SIFAT LINGKUNGAN HIDUP
Ruang
lingkup peninjauan tentang lingkungan hidup dapat sempit, misalnya sebuah rumah
dengan pekarangannya, atau luas, misalnya Pulau Irian. Lapisan bumi dan udara
yang ada mahluknya, dapat juga dianggap sebagai suatu lingkungan hidup yang
besae, yaitu biosfer. Bahkan tatasurya kita atau malahan seluruh alam semesta
dapat menjadi objek tinjauan.
Sifat lingkungan hidup ditentukan oleh
bermacam-macam faktor. Pertama, oleh
jenis dan jumlah masing-masing jenis unsure lingkungan hidup tersebut. Dengan
mudah dapat kita lihat, suatu lingkungan hidup dengan 10 orang manusia, seekor
anjing, tiga ekor burung perkutut, sebatang pohon kelapa dan sebuah bukit batu
akan berbeda sifatnya dari lingkungan hidup yang sama besarnya tetapi hanya ada
seorang manusia, 10 ekor anjing, tertutup rimbun oleh pohon bamboo dan rata
tidak berbukit batu. Dalam golongan jenis unsur lingkungan hidup termasuk pula
zat kimia.
Kedua, hubungan atau
interaksi antara unsure dalam lingkungan hidup ini. Misalnya, dalam suatu
ruangan terdapat delapan buah kursi, empat buah meja dan empat buah pot dengan
tanaman kuping gajah. Dalam ruangan itu delapan kursi diletakkan sepanjang satu
dinding, dengan sebuah meja di muka
setiap dua kursi dan sebuah pot di atas masing-masing meja. Sifat ruangan
berbeda jika dua kursi dengan sebuah meja diletakkan di tengah masing-masing
dinding dan sebuah pot di masing-masing sudut.
Hal yang serupa berlaku juga untuk
hubungan atau interaksi sosial dalam hal unsur-unsur itu terdiri atas benda hidup
yang mobil, yaitu manusia dan hewan. Dengan demikian lingkunga hidup tidak saja
menyangkut komponen biofisik, melainkan juga hubungan sosial budaya manusia.
Ketiga, kelakuan atau
kondisi unsur lingkungan hidup. Misalnya, suatu kota yang penduduknya aktif dan
bekerja keras merupakan lingkungan hidup yang berbeda dari sebuah kota yang
serupa, tapi penduduknya santai dan malas. Demikian pula suatu daerah dengan
lahan yang landai dan subur merupakan lingkungan yang berbeda dari daerah
dengan lahan yang berlereng dan tererosi.
Keempat, faktor
non-materiil suhu, cahaya dan kebisingan. Kita dapat dengan mudah merasakanini.
Suatu lingkungan yang panas, silau dan bising sangatlah berbeda dengan
lingkungan yang sejuk, cahaya yang cukup, tapi idak silau dan tenang.
Manusia berinteraksi dengan lingkungan hidupnya.
Ia mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya. Ia membentuk dan
terbentuk oleh lingkungan hidupnya. Manusia seperti ia adanya, yaitu yang
disebut fenotipe, adalah perwujudan
yang dihasilkan oleh interaksi sifat keturunannya dengan faktor lingkungan.
Sifat keturunan, yang terkandung di dalam gen yang merupakan bagian kromosom di
dalam masing-masing sel tubuh, menentukan potensi perwujudan manusia, yaitu genotipe. Apakah suatu sifat dalam
genotipe itu akan terwujud atau tidak, tergantung ada atau tidaknya faktor
lingkungan yang sesuai untuk perkembangan sifat itu. Dobzhansky, seorang ahli
ilmu keturunan terkenal, malahan menyatakan, gen menentukan tanggapan apa yang
akan terjadi terhadap faktor lingkungan. Jadi menurutnya, gen bukanlah penentu
sifat, melainkan penentu reaksi atau tanggapan terhadap lingkungan. Hal ini
terlihat pada tumbuhan hijau yang di tempatkan di dalam kamar gelap. Tumbuhan
itu tidak mampu membentuk zat hijau daun, walaupun ia mempunyai gen untuk
pembentukan zat hijau daun. Setelah ia dikeluarkan dari kamar gelap dan terkena
cahaya, terbentuklah zat hijau daun. Jadi mahluk hidup itu juga terbentuk oleh
lingkungannya.
Hubungan antara manusia dengan lingkungan hidup
nya adalah sirkuler. Kegiatannya,
apakah sekedar bernafas atau membendung sungai, sedikit atau banyak akan
merubah lingkungannya. Perubahan pada lingkungan itu pada gilirannya akan
mempengaruhi manusia. Misalnya, seseorang yang bekerja dalam sebuah ruangan
kecil yang tertutup. Dengan pernapasannya ia akan mengurangi kadar gas oksigen
dalam udara di kamar itu dan menambah gas karbon dioksida. Pernapasannya juga
menghasilkan panas, sehingga suhu dalam ruangan naik. Kenaikan suhu
menstimulasi pembentukan keringat, sehingga hawa dalam ruangan itu menjadi
tidak sedap. Dengan penurunan kadar gas karbon dioksida, kenaikan suhu dan bau
keringat, menjadi pengaplah ruangan itu. Prestasi kerja orang itu akan menurun.
Makin lama menurunlah kualitas lingkungan dalam kamar itu dan seiring dengan
itu makin menurun pulalah prestasi orang itu.
Interaksi antara manusia dengan lingkungan
hidupnya tidaklah sesederhana seperti diuaraikan di muka, melainkan kompleks,
karena pada umumnya dalam lingkungan hidup itu terdapat banyak unsure. Pengaruh
terhadap suatu unsure akan merambat pada unsur lain, sehingga pengaruhnya
terhadap manusia sering tidak dapat dengan segera terlihat dan terasakan.
Manusia hidup dari unsur-unsur lingkungan
hidupnya: udara untuk pernapasannya, air untuk minum, keperluan rumah tangga
dan kebutuhan lain, tumbuhan dan hewan untuk makanan, tenaga dan kesenangan,
serta lahan untuk tempat tinggal dan produksi pertanian. Oksigen yang kita
hirup dari udara dalam pernapasan kita, sebagian besar berasal dari tumbuhan
dalam proses fotosintesis dan sebaliknya gas karbondioksida yang kita hasilkan
dalam pernapasan digunakan oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis. Jelaslah
manusia adalah bagian intergral lingkungan hidupnya. Ia tak dapat terpisahkan
daripadanya. Manusia tanpa lingkungan hidupnya adalah suatu abstraksi
belaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.