segala komponennya, seperti pranata sosial, tatanan hidup kemasyarakatan, dan sebagainya.
Pendidikan adalah proses sosial budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Dengan demikian, garapan pendidikan secara nyata merupakan proses sosialisasi antarwarga melalui interaksi insani menuju masyarakat yang berbudaya. Dalam konteks inilah peserta didik dihadapkan dengan budaya manusia. Ia dibina dan dikembangkan sesuai dengan budaya yang dianutnya, serta dipupuk dan dikembangkan sesuai dengan kemampuan dirinya agar menjadi sosok manusia yang berbudaya sesuai dengan acuan format budaya bangsa yang dianutnya. Nana Sudjana (1989) menyebutkan tiga gejala yang diwujudkan dalam kebudayaan umat manusia, yaitu berupa :
1.      Ide dan gagasan seperti: konsep, nilai, norma, peraturan sebagai hasil cipta dan karya manusia.
2.      Kegiatan seperti tindakan yang berpola dari manusia dalam bermasyarakat.
3.      Hasil cipta karya manusia.

Oleh karena pendidikan merupakan suatu proses budaya, maka garapannya akan senantiasa dalam upaya membina dan mengembangkan cipta, rasa, dan karsa kedalam tiga wujud diatas.
Wujud yang pertama, yaitu ide dan gagasan sifatnya cenderung abstrak. Adanya dalam alam pikiran manusia dan warga masyarakat di tempat kebudayaan itu berada. Gagasan itu menjadi motivasi,pendorong, serta member  jiwa dan makna bagi kehidupan manusia dalam bermasyarakat, sehingga pola pikir tersebut menjadi suatu sistem yang dianut. Norma, adat, ataupun peraturan merupakan contoh dari hasil kebudayaan tersebut. Wujud yang kedua adalah kegiatan yang berpola dari manusia, yaitu aktifitas manusia dalam berinterksi dengan lingkungannya, tindakan  ini disebut sistem sosial. Dalam sistem sosial, aktifitas manusia cenderung bersifat konkret, bisa dilihat dan di observasi secara langsung. Sedangkan wujud ketiga adalah seluruh hasil fisik atau nonfisik serta perbuatan atau karya manusia dalam masyarakat. Wujud fisik ataupun nonfisik ini hasil dari karya manusia sesuai dengan  kebudayaan pertama dan kedua tadi. Artinya, wujud ketiga tadi merupakan hasil buah pikiran dan keterampilan manusia sesuai dengan gagasan atau  ide dan aktivitas manusia dalam struktur sistem sosialnya.
Dengan demikian  program pendidikan yang dirancang untuk membina kompetensi peserta didik tidak bisa lepas dari aspek sosial budaya masyarakatnya. Peserta didik tidak hidup seorang diri dalam ruangan yang terisolasi, tetapi mereka bergaul dan berkomunikasi dengan masyarakat luas dilingkungannya. Sedangkan masyarakat sangat beragam latar belakang ataupun corak aktifitasnya. Masyarakat cenderung dinamis, seirama dengan dinamika masyarakat itu sendiri, dan perkembangan ilmu pengetahuan , serta pendidikan yang melatarbelakanginya. Disini berarti asas sosiologis akan memberikan pijakan yang mendasar untuk menentukan apa yang cocok dipelajari para peserta didik, bagaimana mempelajari bahan tersebut sehingga produktivitas pendidikan sesuai dengan harapan dan tuntutan kebutuhan masyarakat, baik diamati dari perkembangan social budayanya maupun diamati dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Demikian juga proyeksi dan tantangan yang dihadapi masyarakat menjelang abad  XXI, termasuk didalamnya perkembangan ekonomi dan gejolak resesi dunia, harus secara nyata terefleksikan dalam garapan pendidikan. Misalnya, kelesuan ekonomi nasional akhir-akhir ini akan memberi dampak pada angka pengangguran yang semakin meningkat, termasuk meningkatnya angka pengangguran kerah putih (white collar unemployment). Hal tersebut perlu diantisipasi  melalui angkatan kerja yang sesuai dengan tuntutan pembangunan. Hal ini berarti perkembangan social budaya akan memberi warna dan corak kepada perencanaan implementasi kurikulum pendidikan. Namun demikian, asas sosiologis tak berarti program pendidikan hanya berorientasi kepada tuntutan kebutuhan peserta didik sebagai pribadi yang mandiri.
Oleh sebab itu, harus dijaga keseimbangan kurikulum (curriculum balance) antara kepentingan peserta didik sebagai individu yang unik dan mandiri dengan kepentingan peserta didik sebagai peserta didik yang unik dan mandiri dengan kepentingan peserta didik sebagai anggota masyarakat. Pendidikan yang terlalu memusatkan kepada kepentingan masyarakat akan pincang dan membuahkan beberapa kelemahan. Misalnya, program  pendidikan yang dilakukannya kurang menghiraukan perkembangan peserta didik sebagai pribadi yang unik dan mandiri. Ini berarti pendidikan harus menjaga keseimbangan kurikulum dengan menyajikan program dan garapannya antara kepentingan society centered  dengan program yang mengarah dan memperhatikan kegiatan yang berorientasi pada student contered   (memusatkan perhatian kepada kepentingan peserta didik sebagai pribadi).

2.4         Landasan Psikologis
Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia. Jiwa itu sendiri adalah roh dalam keadaan mengendalikan jasmani, yang dapat dipengaruhi oleh alam sekitar. Karena itu jiwa atau psikis dapat dikatakan  inti dan kendali kehidupan manusia, yang berada dan melekat dalam manusia itu sendiri. Pada umumnya landasan

psikologis dari pendidikan tersebut terutama tertuju pada pemahaman manusia, khususnya tentang proses perkembangan dan proses belajar. Individu memiliki bakat, kemampuan, minat, kekuatan serta tempo, dan irama perkembangan yang berbeda satu dengan yang lain. Bahkan pengalaman hidup yang dialamipun berbeda. Dengan demikian, pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap peserta didik, sekalipun mereka mungkin memiliki beberapa kesamaan.
a.       Psikologi Perkembangan
Ada tiga pendekatan tentang perkembangan.yaitu antara lain:
1.      Pendekatan pentahapan. Perkembangan individu berjalan melalui tahapan-tahapan tertentu. Pada setiap tahap memiliki ciri-ciri pada tahap-tahap yang lain.
2.      Pendekatan diferensial. Pendekatan ini memandang individu-individu  itu memiliki kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan. Atas dasar ini lalu orang-orang membuat kelompok-kelompok
3.      Pendekatan ipsatif. Pendekatan ini berusaha melihat karakteristik setiap individu, dapat saja disebut sebagai pendekatan individual. Melihat perkembangan seseorang secara individual.
Empat  masa perkembangan anak antara lain sebagai berikut :
1.      Masa kanak-kanak ialah umur 0 – 4 tahun sebagai masa kehidupan binatang.
2.      Masa anak ialah umur 4 – 8 tahun merupakan masa sebagai manusia pemburu
3.      Masa muda ialah umur 8 – 12 tahun sebagai manusia belum berbudaya
4.      Masa adolesen ialah umur 12 – dewasa merupakan manusia berbudaya
Dengan perkembangan kepribadian, bukan hanya perubahan dari tingkah laku yang tarapak, tetapi juga perubahan dari yang mendorong  tingkah laku  itu. Oleh karena itu, cara menyikapi dan memperlakukan siswa haruslah sebagai manusia dalam proses perkembangan kepribadiannya, yamg akan beraksi dengan keutuhan pribadinya. Wawasan tersebut berpangkal pada pandangan bahwa kepribadian itu memiliki suatu struktur yang utuh dan dinamis.

b.      Psikologi Belajar
Belajar adalah perubahan perilaku yang relative permanent sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat, atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikan kepada orang lain.
Adapun sejumlah prinsip belajar sebagai berikut :
1.      Kontiguitas, memberikan situasi atau materi yang mirip dengan harapan pendidik tentang respon anak yang diharapkan, beberapa kali secara berturut-turut.
2.      Pengulangan, situasi dan respon anak diulang-ulang atau dipraktekkan agar belajar lebih sempurna dan lebih lama diingat.
3.      Penguatan, respon yang benar misalnya diberi hadiah untuk mempertahankan dan menguatkan respon itu.Motivasi positif dan percaya diri dalam belajar.
4.      Tersedia materi pelajaran yang lengkap untuk memancing aktivitas anak-anak
5.      Ada upaya membangkitkan keterampilan intelektual untuk belajar, seperti apersepsi dalam mengajar
6.      Ada strategi yang tepat untuk mengaktifkan anak-anak dalam belajar
7.      Aspek-aspek jiwa anak harus dapat dipengaruhi oleh factor-faktor dalam pengajaran.


2.5         Landasan Historie
Sejarah adalah keadaan masa lampau dengan segala macam  kejadian atau kegiatan yang dapat didasari oleh konsep – konsep tertentu. Sejarah  pendidikan di Indonesia sudah ada sebelum negara Indonesia berdiri. Sebab itu sejarah  pendidikan di Indonesia juga cukup panjang. Pendidikan itu telah ada sejak zaman  kuno, kemudian diteruskan dengan zaman pengaruh agama Hindu dan Budha, zaman pengaruh agama Islam, pendidikan pada zaman kemerdekaan. Pada waktu bangsa Indonesia berjuang merintis kemerdekaan ada tiga tokoh pendidikan sekaligus pejuang kemerdekaan, yang berjuang melalui pendidikan. Mereka membina anak-anak dan para pemuda melalui lembaganya masing-masing untuk mengembalikan harga diri dan martabatnya yang hilang akibat penjajahan Belanda.
Tokoh-tokoh pendidik itu adalah Mohamad Safei, Ki  Hajar Dewantara, dan Kyai Haji Ahmad Dahlan (TIM MKDK, 1990). Mohamad Syafei mendirikan sekolah INS atau Indonesisch Nederlandse School di Sumatera Barat pada tahun 1926. Sekolah ini lebih dikenal dengan nama Sekolah Kayutanam, sebab sekolah ini didirikan di Kayutanam. Maksud ulama Syafei adalah mendidik anak-anak agar dapat berdiri sendiri atas usaha sendiri dengan jiwa yang  merdeka.
Tokoh pendidik nasional berikutnya yang akan dibahas adalah Ki Hajar Dewantara yang mendirikan Taman Siswa di Yogyakarta. Sifat, sistem, dan metode pendidikannya diringkas ke dalam empat kemasan, yaitu asas Taman Siswa, Panca Darma, Adat Istiadat, dan semboyan atau  perlambang.Asas Taman Siswa dirumuskan pada Tahun 1922, yang sebagian besar merupakan asas perjuangan untuk menentang penjajah Belanda pada waktu itu.
Tokoh ketiga adalah Ahmad Dahlan yang mendirikan organisasi Agama Islam pada tahun 1912 di Yogyakarta, yang kemudian berkembang menjadi pendidikan Agama Islam. Pendidikan Muhammadiyah  ini sebagian besar memusatkan diri pada pengembangan agama Islam, dengan beberapa ciri seperti berikut (TIM MKDK, 1990).Asas pendidikannya adalah Islam dengan tujuan mewujudkan orang-orang muslim yang berakhlak mulia, cakap, percaya kepada diri sendiri, dan berguna bagi masyarakat serta negara. Ada lima hal yang dijadikan sebagai dasar pendidikan yaitu perubahan cara berfikir, kemasyarakatan, aktivitas, kreativitas, optimisme.



2.6         Landasan Ekonomis
Pada zaman pasca modern atau globalisasi sekarang ini, yang sebagian besar manusianya cenderung mengutamakan kesejahteraan materi disbandingjan kesejahteraan rohani, membuat ekonomi mendapat perhatian yang sangat besar. Tidak banyak orang mementingkan peningkatan spiritual. Sebagian besar dari mereka ingin hidup enak dalam arti jasmaniah. Seperti diketahui dana pendidikan di Indonesia sangat terbatas.
Oleh sebab itu ada kewajiban suatu lembaga pendidikan untuk memperbanyak sumber-sumber dana yang mungkin bisa digali adalah sebagai berikut :
1.      Dari pemerintah dalam bentuk proyek-proyek pembangunan, penelitian-penelitian bersaing, pertandingan karya ilmiah anak-anak, dan perlombaan-perlombaan lainnya.
2.      Dari kerjasama dengan instansi lain, baik pemerintah, swasta, maupun dunia usaha. Kerjasama ini bisa dalam bentuk proyek penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan proyek pengembangan bersama.
3.      Membentuk pajak pendidikan, dapat dimulai dari satu desa yang sudah mapan, satu daerah kecil, dan sebagainya. Program ini dirancang bersama antara lembaga pendidikan dengan pemerintah setempat dan masyarakat. Dengan cara ini bukan orang tua siswa saja yang akan membayar dana pendidikan, melainkan semua masyarakat.
4.      Usaha-usaha lain, misalnya :
a.       Mengadakan seni pentas keliling atau dipentaskan di masyarakat
b.      Menjual hasil karya nyata anak-anak
c.       Membuat bazaar
d.      Mendirikan kafetaria
e.       Mendirikan took keperluan personalia pendidikan dan anak-anak
f.        Mencari donator tetap
g.      Mengumpulkan sumbangan
h.      Mengaktifkan BP 3 khusus dalam meningkatkan dana pendidikan.

Seperti diketahui setiap lembaga pendidikan mengelola sejumlah dana pendidikan yang bersumber dari pemerintah (untuk lembaga pendidikan negeri), masyarakat, dan usaha lembaga itu sendiri.
Menurut jenisnya pembiayaan pendidikan dijadikan tiga kelompok yaitu :
1.      Dana rutin, ialah dana yang dipakai membiayai kegiatan rutin, seperti gaji, pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat, perkantoran, biaya pemeliharaan, dan sebagainya.
2.      Dana pembangunan, ialah dana yang dipakai membiayai pembangunan-pembangunan dalam berbagai bidang. Yang dimaksudkan dengan pembangunan disini adalah membangun yang belum ada, seperti prasarana dan sarana, alat-alat belajar, media, pembentukan kurikulum baru, dan sebagainya.
3.      Dana bantuan masyarakat, termasuk SPP, yang digunakan untuk membiayai hal-hal yang belum dibiayai oleh dana rutin dan dana pembangunan atau untuk memperbesar dana itu.
4.      Dana usaha lembaga sendiri, yang penggunaannya sama dengan butir 3 di atas.




BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa landasan pendidikan sangat diperlukan sebagai suatu  pijakan dalam rangka perencanaan dan implementasi pendidikan. Filsafat pendidikan merupakan perangkat nilai yang melandasi dan membimbing peserta didik kea rah pencapaian tujuan pendidikan. Dengan demikian, garapan pendidikan secara nyata merupakan proses sosialisasi antarwarga melalui interaksi insan menuju masyarakat yang berbudaya. Pendidikan harus menjaga keseimbangan kurikulum dengan menyajikan program dan garapan yang seimbang antara kepentingan society centered dengan program yang mengarah dan memperhatikan kegiatan yang berorientasi pada student contered (memusatkan perhatian kepada kepentingan siswa sebagai pribadi).
Landasan Pendidikan diperlukan dalam dunia pendidikan khususnya di negara kita Indonesia,agar pendidikan yang sedang berlangsung dinegara kita ini mempunyai pondasi atau pijakan yang sangat kuat karena pendidikan di setiap negara tidak sama.Untuk negara kita diperlukan landasan pendidikan berupa landasan filsafat,landasan sejarah,landasan sosial budaya,landasan psikologi,dan landasan ekonomi.



DAFTAR PUSTAKA

Bahri,syamsul.2010.Landasan Pendidikan Indonesia.(online).
Diakses 11Desember 2010.Pukul 10.42 wib.
Hasbullah.2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Edisi Revisi 5.Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Permanasari,indira.2009.Pendidikan Dasar Gratis Sudah Saatnya
            Diberlakukan.(online). http://www.kompas.com/. Diakses 11
Desember 2010.Pukul 10.30 wib.
Pidarta,made.1997. Landasan Kependidikan.Jakarta:Rineka Cipta.
Wahyudin,Dinn.dkk.2006.Pengantar pendidikan.Jakarta:Universitas Terbuka


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.